Guru Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 65 melapor ke Suku Dinas Pendidikan Jakarta Barat (Sudindik Jakbar) terkait kepala sekolah (kepsek) yang dianggap meresahkan. Sudindik Jakbar menyelidiki laporan tersebut.
"Kita sudah turun ke lapangan, lagi diperiksa, oleh Kepala Seksi Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (PTK) saya bersama tim di jajaran Sudindik klarifikasi di lapangan," kata Kepala Sudindik Wilayah 1 Jakarta Barat, Diding Wahyudin, dilansir Antara, Kamis (6/6/2024).
Keresahan tersebut berupa rasa tidak nyaman guru dan murid sekolah terhadap perilaku kepala sekolah selama memimpin. Kondisi itu berlanjut hingga muncul petisi untuk menurunkan kepala sekolah dari jabatannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan hasil penyelidikan atau pemeriksaan akan dikoordinasikan dengan Dinas Pendidikan Daerah Khusus Jakarta (DKJ).
"Nanti seperti apa hasilnya, kita cek dulu, karena pemberhentian atau pengangkatan kepala sekolah kan posisinya ada di dinas," kata Diding.
Jika kemudian terbukti bersalah, kepala sekolah bersangkutan akan ditindaklanjuti dengan memberikan teguran lisan sesuai dengan prosedur pembinaan.
"Lakukan pembinaan kalau memang ada kesalahan. Kesalahannya apa gitu kan, sejauh mana kesalahannya, karena juga ada prosedur, teguran lisan, teguran tertulis, dan lain sebagainya," kata Diding.
Pemeriksaan akan dilakukan kepada kepala sekolah, guru, hingga murid SMAN 65 Jakarta. "Iya, semua. Jadi harus dicek dulu, benar enggak laporannya di lapangan," kata Diding.
Keresahan Guru
Seorang guru Bimbingan Konseling (BK) SMAN 65 Jakarta, Siti Fatimah, mengatakan salah satu keresahan mereka adalah tutur kata atau bahasa serta pernyataan kepala sekolah yang tidak sesuai dengan budaya yang ada di SMAN 65 Jakarta.
"Sebenarnya mungkin dari bahasa ya, mungkin dari bahasa itu yang pertama. Itu membuat kita resah, membuat murid-murid juga resah," kata Siti.
Dia menyebutkan dalam upacara ada beberapa pernyataan kepala sekolah yang tidak sesuai dengan budaya di SMA 65. Salah satu pernyataan kepala sekolah yang membuat Fatimah resah adalah "belajar itu menghafal".
"Memang ada pernah salah satu pernyataan dari beliau dalam upacara itu bahwa 'belajar itu menghafal'. Itulah yang membuat kita menjadi resah, terus peserta didik juga menjadi resah," kata dia.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Menurutnya, menghafal merupakan tahapan paling bawah dalam belajar. "Tahapan yang paling bagus itu kan sebenarnya menciptakan. Kemudian kita bisa bereksperimen, kita bisa menghasilkan sesuatu," kata dia.
Fatimah juga membenarkan bahwa Kasudindik Jakbar mendatangi sekolah hari ini untuk mengumpulkan fakta terkait keresahan itu.
"Kita sudah dipanggil beberapa, untuk wakil, untuk beberapa teman-teman kita sudah dipanggil oleh Bapak Kasudin untuk mengumpulkan data-data, fakta-fakta," katanya.
Tanggapan Kepsek
Kepala SMAN 6 Jakarta, Indramojo, menyebutkan petisi yang mendorong pencopotan dirinya dipicu seorang guru bernama Abdulrohman yang membeli karpet tanpa penganggaran. Kemudian dirinya meminta para guru agar mengumpulkan uang untuk mengganti biaya pembelian karpet itu.
"Kalau dari iuran murid itu kan dilarang. Jadi saya minta opsi kepada teman-teman guru bagaimana menyelesaikannya, itu diselesaikan dengan patungan untuk menyelesaikan pembelian karpet yang dilakukan oleh guru kami," kata Indramojo.
Ia membantah bahwa petisi itu muncul karena kesalahan yang dia lakukan. "Itu tidak benar, jadi mungkin kekesalan hati Pak Abdulrohman ini, membuat petisi semacam itu, mengajak yang lain. Kalau saya katakan seperti difitnahlah," kata dia.