×
Ad

8 SPPG di Bandung Barat Dinonaktifkan Sejak Oktober Buntut Keracunan MBG

Kadek Melda Luxiana - detikNews
Jumat, 14 Nov 2025 08:19 WIB
Foto: Puluhan Siswa di Cisarua Diduga Keracunan Usai Santap Makan Bergizi Gratis (ANTARA FOTO/Abdan Syakura)
Jakarta -

Kasus siswa keracunan usai menyantap makan bergizi gratis (MBG) kembali terjadi di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Total ada 8 satuan pelayanan pemenuhan gizi (SPPG) yang dinonaktifkan imbas kasus tersebut.

"Kalau kemarin ada 7, berarti ada tambah lagi di kasus kemarin, ada 8. Itu dinonakifkan, sejak Oktober lalu," kata Wakil Kepala Bada Gizi Nasional (BGN) Nanik Sudaryati Deyang kepada wartawan, Jumat (14/11/2025).

"Dari sejak awal ada kasus insiden keamanan pangan di Bandung Barat itu. (Saat ini) sudah 8 SPPG yang dinonaktifkan sementara gitu," lanjutnya.

Nanik menjelaskan keracunan MBG yang terjadi akibat tingginya kadar nitrit dalam makanan, bukan disebabkan oleh kualitas air. Hal itu diperoeh berdasarkan hasil rapid test yang dilakukan.

"Kesimpulan ini kami peroleh berdasarkan hasil rapid test dan uji air bersih dari Labkesmas Bandung Barat, serta penjelasan dari kepala SPPG," ujarnya.

Nanik mencontohkan kandungan nitrit dengan kadar tinggi ditemukan dalam buah melon yang dikonsumsi siswa. Akibatnya, para siswa mengalami gejala mual hingga pusing.

"Kita temukan ada kandungan nitrit yang tinggi, contoh di buah melon, di lotek, di jeruk. Itu ada temuan dari sampel kok tinggi, itu lah yang diduga menyebabkan terjadinya gejala mual-mual, gejala nggak enak perut," ucapnya.

"Tapi itu bukan karena bakteri. Salah satu penampakannya adalah jarak mualnya itu agak jauh dengan ketika dia mengkonsumsi. Kalau bakteri itu misalnya spontan, saat itu juga. Misalnya, katakanlah satu jam paling nggak itu udah diare. Kalau dengan nitrit itu agak lama efek munculnya," lanjutnya.

Lebih lanjut, Nanik mengimbau dinas ketahanan pangan dan pertanian untuk tidak melakukan pemupukan berlebihan. Sehingga kandungan nitrit pada tanaman berkurang.

"Kita mengimbau saja, baru bisa mengimbau karena itu kaitannya dengan proses pertanian. Jadi kita sih mengimbau supaya dinas pertanian misalnya menyarankan agar tidak pemupukan yang berlebihan. Karena dugaannya salah satunya itu (kandungan nitrit dari pemupukan yang berbentuk nitrat)," imbuhnya.




(dek/rfs)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork