Begini Sistem Sanitasi Ketat SPPG Polri untuk Antisipasi Siswa Keracunan MBG

Begini Sistem Sanitasi Ketat SPPG Polri untuk Antisipasi Siswa Keracunan MBG

Taufiq Syarifudin - detikNews
Kamis, 02 Okt 2025 18:10 WIB
Sistem sanitasi ketat SPPG Polri Pejaten (Taufiq/detikcom)
Sistem sanitasi ketat SPPG Polri Pejaten. (Taufiq/detikcom)
Jakarta -

Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Polri menerapkan sistem sanitasi ketat untuk memastikan program Makan Bergizi Gratis (MBG) higienis. Proses pencucian alat masak dan ompreng atau food tray MBG dilakukan dengan membersihkan sisa makanan hingga memanaskannya di dalam oven.

Kepala SPPG Polri Pejateng M Iqbal Salim mengatakan alat masak dan ompreng baru akan dibawa ke tempat cuci setelah pemilahan sisa makanan. Di tempat cuci, ada tiga keran untuk membilasnya.

"Sink pertama itu sink air panas dan sabun. Jadi fungsinya air panas dan sabun itu untuk melunturkan sisa-sisa lemak, minyak, gitu. Jadi setelah diproses pembersihan yang pertama digeser lagi ke sink yang kedua untuk disikat, dibilas, menghilangkan noda sabunnya. Kemudian pindah lagi ke sink sebelahnya dengan air mengalir. Dibersihkan lebih detail lagi tanpa sabun," kata Iqbal saat ditemui di SPPG Pejaten, Jakarta Selatan, Kamis (2/10/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Baru setelah itu kita lap sedikit, baru kita masukkan ke dalam oven pengering. Jadi fungsi oven pengering itu selain mengeringkan, diharapkan proses oven ini bisa membunuh bakteri juga," sambung dia.

Iqbal menyebutkan kontrol sanitasi di SPPG Polri bekerja sama dengan Dinas Kesehatan. Kontrol itu dilakukan secara berkala untuk menjaga kualitas kebersihan yang ada di MBG.

ADVERTISEMENT

"Dari Dinas Kesehatan pada awal operasional sebetulnya sudah mengunjungi SPPG ini dalam rangka Inspeksi Kesehatan Lingkungan. Alhamdulillah pada saat itu hasilnya sudah baik. Tetapi pada hari ini ada Inspeksi Kesehatan Lingkungan ulang. Supaya ada penilaian ulang apakah sudah diperbarui atau diperbaiki hasil evaluasi dari IKL yang sebelumnya," ucapnya.

Iqbal juga menjelaskan, SPPG Polri telah melewati sejumlah asesmen untuk mendapat sertifikat higiene. Bahkan kini mereka telah mendapat sertifikat halal.

"Kemudian untuk higiene sanitasi tentu didukung juga dengan sertifikat laik higiene sanitasi dan juga beberapa sertifikat seperti ISO 2018. Kemudian, ada penerapan HCCP, GMP, dan BRC. Kemudian dari SPPG Polri sendiri juga alhamdulillah sudah terbit sertifikat halalnya," ucap dia.

Selain itu, untuk menopang sanitasi, SPPG Polri memastikan bahan makanan tersimpan dalam kondisi apik. Setiap bahan dipisahkan sesuai dengan basah atau kering maupun bumbu yang hendak dipakai.

Sistem sanitasi ketat SPPG Polri Pejaten (Taufiq/detikcom)Sistem sanitasi ketat SPPG Polri Pejaten. (Taufiq/detikcom)

Untuk diketahui, SPPG Polri Pejaten sudah mulai beroperasi sejak Maret 2025. Setiap hari mereka menyediakan sekitar 3.400 porsi yang disebar ke 10 sekolah.

Iqbal mengatakan angka itu masih termasuk menengah dari ambang minimal 3.000 porsi dan maksimal 4.000 porsi. SPPG Polri masih terus melakukan pembenahan sebelum menambah kuantitasnya.

"Sementara sih belum ya karena kami fokus juga ke pembenahan SPPG. Karena saya rasa memang ada beberapa poin yang harus kita kejar untuk mendekati standardisasi yang sudah diterapkan oleh Polri maupun BGN. Jadi nanti setelah semuanya tercapai baru kami concern lagi ke penambahan penerima manfaatnya," ungkap dia.

Selanjutnya, anggota Bidang Pengawasan Gizi dan Makanan Gugus Tugas MBG Mabes Polri, drg Tetty Seppriyanti, mengatakan sumber keracunan makanan bisa terjadi akibat ompreng yang tidak bersih sepenuhnya. Air sumur yang mengandung banyak mikroba berbahaya dapat jadi pemicu keracunan makanan.

SPPG Polri Pejaten menggunakan air galon untuk mengantisipasi bakteri E. coli di makanan. Sebab air sumur di sekitar lokasi berpotensi buruk untuk kesehatan.

"Nah, di Pejaten ini ditemukan juga banyak mikroorganismenya, ada E. coli, akhirnya kita minta ganti itu sumurnya, maksudnya digali lebih dalam lagi. Setelah diperiksa oke, tapi masih agak keruh, jadi dipakai cuci aja. Untuk masak tetap pakai air isi ulang, air galon, nggak pakai air sumur. Kalau cuci dipakai, dengan syarat saringannya diganti tiap hari. Biar sama-sama ngawasin aja. Penyebab keracunan diare itu kan E. coli itu kan, kotor gitu," kata Tetty.

Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana sebelumnya memuji Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Polri dalam menjaga mutu menu MBG. Dadan mengatakan seluruh SPPG akan menyediakan alat rapid test seperti yang dilakukan oleh SPPG Polri.

"Pertama, seluruh bangunan yang dibangun oleh Polri itu kan standarnya bagus ya. Kemudian, yang kedua, mereka melakukan rapid test sebelum makanan itu diedarkan," kata Dadan Hindayana di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (1/10).

Dadan mengatakan, berdasarkan instruksi presiden, dapur SPPG nantinya akan dilengkapi rapid test.

"Instruksi presiden bahwa seluruhnya nanti akan melakukan seperti itu," ujarnya.

Tonton juga video "Pesan Menko Imin ke SPPG: Jangan Merugikan Siswa yang Konsumsi MBG" di sini:

Halaman 2 dari 2
(ygs/ygs)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.

Hide Ads