Jakarta - Banyak cara melakukan pengobatan terhadap pembesaran prostat jinak (PPJ), terutama yang menjepit saluran kemih. Memberikan obat, operasi, laser hingga metode panas pun dilakukan dokter untuk menyembuhkan pasien."Kalau gangguannya masih ringan, maka hanya dilakukan menunggu perkembangan, dengan mengukur kencing dengan uroflowmetri," kata spesialis urologi dari RS Omni Medical Center, dr Johan R Wibowo dalam media edukasi 'Mewaspadai Bahaya Pembesaran Prostat Jinak' di Hotel Le Meridien, Jl Sudirman, Jakarta, Kamis (31/5/2007).Obat-obatan diberikan ketika PPJ sudah cukup mengganggu, namun obat ini harus diminum seumur hidup serta tidak mengecilkan prostat. "Hanya membuat kencing lebih lancar. Setelah obat dihentikan, akan kambuh lagi. Bayangkan jika satu tablet harganya 15 ribu, dan harus diminum sumur hidup," ujar Johan.Cara operasi prostatektomi bisa ditempuh, dengan mencongkel prostat yang membesar, namun cara ini mempunyai resiko komplikasi yang besar seperti pendarahan. "Sekarang kurang dari 1 persen ahli urologi yang memakai cara ini," ujarnya.Cara lain seperti operasi laser yang memotong kelenjar prostat dan langsung mengeringkan lukanya sehingga mengurangu pendarahan. Cara ini pun mempunyai efek samping yang cukup besar dan signifikan, seperti ada saraf yang terpotong sehingga menyebabkan disfungsi ereksi.Teknologi terbaru adalah pengobatan dengan cara mengalirkan energi panas yang dihasilkan suatu alat untuk mengurangi volume prostat. Teknologi ini adalah Trans Urethral Needle Ablation (TUNA)."Prinsipnya, kalau kita memanaskan daging di atas wajan, daging itu bisa menyusut," tuturnya.Teknologi ini adalah dengan memanaskan prostat dengan tusukan jarum yang ditusukkan pada saluran kencing alat kelamin pria. TUNA ini akan memancarakan gelombang radio, yang suhunya dijaga kurang dari 40 derajat Celsius agar prostat tidak rusak."Teknologi ini mengecilkan tanpa memotong," tuturnya.TUNA mempunyai beberapa kelebihan antara lain lebih aman pada penderita jantung, paru dan stroke, serta lama tinadakan lebih cepat sekitar 30 menit. Namun, TUNA juga mempunyai kekurangan antara lain perlu waktu lama untuk kesembuhan total.TUNA ini merupakan teknologi yang diperkenalkan tahun 1994 di Amerika, dan baru masuk ke Indonesia tahun 2004 lalu. Sementara itu, diagnosa bisa dilakukan melalui colok dubur dan dengan teknologipencitraan seperti Ultra Sonography (USG).
(nwk/ary)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini