Informasi dalam artikel ini tidak ditujukan untuk menginspirasi siapa pun untuk melakukan tindakan serupa. Bila Anda merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu, seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental.
Penyelidikan kasus empat orang sekeluarga yang tewas usai lompat dari lantai 22 apartemen di Penjaringan, Jakut, masih berlanjut. Hingga kini polisi masih mendalami apa motif sekeluarga itu lompat.
Sebagaimana diketahui, empat orang ditemukan tewas usai lompat dari lantai 22 apartemen di Penjaringan, Jakarta Utara pada Sabtu (9/3) lalu. Keempat korban itu adalah pria EA (50), perempuan AEL (52), remaja laki-laki JWA (13), dan remaja wanita JL (16).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keempat korban ditemukan tewas di lantai dasar lobby apartemen. Saat ditemukan, kondisi keempatnya terikat tali satu sama lainnya di bagian lengannya.
Polisi belum menyimpulkan apakah ada peristiwa pidana terkait kematian keempat orang sekeluarga ini. Namun, dugaan sementara polisi menyatakan mereka bunuh diri.
Tes DNA pada Tali Ikatan
Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Gidion Arif Setyawan mengatakan pihaknya saat ini masih mendalami apakah ada tindak pidana dalam peristiwa tewasnya sekeluarga tersebut. Laboratorium forensik nantinya yang akan menjawab apakah ada orang lain di TKP pada saat keempat korban itu jatuh.
"Yang menjadi pertanyaan kan kemudian kita menjawab pertama itu adalah peristiwa ya, kita belum masuk pada konstruksi hukum ya kan. Peristiwa pertanyaan besar apakah bunuh diri ataukah ada pihak lain ya kan. Nah itu yang kemudian nanti harus kita jawab menggunakan scientific investigation-nya menunggu hasil pemeriksaan dari labfor tentang DNA," jelas Gidion kepada wartawan di Polres Metro Jakarta Utara, Senin (18/3).
Pemeriksaan DNA tersebut dilakukan pada tali karmantel yang mengikat satu korban dan yang lainnya.
"DNA yang di mana? DNA yang ada di tali ya yang ditemukan di TKP satu melekat pada korban dan satu masih satunya terlepas dari korban," jelasnya.
Cari Jejak DNA Selain Korban
Pemeriksaan DNA ini dilakukan untuk mencari tahu apakah ada orang lain selain keempat korban di TKP sebelum sekeluarga itu jatuh dan tewas dari ketinggian lantai 22 apartemen.
"Itu yang kita lakukan pemeriksa intinya itu. Untuk apa, untuk membuktikan apakah ada tipe atau jenis DNA lain yang ada di tali itu, itu untuk memastikan karena kita imajinasikanlah ya kita itu tali atau namanya tali karmantel merupakan perlengkapan terakhir gitu ya untuk peristiwa itu terjadi," paparnya.
Baca selengkapnya di halaman selanjutnya....
Simak Video 'Update Kasus Keluarga Apartemen Jakut: 12 Saksi Diperiksa-Sulit Cari Jejak':
Minim Jejak Digital
Polisi masih menyelidiki tewasnya 4 orang sekeluarga yang lompat dari lantai 22 apartemen di Teluk Gong, Penjaringan, Jakarta Utara. Polisi mengaku kesulitan karena ponsel korban yang hancur total.
"Handphone itu kondisi pecah, rusak berat tidak bisa diekstrak," ucap Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Gidion Arif Setyawan kepada wartawan di Polres Metro Jakarta Utara, Senin (18/3).
Ia menyebut, sebelum tewas, hanya ada beberapa komunikasi yang dilakukannya. Mereka pun sering berganti-ganti nomor.
"Hanya beberapa komunikasi dan dia menggunakan nomor yang berganti-ganti," katanya.
Polisi mengaku kesulitan melacak jejak digital sekeluarga tersebut. Bahkan jejak media sosial sekeluarga tewas itu pun tidak ada.
"Sangat menyulitkan tidak ada jejak digital," katanya.
"Medsosnya sudah tidak ada," tutupnya.
Ibu Sekeluarga Sempat Sembahyang
Kasat Reskrim Jakarta Utara, AKBP Hady Siagian, menyebut sang istri sempat sembahyang di kelenteng sebelum melompat dari apartemen tersebut.
"Istrinya berdoa dulu, sembahyang. Nah terus bapak-anaknya tunggu di kursi," ucapnya kepada wartawan saat ditemui di Polres Metro Jakarta Utara, Senin (18/3).
"Duduk di kursi. Itu. Pas tangga itu kan kursi cokelat tuh, kanan taman kiri kelenteng kan. Bapak sama anaknya tunggu di situ," jelasnya.
Akong, penjaga kelenteng itu, pun mengaku melihat sekeluarga tersebut sempat mengunjungi kelenteng. Ia tak percaya bahwa itu jadi momen terakhir perjumpaannya dengan dia.
"Oh dilihat, sembahyang dilihat. Cuma nggak nyangka dia kalau selesai ibadah bakal loncat," tutupnya.