Digitalisasi Pasar Jalan Terus, Transaksi Belanja di Jakarta Makin Mulus

Inkana Izatifiqa R. Putri, Ihfadzillah Yahfadzka - detikNews
Selasa, 12 Agu 2025 09:56 WIB
Foto: dok. Ihfadzillah Yahfadzka/detikcom
Jakarta -

Pasar tradisional menjadi jantung kehidupan masyarakat, khususnya bagi para pelaku UMKM. Sayangnya, di tengah kemajuan teknologi, pasar tradisional kini menghadapi berbagai tantangan.

Persaingan dengan toko modern, perubahan gaya hidup masyarakat, hingga munculnya teknologi pembayaran digital, menjadi tantangan bagi keberlangsungan pasar.

Dalam rangka menjaga denyut kehidupan pasar di tengah arus perubahan zaman, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menggencarkan program digitalisasi pasar. Terlebih, saat ini semakin banyak warga Jakarta yang bertransaksi digital.

"Di Jakarta ini ada 6,2 juta penduduk yang sudah menggunakan transaksi digital. Ini tertinggi di Indonesia," kata Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung.

Pramono menilai, digitalisasi pasar bukan hanya memudahkan pedagang dan pembeli, tetapi juga menekan praktik kejahatan, seperti copet dan premanisme.

Digitalisasi Bikin Pasar Makin Modern

Di tengah zaman yang semakin canggih, sentuhan digitalisasi pasar membawa dampak nyata bagi para pedagang. Secara perlahan, digitalisasi mengubah cara bertransaksi menjadi makin mulus dan modern.

Salah seorang pedagang beras di Pasar Lenteng Agung, Avit Alvian (23), mengaku terbantu dengan kehadiran sistem pembayaran digital Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) yang menjadi bagian dari program digitalisasi pasar. Selain aman, QRIS juga mencegah perputaran uang palsu, sehingga transaksi jual beli jadi makin nyaman.

"Sekarang kebanyakan pakai QRIS, biasanya yang masih muda," kata Avit.

"Lebih aman juga pakai QRIS karena kalau transfer kan banyak yang penipuan. Kalau pakai QRIS kan langsung masuk. Untuk saat ini, lebih nyaman transaksi jual beli pakai QRIS, karena juga mencegah uang sobek dan uang palsu," lanjutnya.

Digitalisasi di Pasar Tradisional. Foto: dok. Ihfadzillah Yahfadzka/detikcom

Sementara itu, penjual kerupuk di Pasar Lenteng Agung, Pariyem (57), mengatakan, telah menerapkan pembayaran digital sejak tahun lalu. Penggunaan QRIS di Pasar Lenteng Agung pun sebelumnya terus diupayakan oleh pemerintah.

"(Pemerintah) mengusahakan supaya semua pedagang pakai QRIS," katanya.

Pariyem mengatakan, sejak menggunakan QRIS, warungnya semakin ramai.

"Kalau langganan sih Alhamdulillah (ramai). Alhamdulillah banyak (yang pakai QRIS). Biasanya, yang pakai QRIS ibu-ibu yang aktif pakai HP," paparnya.

Tak hanya mempermudah pembayaran, QRIS diakui Pariyem juga memudahkannya dalam menabung di bank. Pasalnya, kini ia tak lagi perlu ke bank untuk melakukan setor tunai.

"Kalau bayar pakai QRIS, saya nggak perlu ke bank ya kan. Sebelumnya, kalau bayarnya cash harus setor tunai kan, saya paling males setor tunai. Tapi, kalau pakai QRIS, ya sudah (nggak perlu ke bank)," jelasnya.

Lomba Digitalisasi Pasar untuk Genjot Inklusivitas Keuangan

Di samping sosialisasi pembayaran digital ke para pedagang, Pemprov DKI Jakarta juga menghadirkan Lomba Digitalisasi Pasar 2025. Selain menggencarkan digitalisasi di pasar tradisional, kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan inklusivitas keuangan.

Tak sebatas menilai aspek digitalisasi, lomba ini juga mempertimbangkan aspek kebersihan hingga penataan fasilitas di pasar tersebut.

"Kami ingin menghadirkan pasar yang nyaman. Jadi, penilaian tidak hanya soal kemudahan bertransaksi digital, tetapi juga kebersihan, keamanan, serta penataan fasilitas umum dan pedagang kaki lima. Semoga lewat lomba ini pasar-pasar tradisional bisa terus berkembang," ungkap Asisten Perekonomian dan Keuangan Sekda DKI Jakarta, Suharini Eliawati.

Seorang pembeli bertransaksi menggunakan QRIS di salah satu pasar tradisional di Jakarta. Foto: dok. Ihfadzillah Yahfadzka/detikcom

Eli menjelaskan, dari 153 pasar yang dikelola Perumda Pasar Jaya, sebanyak 20 pasar tradisional dijadikan lokasi percontohan dalam lomba ini. Pasar-pasar tersebut dipilih secara acak dengan mempertimbangkan klasifikasi (kelas A, B, dan C) serta jumlah tempat usaha yang aktif.

"Penilaian lomba terbagi dalam dua aspek, yaitu aspek pasar yang dinilai oleh tim juri dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait, serta aspek digitalisasi perbankan yang dinilai oleh OJK dan Bank Indonesia berdasarkan laporan dari bank peserta. Nantinya, pasar-pasar pemenang akan menjadi percontohan bagi 133 pasar lainnya yang dikelola Perumda Pasar Jaya, maupun bagi daerah lain di Indonesia," paparnya.

Adapun proses penilaian lomba dilakukan dalam dua tahap, yakni Periode I pada 22-25 Juli 2025 dan Periode II pada 6-8 Agustus 2025. Pengumuman pemenang akan disampaikan langsung oleh Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung.

Adapun bank peserta lomba ini terdiri dari BRI, BNI, Mandiri, BCA, dan Bank DKI (sekarang Bank Jakarta). Mereka akan bersaing dalam beberapa kategori, seperti Program Literasi Teraktif, Digitalisasi Keuangan Terbaik, dan Akses Keuangan Termasif.

Sementara itu, Kepala OJK Jabodebek, Edwin Nurhadi, menambahkan, selain memperluas penggunaan QRIS, EDC, dan kanal non-tunai lainnya, lomba ini juga menjadi langkah untuk mendorong para pedagang pasar masuk dalam ekosistem perbankan dan digital.

"Untuk kategori perbankan, kami akan menilai tiga hal. Pertama, dari sisi program keuangan yang terbaik dan termasif. Kedua, dari sisi akses keuangan, yaitu pemberian kredit, pembukaan rekening, dan keaktifan agen laku pandai. Ketiga, kami ingin melihat implementasi digitalisasi keuangan di pasar secara menyeluruh. Tiga hal itulah yang akan menjadi fokus penilaian kami," pungkasnya.

Tonton juga Video: Fitur Baru Qris : Bisa Transfer, Tarik Tunai dan Setor




(prf/ega)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork