Jaksa penuntut umum (JPU) membacakan isi buku harian pribadi (diari) residen Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Prodi Anestesi Universitas Diponegoro (Undip), dr Aulia Risma, dalam sidang. Dalam catatan itu, dr Aulia mengaku lelah dan sakit.
Diari itu dibacakan JPU dalam sidang kasus dugaan perundungan dan pemerasan PPDS Undip di Pengadilan Negeri (PN) Semarang, Rabu (8/5/2025). Sidang yang dipimpin ketua majelis hakim Djohan Arifin itu menghadirkan Terdakwa Zara sebagai saksi mahkota.
"Izin untuk membacakan beberapa yang dicurhatkan oleh Risma di dalam diari. Mungkin tidak saya ambil semua, tetapi ini beberapa soal pengantar saja. 'Aku tidak bisa berdiri sendiri tanpamu. Aku sangat lemah. Aku sebegitu rapuhnya. Aku nggak bisa menanggung semuanya sendiri'," kata JPU, seperti dilansir detikJateng.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Aku lelah dengan semua kalau Mas tahu. Jalannya masih sangat panjang. Mas tahu ini sangat berat banget buat aku. Aku minta maaf. Aku yang terlalu lemah. Aku sudah berusaha semampuku, tapi sampai kapan aku harus pulang ataupun bekerja dengan berurai air mata? Aku sakit, aku sakit di pandang sebelah mata setiap hari," lanjutnya.
Mendengar itu, Zara yang duduk di kursi saksi hanya bisa menunduk. Ia tampak terdiam saat mendengar tulisan dr Aulia yang menggambarkan penderitaan fisik dan psikisnya selama mengikuti pendidikan PPDS Anestesi di RSUP Dr Kariadi, Semarang.
Dalam tulisannya, dr Aulia mengaku tak diperlakukan sebagai manusia dan tidak disapa. Ia juga mengeluhkan punggungnya yang sakit, tetapi tak ada orang yang peduli.
"Aku yang menahan sakitnya, aku masih bisa, masih harus bekerja. Seperti seolah aku orang sehat. Aku ingin tenang. Aku ingin penyiksaan ini berakhir. Tuhan, ampuni hamba-Mu, Tuhan," kata JPU membacakan diari dr Aulia.
Dokter Aulia menuliskan ia menangis setiap malam karena harus menanggung rasa sakit itu setiap hari. Dalam diari yang diduga ditujukan kepada seorang laki-laki itu, ia mengaku lelah dan tak bisa menunggu lebih lama lagi.
"Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi dengan berurai air mata. Kalau nanti aku nggak ada, maafkan perbuatanku selama ini. Aku sayang sama kamu. Maafin aku. Tolong jangan lupakan aku terlalu cepat. Semoga kamu mendapat penggantiku dengan lebih baik," kata JPU.
"Aku masih ingin melakukan banyak hal untuk hidupku, untuk Mas untuk keluargaku. Tetapi rasa sakitnya begitu besar. Setiap hari kadarnya tidak berkurang. Aku hanya ingin tidak sakit lagi. Aku hanya ingin tidak menangis lagi. Aku ingin hidup sebagai manusia biasa. Semoga kita dipertemukan lagi. Semoga Tuhan mengampuni aku," sambungnya.
Jaksa juga membacakan bagian catatan yang tertanggal 5 Juli 2024. Dalam tulisan itu, Aulia mengaku tidak sanggup lagi menjalani pendidikan yang menurutnya sangat menyakitkan.
"Satu semester aku berjuang di sini, terlalu berat untukku. Sakit sekali, beban fisiknya begitu besar. Aku ingin berhenti. Sakit sekali, sungguh sakit. Rasanya masih sama, aku ingin berhenti. Aku tidak sanggup setiap hari bekerja seperti ini," kata dia.
Baca selengkapnya di sini
Simak juga Video: Menkes Sebut Kasus Bullying PPDS Undip Dokter Aulia Sudah P21