Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto mengatakan warga sipil berpeluang bergabung dengan pasukan perdamaian untuk membantu warga Palestina di Gaza. Anggota Komisi I DPR RI F-PKB Taufiq R Abdullah mengaku setuju dengan rencana tersebut.
Taufiq menjelaskan, walaupun tugasnya di bagian non-perang, warga sipil nantinya harus dibekali wawasan kebangsaan. Warga sipil itu, katanya, juga harus memenuhi kriteria fisik hingga pemahaman lapangan.
"Prinsipnya setuju. Walaupun tugasnya pada bidang-bidang non perang, seperti trauma healing, distribusi logistik, perbaikan fasilitas dan sebagainya, tetap harus dipersiapkan dengan baik. Terutama terkait kedisiplinan, kekuatan fisik, dan pemahaman lapangan. Hal yang juga penting adalah bekal wawasan kebangsaan," katanya, Sabtu (15/6/2024).
Selanjutnya, dia juga menyarankan warga sipil semua agama bisa ikut kesempatan ini. Hal ini, kata Taufiq, bisa menegaskan bahwa ini bukan konflik agama.
"Untuk menegaskan bahwa konflik Israel-Palestina bukan konflik agama, ada baiknya melibatkan tenaga dari seluruh agama yang ada," katanya.
Sementara itu, anggota Komisi I DPR lainnya, Fadli Zon, juga setuju dengan rencana ini. Dia berharap gencatan senjata selamanya dilakukan oleh kedua pihak.
"Korban sipil sudah hampir mencapai 40 ribu harus dihentikan, harus gencatan senjata permanen, koridor bantuan kemanusiaan dan juga harus ada segera rehabilitasi dan rekonstruksi," ujarnya.
"Jadi saya sangat sependapat dan mendukung pernyataan Panglima TNI agar ketika nanti terbuka tentu diatur secara aturan yang ada oleh Kemlu dan lembaga terkait keterlibatan sipil ini," tambahnya.
Sebelumnya, Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto mengatakan warga sipil berpeluang bergabung dengan pasukan perdamaian untuk membantu warga Palestina di Gaza. Keterlibatan warga sipil disebut akan diatur oleh Kementerian Luar Negeri (Kemlu).
"Kemenlu yang akan mengatur ya," kata Agus dilansir Antara, Sabtu (15/6).
Menurut Agus, salah satu satuan pasukan perdamaian yang akan dikirim adalah Batalion Zeni untuk membangun berbagai fasilitas umum, seperti sekolah, rumah sakit, rumah tinggal, tempat ibadah, dan tempat rehabilitasi.
Tempat-tempat tersebut nantinya akan diisi oleh para tenaga ahli di bidangnya untuk melayani warga Palestina. Agus mencontohkan tempat rehabilitasi yang membutuhkan tenaga ahli bidang pengobatan trauma atau trauma healing untuk para korban perang.
"Nah, untuk rehabilitasi butuh personel yang punya kemampuan psikologi untuk trauma healing. Mungkin bisa juga dari sipilnya," kata Agus.
(azh/dhn)