Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat ramai dipadati warga yang hendak pulang ke kampung halaman. Mereka ingin berpuasa hari pertama, pada 12 Maret 2024, bersama dengan keluarga.
Pantauan detikcom di lokasi, Senin (11/3/2024), para penumpang menduduki kursi tunggu stasiun. Mereka membawa koper dan sebuah kardus berbagai ukuran. Para porter (pengangkat barang) di Stasiun Pasar Senen pun sibuk membantu penumpang untuk membawa bawaannya.
Ada yang pergi bersama keluarga, ada juga yang pergi sendiri dengan menggunakan ransel di punggungnya. Salah satu warga, Nisrina (21), mengaku sengaja pulang kampung menjelang hari pertama puasa. Mahasiswa asal Subang itu memilih kereta api sebagai transportasinya menuju kampung halaman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena besok kan puasa pertama. Dan juga saya di semester akhir ya. Nah kebetulan Minggu ini saya kosong jadwal bimbingan juga," kata Nisrina saat ditemui di lokasi.
Nisrina mengaku akan berada di kampung halaman selama seminggu lalu kembali ke Jakarta. Dia harus bimbingan skripsi di kampusnya pekan depan, meski jadwal kuliah libur.
"Sebenarnya kampus sudah libur cuma karena ada bimbingan, saya pulang aja seminggu. Tapi nanti jelang Lebaran ke kampung lagi," ujarnya.
Warga lainnya, Rio (24), juga sengaja pulang kampung hari ini agar dapat puasa pertama bersama keluarga. Selain itu, ia mengaku sudah menyelesaikan kursus bahasanya di Jakarta.
"Iya (ingin puasa pertama di kampung). Ada bareng temen saya," kata Rio.
Warga asal Surabaya itu mengatakan telah tinggal di Jakarta selama 4 bulan sehingga ia harus balik ke rumahnya di Surabaya.
"Ini mau pulkam ke Surabaya karena kursusnya udah selesai. Ya udah akhirnya pulang," katanya.
Selengkapnya di halaman selanjutnya.
Poter di Stasiun Senen Rela Tak Mudik
Bahru (50) adalah seorang kepala rumah tangga yang rela meninggalkan keluarganya untuk mencari rezeki menjadi seorang porter di Stasiun Pasar Senen, Jakarta. Bapak dua anak itu rela tidak pulang mudik nanti demi mencukupi biaya kuliah sang anak di kota pelajar, Yogyakarta.
Selama 13 tahun ia menjadi porter di Stasiun Pasar Senen dan berpisah dengan keluarga kecilnya. Selama itu, baru dua kali Bahru berlebaran bersama keluarganya di kampung.
"Tiap Lebaran aku nggak pulang. Selama kerja, aku baru dua kali Lebaran pulang pas pandemi Corona," kata Bahru kepada detikcom di Stasiun Pasar Senen, Senin (11/3/2024).
Ia mengatakan, setiap Ramadan hingga Lebaran, akan ada banyak penumpang kereta yang naik dari Stasiun Pasar Senen. Ia mengaku dari situlah rezekinya datang untuk membiayai anaknya kuliah.
"Nggak (mudik ke kampung halaman), soalnya di sini kan rame. Harus biayain kuliah anak juga," imbuhnya.
Bahru mengaku sedih lantaran Lebaran kali ini ia tidak bisa mudik ke kampung halamannya di Kebumen, Jawa Tengah. Terlebih, sang anak sudah memintanya pulang agar dapat berkumpul bersama pada momen Lebaran nanti.
"Udah bilang ke anak-istri. Emang sebenernya anak saya pengennya kumpul. Tapi ya aku ceritain kondisi saya gini-gini. Kasih pengertian," ujarnya.
"Kalo dikatakan sedih ya sedih banget. Tapi kita namanya orang tua kewajibannya kan cari nafkah," sambungnya.
Meski begitu, Bahru mengaku bisa meraup Rp 100-200 ribu per hari sebagai porter Stasiun Pasar Senen. Bahkan, katanya, per bulan ia dapat meraup Rp 6 juta.
"Nggak nentu, kadang dapet Rp 100 ribu, paling gede Rp 200 ribu. Kita kan udah tua juga, kondisi badan juga terbatas. Tapi bagiku yang penting kita bisa biayain anak istri," ujarnya. "Ya Rp 6 juta lah (pendapatan per bulan)," tambahnya.