Sosok

Merawat Makam, Meraih Berkah

Siti S. Shopiah - detikNews
Senin, 01 Apr 2024 13:27 WIB
Jakarta -

Terik matahari Jakarta tak mengurangi semangat pria paruh baya yang sedang membersihkan sebuah petak makam. cuaca seperti ini, justru menjadi waktu yang tepat baginya untuk menjamah setiap gundukan tanah di atasa lahat. Ialah Mohammad Slamet, seorang pengurus makam di TPU Tanah Kusir. Ia cukup yakin bahwa saat ini adalah tahun ke-24 dirinya bekerja di tempat itu.

Hamipr seperempat abad menjalani pekerjaan sederhana seperti memotong rumput, menyiram, dan memupuk tanaman di sekitar makam, membuat ia piawai dan hafal setiap detail makam-makam yang diurusinya. Meski demikian, bukan bentuk pekerjaannya yang menjadi tantangan. Hasil pekerjaan yang rapi seperti itu butuh ketelatenan serta ketulusan hati.

"Kita fokus merawat makam aja. Menyiram, guntingin rumput, ngasih pupuk dan sebagainya. Kalau untuk pupuk itu kita sebulan dua kali. Kalau untuk pengguntingan rumput kurang lebih ya satu minggu. Kita lihat kondisi rumputnya itu sudah gondrong atau sudah lebat, kita gunting lagi," ungkap Slamet di Program Sosok detikcom.

Dalam sebulan, Slamet diberi upah seratus ribu rupiah untuk satu makam yang dirawatnya. Sayangnya, upah itu tidak setiap bulan ia dapatkan. Sering kali, seorang keluarga pemilik makam memberinya upah untuk setengah hingga satu tahun sekaligus. Untuk itu, Slamet harus pandai-pandai mengelola pendapatannya. Jika tidak, bisa-bisa tak ada lagi uang untuknya hidup hingga bayaran berikutnya tiba.

Tak hanya memelihara kebersihan dan kerapihan makam, Slamet juga rajin mendoakan setiap makam yang diamanahkan kepadanya. Baginya, orang-orang yang telah meninggal dan beristirahat di makam ini merupakan pengingat akan kematian, meski mereka tidak lagi berbicara.

"Kita di sini pemakaman, ya selama apa yang kita bisa baca, ya kita doakan semua yang ada di sini. Kita sebagai muslim, ya kita selalu doa, ngedoain sesama muslim. Jadi, istilahnya ini, orang mati ini kan pelajaran tapi yang tidak bisa bicara. Jadi kita, oh, kita bakal kembali, begini," tutur Slamet.

Keikhlasan Slamet dalam merawat makam pun terbayar manis. Ia mendapatkan kesempatan istimewa untuk melakukan perjalanan Umroh sebagai bentuk ucapan terima kasih dari ahli waris yang makamnya dijaga dan dirawat olehnya.

"Ya itu pada tahun 2015. Ahli waris (ada) yang ngasih rejeki ke saya, untuk menunaikan ibadah Umroh. Saya dapat rejeki diberangkatkan Umroh, khusus diri saya sendiri. Dan ya alhamdulillah saya bersyukur bisa berangkat menunaikan ibadah Umroh ke tanah suci," kata Slamet.

Meski demikian, bukan berarti Slamet mengharapkan imbalan atau keuntungan lain dari menjadi pengurus makam. Slamet menuturkan, yang ia harapkan hanyalah kesehatan yang terus terjaga dan umur yang panjang, sehingga ia dapat terus melanjutkan pekerjaannya.

"Saya selalu berdoa sama Allah tuh, disehatkan badan saya, dipanjangkan umurnya, itu aja. Supaya saya bisa merawat makam dengan baik. Saya nggak ada cita-cita untuk yang lain gitu, nggak ada. Atau kalau dapat rejeki yang lebih, ya Alhamdulillah kita syukuri untuk kita kasih untuk keluarga. Jadi nggak ada untuk cita-cita yang tinggi-tinggi," pungkas Slamet.

Ia sadar benar bahwa dirinya tidak bisa mengandalkan rezeki dari uang saja. Maka Slamet pun selalu berusaha melakukan hal lebih tatkala dirinya bekerja. Sebab 24 tahun menjadi seorang penjaga makam, Slamet tahu, hingga saatnya tiba yang ditinggalkannnya hanyalah nama.




(sss/nel)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork