Kisah Brimob Disiplinkan Anggota dengan Miras hingga Sahur dengan Ludah

Kisah Brimob Disiplinkan Anggota dengan Miras hingga Sahur dengan Ludah

Sudrajat - detikNews
Selasa, 06 Agu 2024 07:49 WIB
Markas Brimob di Kelapa Dua, Depok (Lina Itafiana / CNN Indonesia)
Foto: Lina Itafiana/CNN Indonesia
Jakarta -

Pada 2006, Christ Reinhard Pusung, yang pernah bertugas di Timor Timur, Ambon, Sampit, dan Aceh, mendapat promosi menjadi Komandan Kompi BS (Berdiri Sendiri) di Merauke, Papua. Kompi ini sudah lama tidak memiliki komandan karena tak kuat menghadapi tingkah anggotanya. Mereka tak disiplin, tak menghargai atasan, dan gemar mabuk-mabukan. Maklum, kebanyakan dari mereka adalah tamtama dan bintara senior putra daerah.

Ketika pertama kali datang, di pos penjagaan Christ disambut beberapa bintara yang bersikap bak jagoan. Kaki diangkat ke atas pos sambil minum bir dengan senjata MK 3 (Bren) bertengger di sisi mereka. Christ tak terprovokasi. Selang beberapa hari kemudian, dia menyusun siasat. Lelaki kelahiran Manado, 21 Desember 1975, itu memesan satu jeriken minuman Cap Tikus dari seorang koleganya. Minuman khas Minahasa itu dikenal mengandung alkohol tinggi.

Sampul buku Tour of Duty Brimob 1997 karya Hendi Jo dan Martin SitompulFoto: Sudrajat/detikcom

Suatu malam, Christ sengaja mengundang enam anggotanya yang diketahui sebagai provokator di kompinya untuk berpesta Cap Tikus. Sepucuk AK-47 dan sebilah besi panjang dia siapkan. Ketika mereka mulai mabuk dan meracau, Christ membalasnya dengan menyalakkan AK-47, lalu menghajar mereka hingga ambruk dan meminta ampun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tak selalu setiap pekerjaan bisa diselesaikan dengan cara-cara yang normatif. Untuk menegakkan aturan, cara yang tak lazim seringkali diperlukan. Ya, begitulah dulu saya pernah bekerja," tutur Christ, yang kini berpangkat kombes, diiringi derai tawa.

Sepenggal kisah tersebut tertuang dalam buku bertajuk 'Tour of Duty Brimob 1997' yang ditulis oleh Hendi Jo dan Martin Sitompul. Buku terbitan Matapadi Pressindo dengan tebal 600 halaman itu mengisahkan lika-liku pengabdian 38 alumnus Akademi Kepolisian (Akpol) 1997. Mereka bagian dari 285 lulusan Akpol terakhir yang dilantik langsung oleh Presiden Soeharto di halaman Istana Merdeka pada 18 Desember 1997.

ADVERTISEMENT
Kombes Dede Rojudin (Repro: Tour of Duty Brimob 1997)Kombes Dede Rojudin (Repro: Tour of Duty Brimob 1997) Foto: Repro buku Tour of Duty Brimob 1997

Untuk menjadi anggota Brimob, mereka menjalani pendidikan dasar lanjutan selama tiga bulan di Watukosek, Pasuruan, Jawa Timur. Semula ada yang menerimanya dengan terpaksa karena lebih memilih reserse, tapi tak sedikit yang menjadikan Brimob sebagai pilihan utama.

Di Watukosek, fisik dan mental serta kemampuan dasar pertempuran mereka kembali ditempa. Mereka antara lain harus berjalan kaki sejauh 600 kilometer dengan melalui hutan dan pegunungan, menyeberangi lautan, survival, hingga terjun bebas.

"Aku ingat, di dalam pesawat, hampir semua kawan-kawanku saat itu tak bisa diajak bicara lagi. Apalagi bercanda. Semua tegang, keluarlah keringat sebesar biji jagung," kenang AKBP Amry Siahaan.

Semua gemblengan itu kelak sangat bermanfaat kala bertugas di lapangan. M Fachry, yang kini berpangkat komisaris besar, misalnya, mengisahkan bagaimana getirnya dia dan anggota peletonnya saat bertugas di Ambon pada Ramadan 1999. Kala itu meletus konflik horizontal berbau SARA, antara kelompok muslim dan Nasrani.

Saat baru satu-dua suap menyantap menu buka puasa, dia dan anggota pasukannya harus bergerak ke lokasi kerusuhan di Tugu Trikora. Akses keluar-masuk lokasi ditutup masing-masing kelompok yang bertikai. Hingga berhari kemudian mereka harus bertahan dengan pasokan makanan yang sangat terbatas. Warung tak ada yang buka. Semua orang takut keluar rumah sehingga tak ada yang berjualan.

"Akhirnya kami sahur dengan air ludah saja," kenang Fachry. Dalam perjalanan kariernya kemudian dia pernah dua kali memimpin Pasukan Perdamaian di Sudan.

Hendi Jo dan Martin Sitompul mengemas buku ini dengan ciamik. Dia tak cuma mengumbar cerita seputar operasi keamanan yang biasa diwarnai dengan desingan peluru dan ledakan granat tapi juga kisah-kisah humanis para personel Brimob.

Dalam buku ini juga terungkap, beberapa dari mereka yang berkarier di Brimob sebagian memang anak tentara, atau bercita-cita menjadi tentara (Angkatan Darat). Kalaupun masuk kepolisian, biasanya yang diincar adalah reserse, bukan Brimob. Namun mereka yang kemudian terpaksa menjadi anggota Brimob itu ternyata mampu menjalaninya dengan penuh tanggung jawab. Mereka rata-rata pernah terlibat dalam operasi di Timor Timur, Aceh, Papua, Ambon, dan Poso dengan torehan prestasi tersendiri.

Bahkan ada juga beberapa di antaranya yang bertugas sebagai penjaga perdamaian di negara-negara yang berkonflik,seperti Kombes FX Arendra Wahyudi (Darfur, Sudan), Kombes Hendrik Budhi Prasetyo (Afrika Tengah), Kombes M Fachry, dan Kombes Budhi Wardiman yang kini bertugas sebagai agen BIN di Ankara, Turki.

Sebagai Ketua Paguyuban Brimob Wira Pratama 1997, Kombes Dede Rojudin menyatakan penyusunan buku ini tidak dimaksudkan untuk menepuk dada. Namun sekadar berbagi kisah dan pengalaman dari mereka yang telah 25 tahun berkiprah bagi generasi penerusnya. Bagaimana pun patut disadari, tantangan Brimob ke depan akan makin berat, dan segenap keluarga besar Brimob harus bersiap menyambutnya.

Harapan tersebut tentu saja akan sangat sulit diwujudkan bila mental para personel masih bermasalah. Kita tahu beberapa hari lalu, ada sejumlah oknum personel Brimob justru menyerang saudara kandungnya sendiri, polantas, di Tual. Sungguh miris....

Lihat juga Video 'TNI dan Brimob Bentrok di Sorong, Pangkoarmada III-Kapolda Tindak Personel Terlibat':

[Gambas:Video 20detik]

(jat/maa)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads