Kepala SMAN 65 Jakarta Buka Suara Usai Didesak Diganti

Kepala SMAN 65 Jakarta Buka Suara Usai Didesak Diganti

Antara News - detikNews
Kamis, 06 Jun 2024 16:31 WIB
SMAN 65 Jakarta di Jalan Panjang, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. (ANTARA/HO-Dokumentasi Pribadi)
SMAN 65 Jakarta di Jalan Panjang, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. (ANTARA/HO-Dokumentasi Pribadi)
Jakarta -

Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 65, Indramojo, diadukan guru karena dianggap meresahkan. Indramojo buka suara soal desakan dirinya diganti.

Desakan lewat petisi itu muncul dari guru-guru yang menganggap tutur kata atau bahasa dari kepala sekolah (kepsek) yang tidak sesuai dengan budaya SMAN 65 Jakarta. Salah satunya pernyataan Indramojo 'belajar itu menghafal'.

Indramojo menyebutkan petisi yang mendorong pencopotan dirinya dipicu seorang guru yang membeli karpet tanpa penganggaran. Dia lalu meminta para guru mengumpulkan uang untuk mengganti biaya pembelian karpet itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau dari iuran murid itu kan dilarang. Jadi saya minta opsi kepada teman-teman guru bagaimana menyelesaikannya, itu diselesaikan dengan patungan untuk menyelesaikan pembelian karpet yang dilakukan oleh guru kami," kata Indramojo dilansir Antara, Kamis (6/6/2024).

Dia membantah petisi itu muncul karena kesalahan yang dia lakukan. Dia merasa difitnah.

ADVERTISEMENT

"Itu tidak benar, jadi mungkin kekesalan hati Pak Abdulrohman ini, membuat petisi semacam itu, mengajak yang lain. Kalau saya katakan seperti difitnahlah," kata dia.

Dia juga menilai murid mengisi petisi karena tidak nyaman sebagai penilaian subjektif. Dia mengaku tak melarang siswa membuat lomba, kecuali futsal karena ada kontak badan (body contact).

"Bahwa itu kan kita ada subjektif, ada objektif di dalam perjalanan ini, menurut saya itu tidak benar. Seperti peserta didik mengadakan lomba olahraga itu saya izinkan," katanya.

"Khawatir adalah benturan, terus berkelahi di luar," imbuh dia.

Indramojo menegaskan tidak ingin menyulut masalah yang lebih jauh akibat petisi tersebut.

"Bagaimana lagi, saya pemimpin, kalau petisi sudah masuk ke mana-mana, kalau saya hantam lagi itu yang terjadi saling baku hantam, jadi biarlah saya korban," katanya.

"Meskipun saya harus menanggung ini semua dengan segala risiko saya berhenti sebagai kepsek, nggak masalah selama sekolah ini berjalan nyaman," kata dia.

Sudindik Jakbar Bergerak

Sudindik Jakbar menyelidiki aduan terhadap Kepala SMAN 65. Guru dan murid merasa tidak nyaman terhadap perilaku kepala sekolah.

"Kita sudah turun ke lapangan, lagi diperiksa, oleh Kepala Seksi Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (PTK) saya bersama tim di jajaran Sudindik klarifikasi di lapangan," kata Kepala Sudindik Wilayah 1 Jakarta Barat, Diding Wahyudin.

Bahkan, muncul petisi untuk menurunkan kepala sekolah dari jabatannya. Dia mengatakan hasil penyelidikan atau pemeriksaan akan dikoordinasikan dengan Dinas Pendidikan Daerah Khusus Jakarta (DKJ).

Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

"Nanti seperti apa hasilnya, kita cek dulu, karena pemberhentian atau pengangkatan kepala sekolah kan posisinya ada di dinas," kata Diding.

Jika kemudian terbukti bersalah, kepala sekolah bersangkutan akan ditindaklanjuti dengan memberikan teguran lisan sesuai dengan prosedur pembinaan. Pemeriksaan akan dilakukan kepada kepala sekolah, guru, hingga murid SMAN 65 Jakarta.

"Lakukan pembinaan kalau memang ada kesalahan. Kesalahannya apa gitu kan, sejauh mana kesalahannya, karena juga ada prosedur, teguran lisan, teguran tertulis dan lain sebagainya," kata Diding.

Keresahan Guru

Seorang guru Bimbingan Konseling (BK) SMAN 65 Jakarta, Siti Fatimah, mengatakan salah satu keresahan mereka adalah tutur kata atau bahasa serta pernyataan kepala sekolah yang tidak sesuai dengan budaya yang ada di SMAN 65 Jakarta.

"Sebenarnya mungkin dari bahasa ya, mungkin dari bahasa itu yang pertama. Itu membuat kita resah, membuat murid-murid juga resah," kata Siti.

Dia menyebutkan dalam upacara ada beberapa pernyataan kepala sekolah yang tidak sesuai dengan budaya di SMA 65. Salah satu pernyataan kepala sekolah yang membuat Fatimah resah adalah "belajar itu menghafal". Menurutnya, menghafal merupakan tahapan paling bawah dalam belajar.

"Memang ada pernah salah satu pernyataan dari beliau dalam upacara itu bahwa 'belajar itu menghafal'. Itulah yang membuat kita menjadi resah, terus peserta didik juga menjadi resah," kata dia.

Halaman 2 dari 2
(jbr/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads