Dalam kebisingan yang memenuhi kepala jiwa-jiwa tak tenang, hadir sosok yang menunjukan jalan keluar. Ia menjelma sebagai pahlawan bagi orang-orang yang mengharap pertolongan. Dengan mendirikan Yayasan Marcilea Peduli Sosial, Marsilia Krenata memberikan rumah berlindung bagi mereka yang terabaikan.
Dengan sukarela, ia memberikan perlindungan bagi orang-orang yang terabaikan oleh masyarakat. Tak terkecuali orang-orang dengan gangguan jiwa, para pengemis, dan gelandangan.
"Kegiatan saya menjadi relawan sosial. Saya bergerak sebagai relawan sosial mulai tahun 2003 di (ranah) gepeng (gelandangan-pengemis). Tetapi saat ini saya concern ke ODGJ. Kebetulan saya dibuatkan oleh seorang notaris sebuah legalitas gratis. Sebuah yayasan yang kebetulan namanya hampir mirip (dengan saya)," jelas Marsilia di program Sosok detikcom.
Sepetak kontrakan di daerah Pamulang, Tangerang Selatan, menjadi sarana utama Marsilia bersama rekannya, Sukatma, merawat orang-orang keterbelakangan mental dengan penuh dedikasi. Rumah yang tampak biasa itu menyimpan banyak cerita dari penghuninya yang silih berganti. Terhitung hingga kini, lebih dari 2000 orang telah Marsilia bantu berdasarkan catatan yang dimilikinya.
Selain titipan dari keluarga yang tidak sanggup mengurusnya, ODGJ yang tinggal di Panti Yayasan Marcilea ini juga berasal dari jalanan yang ditemukan Marsilia berdasarkan laporan masyarakat. Dengan penuh kepedulian, ia tidak hanya membantu para ODGJ untuk mendapatkan perawatan kesehatan yang diperlukan. Lebih dari itu, Marsilia memastikan bahwa mereka memiliki identitas resmi serta jaminan kesehatan.
"Saya berinisiatif ingin membuatkan mereka identitas agar mereka bisa mendapatkan fasilitas kesehatan jiwa yang baik. Jadi, teman-teman di sini sudah kita persiapkan baik dari kesehatan giginya, mata, telinga, selain kesehatan jiwanya, ya. Bahkan ATM udah kita buatkan untuk, ya paling nggak nanti dia bisa mandiri, ada lho tempat untuk transaksi," kata Marsilia menjelaskan.
Pada mulanya, Marsilia tinggal bersama dengan ODGJ yang ia rawat, namun kini, ia menjalani kehidupan terpisah dari Panti Yayasan Marcilea. Meski begitu, Marsilia tetap membawa beberapa ODGJ yang kondisinya telah membaik untuk tinggal bersamanya, mengingat betapa terbatasnya ruang tidur di panti.
Butuh waktu kurang lebih 8 bulan untuk ODGJ yang dirawat Marsilia bisa kembali ke keluarganya. Namun, meski ODGJ yang dirawatnya sudah bisa kembali beraktivitas dengan normal, Marsilia mengungkapkan, tak jarang beberapa keluarga menolak untuk menerima kembali anggota keluarga mereka yang sebelumnya dititipkan di Yayasan Marcilea.
"Sebetulnya, di sini ya, saya bisa menjamin sekitar 8 bulan sudah bisa pulang. Jadi kita memang mempersiapkan keluarga untuk menerima. (Karena kadang) si ODGJ nya udah bagus, tapi keluarganya masih trauma. Meyakinkan mereka (keluarga ODGJ) itu sulit. Kadang saya ancam juga, 'Bu, tahu nggak, ini termasuk penelantaran lho. Undang-undang penelantaran. Tiga bulan lho!'," tutur Marsilia.
Selama 21 tahun mendedikasikan hidupnya untuk mengasihi orang-orang yang terpinggirkan, wanita empat anak ini sudah berteman akrab dengan segala bentuk asam garam kehidupan. Dari penolakan masyarakat, hingga tentangan dari dua anaknya sendiri pernah ia dapatkan. Meski begitu, Marsilia masih mendapat dukungan dari suami dan dua anaknya yang lain.
Dengan pendapatan tak menentu dari pekerjaan serabutan, Marsilia tetap melangkahkan kaki untuk melakukan kebaikan meski seringkali dirundung kesulitan. Marsilia yang dulu sempat berada di titik nadir kehidupan sudah bertekad untuk terus merangkul orang-orang yang membutuhkan bantuan.
"Waktu krismon (krisis moneter) dulu, saya di titik nadir, sehingga saya tidak mampu untuk membiayai anak. Waktu itu saya titipkan ke sebuah panti asuhan. Sakit, pasti. Teramat sakit. Akhirnya, saya bermohon sama Allah. 'Ya Allah kalau saya diberikan rumah sedikit lega, saya akan menampung orang-orang seperti saya'. Alhamdulillah aku dikasih sakit. Di dalam sakit itu saya bisa mengurus surat agar bisa gratis. Nah tetangga saya sakit, dia tidak berani ke rumah sakit. Akhirnya saya kasih tau 'Begini loh caranya. Yuk aku dampingi'. Ya di situlah bermula. Akhirnya dari satu cerita, ke satu cerita, (sampai) seperti ini," jelas Marsilia.
Dengan tekad yang teguh dan hati yang penuh kasih, Marsilia terus berusaha merangkul mereka yang terpinggirkan. Tidak hanya gelandangan dan orang-orang dengan gangguan jiwa, tetapi siapa saja yang membutuhkan bantuannya. Marsilia membawa harapan di kegelapan hidup mereka yang kesulitan.
Tak tanggung-tanggung, Marsilia ingin mewujudkan tempat yang lebih besar bagi mereka yang mengalami gangguan kejiwaan. Sembari terus melebarkan tangannya untuk merangkul orang-orang yang membutuhkan pertolongan, Marsilia berharap mimpinya dapat terdengar di telinga para pemimpin masa depan.
"Saya berharap ke pemerintah yang akan datang, saya bermohon sih ingin sekali membuat kampung sehat jiwa. Kampung sehat jiwa ini, aku pengen mereka ada satu kegiatan seperti berkebun, (dan) beternak. Agar mereka bisa mandiri, mempersiapkan mereka ke masyarakat. Karena sampai kapan teman-teman ODGJ ini bergantung dengan keluarganya? Semoga pemimpin yang akan datang mampu atau bisa mengabulkan mimpiku," pungkas Marsilia.
(sss/nel)