Anggota Komisi III DPR RI Bambang Soesatyo mendukung pemerintah agar menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada Presiden RI ke-2 Soeharto saat Hari Pahlawan pada 10 November mendatang. Ia menegaskan sejak penyebutan nama Soeharto dicabut dari dalam TAP Nomor XI/MPR/1998 maka sudah tidak ada lagi halangan bagi negara untuk menganugerahkan gelar pahlawan nasional bagi Soeharto.
Saat ini, Kementerian Sosial telah menyerahkan 40 nama tokoh yang diusulkan sebagai calon pahlawan nasional kepada Menteri Kebudayaan sekaligus Ketua Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan, Fadli Zon. Nama Soeharto pun termasuk di dalam daftar tersebut.
"Masuknya nama mantan Presiden Soeharto dalam daftar calon pahlawan nasional sudah melalui kajian dari Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Pusat (TP2GP). Proses tersebut tidak sekadar menimbang jasa masa lalu mantan Presiden Soeharto, tetapi juga meneguhkan rasa kebangsaan dan penghormatan terhadap sejarah perjuangan pembangunan," ujar Bamsoet dalam keterangannya, Kamis (23/10/2025).
Hal tersebut disampaikannya saat mengikuti acara ziarah bersama Putri tertua Soeharto, Siti Hardijanti Rukmana dan Yayasan Harapan Kita ke makam mantan Presiden Soeharto di Astana Giribangun Karanganyar, Jawa Tengah, Rabu (22/10).
Bamsoet menjelaskan keputusan MPR mencabut nama Soeharto dalam TAP Nomor XI/MPR/1998 menjadi titik balik dalam upaya rekonsiliasi sejarah nasional. Adapun pencabutan nama ini telah dilakukan pada Sidang Paripurna Akhir Masa Jabatan MPR 2019-2024 di Gedung Parlemen pada 25 September 2024.
Ketua MPR ke-15 ini mengatakan Soeharto bukan sekadar mantan presiden, tetapi juga figur yang menegakkan stabilitas politik dan keamanan di tengah gejolak pasca-Orde Lama. Bamsoet menilai, Soeharto juga telah meletakkan dasar pembangunan jangka panjang yang hasilnya masih dirasakan hingga kini.
"Dalam masa kepemimpinan Presiden Soeharto, Indonesia berhasil mencapai swasembada pangan, membangun infrastruktur pendidikan dan kesehatan, serta melahirkan sistem perencanaan pembangunan nasional yang terukur lewat Repelita. Kita juga menyaksikan kemajuan pesat di bidang industri dasar, pertambangan, hingga energi. Semua itu adalah capaian monumental yang patut dikenang sebagai bagian dari sejarah kebangkitan bangsa," papar Bamsoet.
Bamsoet pun menyoroti warisan kebijakan ekonomi Orde Baru menjadi fondasi bagi kemajuan saat ini. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pada puncak masa kepemimpinan Soeharto, pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata mencapai di atas 7 persen per tahun. Bahkan, angka kemiskinan menurun dari 40 persen pada awal 1970-an menjadi di bawah 12 persen menjelang akhir 1990-an.
"Fakta sejarah tidak bisa dihapus begitu saja. Di masa Presiden Soeharto, rakyat Indonesia merasakan kemajuan yang nyata di berbagai bidang. Penghargaan ini menjadi wujud rasa terima kasih negara kepada pemimpin yang telah menegakkan sendi-sendi pembangunan nasional. Bangsa besar adalah bangsa yang mampu menghargai sejarahnya secara utuh," pungkasnya.
Simak juga Video Mensos Serahkan Usulan Pahlawan Nasional: Soeharto-Marsinah
(ega/ega)