Buntut Panjang Hasto Tersangka Lalu Bawa-bawa Nama Bung Karno

Tim detikcom - detikNews
Minggu, 29 Des 2024 07:23 WIB
Halaman ke 1 dari 3
Foto: Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto (Dok Istimewa)
Jakarta -

Pernyataan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto yang membawa-bawa nama Bung Karno usai dirinya menjadi tersangka KPK terkait kasus Harun Masiku berbuntut panjang. Hasto dikritik sana-sini, tapi dibela oleh PDIP.

Dirangkum detikcom, Minggu (29/12/2024), mulanya Hasto buka suara untuk pertama kalinya sejak ditetapkan KPK sebagai tersangka. Melalui video yang disebar, Hasto mengklaim penetapan tersangkanya adalah bentuk intimidasi.

Hasto lalu mengutip 'Bab 9 Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia', di mana pada bab itu memiliki subjudul 'Masuk Tahanan'. Dalam buku itu, Bung Karno mengatakan masuk penjara adalah bagian dari pengorbanan cita-cita.

"Karena sebagaimana dilakukan oleh Bung Karno masuk penjara adalah bagian dari pengorbanan cita-cita, untuk itu jangan pernah takut menyuarakan kebenaran," kata Hasto, Kamis (26/12).

Kritik untuk Hasto

Ucapan Hasto selepas menjadi tersangka KPK itu pun menuai kritik. Seperti yang dilayangkan oleh Ketua IM57+ Lakso Anindito.

"Menurut saya, pernyataan Hasto Kristiyanto tidak perlu ditanggapi dengan serius karena seakan sedang berhalusinasi. Publik di Indonesia sudah sangat mafhum bahwa dari alasan penetapan tersangka pun sudah berbeda jauh," kata Lakso, Jumat (27/12).

"Hasto karena terkait kasus dugaan korupsi pengaturan kursi di DPR, sedangkan Bung Karno karena menentang penjajahan. Justru sikap antikorupsi dari Bung Karno yang seharusnya menjadi inspirasi Hasto, bukan malah mempersamakan," ujarnya.

Pengamat politik Citra Institute, Efriza, juga mengkritik sikap Hasto yang membawa-bawa presiden pertama RI Sukarno atau Bung Karno setelah ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK. Menurut Efriza, Hasto mencoreng nama besar Sukarno.

"Jadi ia (Hasto) sedang berjuang agar namanya tetap baik, padahal perilakunya korup. Ia malah mencoreng nama besar Sukarno, sebab Sukarno amat mencintai rakyatnya bukan mengabaikan suara rakyat, makanya Sukarno dianggap penyambung lidah rakyat," ujar Efriza, Jumat (17/12).

Efriza menyebut tindakan Hasto itu keliru. Dia mengatakan perjuangan Sukarno jauh berbeda dengan Hasto.

"Narasi Hasto seolah menyamakan dirinya dan Sukarno adalah pernyataan dan sikap keliru. Sukarno menyatakan non-kooperatif karena untuk kepentingan bangsa dan negerinya, perilaku Sukarno amat terpuji, bukan korup," ujarnya.




(fas/dek)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork