Siap-siap! Ini yang Wajib Diketahui Jelang Kemarau 2024 di Indonesia

Siap-siap! Ini yang Wajib Diketahui Jelang Kemarau 2024 di Indonesia

Tim detikcom - detikNews
Sabtu, 16 Mar 2024 05:00 WIB
Ilustrasi Musim Kemarau
Foto: Ilustrasi musim kemarau (Getty Images/iStockphoto/happy8790).
Jakarta -

Indonesia sebentar lagi akan memasuki musim kemarau 2024. Apa saja yang perlu diketahui jelang kemarau?

Awal Kemarau 2024

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi awal musim kemarau terjadi pada April 2024. Untuk wilayah Jakarta, BMKG memprediksi musim kemarau dimulai bulan Mei.

"BMKG memprediksi awal musim kemarau terjadi seiring aktifnya monsun Australi pada April 2024 yang akan dimulai dari NTT, NTB dan Bali. Lalu wilayah Jawa, kemudian mendominasi hampir seluruh wilayah Indonesia pada periode Mei hingga Agustus 2024," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati pada Konferensi Pers Prakiraan Musim Kemarau Tahun 2024 di Wilayah Indonesia dan Updating Kondisi Cuaca, Jumat (15/3/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dijelaskan juga terdapat 699 zona musim (ZOM) di Indonesia, di mana 90 ZOM di antaranya diprediksi masuk musim kemarau pada April 2024. Kemudian untuk wilayah Jakarta di bulan Mei 2024.

"90 ZOM atau 13 persen diprediksi akan masuk kemarau pada April 2024 yaitu di sebagian Bali, NTT, NTB, pesisir utara dari Banten, Jakarta dan Jabar, maksudnya pesisir utara Jawa Barat dan bagian pesisir Jawa Timur sebanyak 133 ZOM atau 19 persen wilayah akan memasuki kemarau pada bulan Mei 2024 yang meliputi wilayah Jakarta, sebagian kecil Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, sebagian Jawa Timur, sebagian kecil Maluku, sebagian Papua dan Papua Selatan," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Kemudian sebanyak 167 ZOM atau 24 persen wilayah akan memasuki kemarau pada Juni meliputi sebagian besar Sumatera, Banten, sebagian besar Jawa Barat, sebagian besar Kalimantan Barat, sebagian kecil Kalimantan Timur, sebagian Sulsel, sebagian Sulteng.

"Sedangkan 113 ZOM atau 16 persen lainnya daerah yang memiliki musim hujan atau kemarau sepanjang tahun. Jadi ada wilayah yang sepanjang tahun musim hujan terus tak ada kemaraunya atau sebaliknya," kata Dwikorita.

Puncak Musim Kemarau Juli-Agustus

BMKG memprediksi puncak musim kemarau terjadi pada Juli 2024. Namun, sebagian besar wilayah Indonesia akan mengalami puncak kemarau di bulan Agustus.

"Sebagian besar wilayah Indonesia akan mengalami puncak kemarau pada Agustus 2024 yaitu meliputi sebagian Sumatera Selatan, Jawa Timur, sebagian besar Kalimantan Timur, Bali, NTB, NTT, sebagian besar Sulawesi, Maluku dan Pulau Papua," kata Dwikorita.

Meski demikian, ada sejumlah wilayah yang mengalami puncak musim kemarau di bulan Juli di antaranya Pulau Sumatera, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Kalimantan Barat, dan sebagian Kalimantan Utara.

"Jadi yang Juli puncak kemaraunya lebih awal, yang September puncak kemaraunya lebih akhir, dibanding yang sebagian besar mengalami puncak kemarau pada Agustus 2024," kata Dwikorita.

Berdasarkan hal itu, BMKG menyimpulkan musim kemarau 2024 diprediksi secara umum mundur dibandingkan kondisi normal. Dwikorita mengatakan curah hujan yang turun pada periode kemarau 2024 diprediksi normal hingga lebih basah dibanding kondisi normal.

"Meski demikian beberapa daerah diprediksi curah hujan yang lebih rendah dibanding kondisi normalnya, puncak kemarau umumnya diprediksi pada Juli dan Agustus," katanya.

Baca halaman selanjutnya>>

Simak Video 'Puncak Kemarau 2024 Diprediksi Terjadi Juli-Agustus':

[Gambas:Video 20detik]



Wilayah Berpotensi Kahutla

Deputi Bidang Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan menerangkan pada Juli 2024 beberapa wilayah yang berpotensi karhutla antara lain Provinsi Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Lampung, Sumatera Utara, dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

Kemudian pada puncak kemarau, dijelaskan ada perluasan sekaligus perpindahan wilayah dengan potensi karhutla dengan risiko menengah maupun risiko tinggi. Ardhasena mengatakan peningkatan yang signifikan untuk wilayah rawan di Pulau Sumatera di bulan Agustus dan perluasan potensi karhutla ke wilayah Pulau Kalimantan bagian selatan.

"Agustus di Riau, Jambi, Sumsel dan sebagian Lampung, Kalsel dan Kalteng. Kondisi tersebut juga bertahan masih perlu diwaspadai peluang terjadinya karhutla," kata Ardhasena.

Adapun wilayah Jawa bagian timur dan Papua bagian selatan menjadi titik dengan kelas risiko paling signifikan di bulan September.

Karakteristik Kemarau Tahun Ini

Ardhasena Sopaheluwakan menyampaikan musim kemarau yang akan dimulai April ini cenderung panas dan lembab.

"Dengan lebih hangatnya suhu laut Indonesia, maka potensi penguapan lebih banyak terjadi, akan lebih banyak awan-awan. Sehingga banyak lebih lembab temperaturnya, mungkin memang tidak akan seperti tahun kemarin, tapi kombinasi keduanya bisa membuat rasa tidak nyaman seperti tahun kemarin," kata Ardhasena.

"Tahun kemarin awan rendah sekali sehingga exposure sinar matahari itu langsung, karakternya panas dan kering. Tahun ini akan panas dan lembab," jelasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Dwikorita Karnawati menambahkan musim kemarau 2024 ini diprediksi secara umum akan bersifat normal. Namun di sejumlah wilayah, lanjut dia, akan lebih basah dari rata-rata klimatologi.

"Dan, kurang lebih 9 persen ZOM yang akan mengalami lebih kering dari kemarau yang normal. Karena itu, untuk wilayah yang lebih kering atau lebih basah perlu diwaspadai untuk mengantisipasi karhutla, gagal panen, dan yang lebih basah pola tanamnya meleset," kata Dwikorita.

Lebih lanjut, Dwikorita menerangkan soal peralihan musim kemarau 2024 yang tidak serentak di wilayah RI. Dia mengatakan faktornya adalah mempertimbangkan embusan angin yang membawa musim kemarau atau hujan.

"Jadi luasnya wilayah Indonesia dan dilihat bagaimana posisi terhadap sumber datangnya angin yang mengakibatkan musim kemarau. Yang membawa musim kemarau itu monsun angin yang bertiup dari Australia, angin gurun yang kering, sehingga hal ini bisa terlihat yang kemarau duluan yang terkena angin itu duluan," katanya.

"Yang terkena angin duluan yang paling dekat dengan Australia jadi Nusa Tenggara akan terkena angin lebih dulu, baru menyebar ke Jawa, Sumatera, Sulawesi. Juga Papua bagian selatan relatif kena lebih dulu juga, baru makin ke utara. Jadi itu sebabnya kenapa di Indonesia musim kemaraunya tak bisa serentak, demikian musim hujannya," lanjut dia.

Halaman 2 dari 2
(whn/azh)



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads