Menlu Retno Jadi Pembicara ASEAN Future Forum-Bertemu PM Vietnam di Hanoi

Farih Maulana Sidik - detikNews
Rabu, 24 Apr 2024 21:36 WIB
Kunker Menlu RI Retno Marsudi di Vietnam (Foto: dok. istimewa)
Jakarta -

Menlu RI Retno Marsudi menghadiri Pertemuan ke-5 Joint Commission on Bilateral Cooperation atau JCBC di Hanoi, Vietnam. Pertemuan ini dipimpin bersama dengan Menteri Luar Negeri Vietnam.

Berdasarkan keterangan persnya, Rabu (24/4/2024), selain hadiri pertemuan JCBC, Menlu Retno juga diundang menjadi salah satu pembicara kunci pada ASEAN Future Forum tahun 2024 dan melakukan kunjungan kehormatan kepada Perdana Menteri (PM) Vietnam.

ASEAN Future Forum yang diselenggarakan oleh Vietnam itu sebagai platform pertukaran pandangan dan ide mengenai masa depan ASEAN dalam bentuk track 1.5 dengan melibatkan wakil dari pemerintah, para pakar, akademisi, praktisi dan pengusaha.

Kunker Menlu RI Retno Marsudi di Vietnam Foto: dok. istimewa

Forum ini mengangkat tema 'Toward fast and sustainable growth of a peoplecentered community'. Dua Kepala Pemerintahan hadir dalam acara pembukaan, yaitu Perdana Menteri Vietnam dan Perdana Menteri Laos, sebagai Ketua ASEAN. Sementara itu, Perdana Menteri Malaysia sebagai next chair dari ASEAN dan Sekjen PBB menyampaikan sambutan melalui pesan video.

"Saya diundang sebagai Lead Speaker pada sesi kedua dengan tema 'Ensuring comprehensive security for a people-centered ASEAN Community.' Dalam pidato, saya sampaikan bahwa bagi ASEAN, isu keamanan adalah bagian penting dari cerita mengenai ASEAN. Saya sampaikan juga bahwa isu keamanan mencakup banyak dimensi, tidak hanya aspek militer dan politik, tetapi juga sosial, ekonomi dan lingkungan yang sama-sama penting dengan isu keamanan, dan harus ditangani secara komprehensif," kata Retno dalam keterangan tertulisnya hari ini.

Retno mengatakan lanskap keamanan kawasan dan global sekarang ini berubah dengan cepat, mulai dari rivalitas kekuatan besar, perang yang terus berlanjut di Ukraina dan Gaza, konflik di Myanmar, serta tantangan perubahan iklim, ketahanan pangan dan energi, dan meningkatnya kejahatan lintas batas.

Selain itu, kata Retno, kemajuan teknologi seperti artificial intelligence dan big data di satu sisi membawa manfaat besar, namun di sisi lain menjadi tantangan besar bagi keamanan yang memerlukan respons inovatif dan adaptif.

"Tren ini bukan hanya berdampak bagi dunia saat ini, tetapi juga akan menentukan masa depan kita, termasuk masa depan ASEAN. Oleh karena itu, saya sampaikan beberapa pemikiran mengenai bagaimana ASEAN dapat terus tumbuh di tengah situasi yang terus berubah," ucapnya.

Pertama, Retno menilai ASEAN harus terus memerankan kepemimpinannya dalam pengembangan arsitektur dan kerja sama di Indo-Pasifik. Dia tekankan mengenai pentingnya ASEAN yang kuat dan bersatu, ASEAN yang relevan, ASEAN yang matters dan berperan sentral di kawasan, ASEAN yang dapat merespons berbagai tantangan di kawasan dengan sigap.

"Secara jelas saya sampaikan ASEAN harus memastikan Indo-Pasifik tetap menjadi kawasan yang damai, terbuka, dan inklusif, yang mengedepankan dialog dan kolaborasi konkret dengan pendekatan win-win dan bukan pendekatan zerosum, serta penghormatan dan implementasi hukum internasional dilakukan secara konsisten," ujar Retno.

"Oleh karena itu, pengarusutamaan implementasi ASEAN Outlook on the IndoPacific dalam seluruh mekanisme ASEAN menjadi sangat penting. Sebagaimana terefleksi pada keketuaan Indonesia tahun lalu, tahun lalu teman-teman ingat kita menyelenggarakan ASEAN-Indo Pacific Forum dan penguatan hubungan dengan Pacific Island Forum dan Indian Ocean Rim Association (IORA)," tambahnya.

Hal kedua yang disampaikan Retno adalah ASEAN harus memiliki pendekatan yang komprehensif untuk isu keamanan. isu ketahanan pangan, energi, dan keuangan diproyeksikan akan menjadi tantangan ekonomi utama yang dihadapi ASEAN di masa depan.

"Kita telah saksikan bersama bagaimana konflik di Ukraina, perubahan iklim, dan pandemi Covid-19 telah memperparah tantangan sosial ekonomi tahun lalu. Dan tahun ini, situasi di Gaza dan Palestina secara umum menciptakan lebih parah ketidakadilan dan ketidakpastian," kata Retno.

"Itulah mengapa keketuaan Indonesia tahun lalu di ASEAN, Indonesia mendorong penguatan kerja sama di sektor ketahanan pangan, energi dan keuangan karena Indonesia ingin memperkokoh ketahanan sosial-ekonomi ASEAN," sambungnya.

Selain itu, Retno menyampaikan bahwa ASEAN juga harus dapat mengatasi risiko keamanan yang timbul dari digitalisasi dan perkembangan teknologi terkini seperti AI dengan mendorong dan turut menentukan tata kelola digital global dan menjembatani digital divide serta memperkuat digital literacy. Menurutnya, transformasi digital harus menjadi 'force enabler for the global common good' atau kekuatan yang memungkinkan kita meraih kebaikan global secara bersama.

"Di akhir pidato, saya tekankan pentingnya kerja sama kolektif untuk mengatasi keamanan kawasan dan global karena kita tidak akan dapat mengatasi tantangan sendirian. Saya juga menekankan pentingnya proses yang inklusif dalam pengembangan Visi Komunitas ASEAN 2045 dengan memperhatikan suara dan kepentingan masyarakat ASEAN," ucapnya.

Simak juga Video 'KTT ASEAN-Australia, Jokowi Tekankan Pentingnya Gencatan Senjata di Gaza':

Simak selengkapnya di halaman selanjutnya:




(fas/aud)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork