Mengapa Ada Tanggal 29 Februari di Tahun 2024? Begini Penjelasannya

Mengapa Ada Tanggal 29 Februari di Tahun 2024? Begini Penjelasannya

Kanya Anindita Mutiarasari - detikNews
Kamis, 11 Jan 2024 09:47 WIB
Ilustrasi Kalender
Ilustrasi kalender (Foto: detikcom/Dikhy Sasra)
Jakarta -

Februari adalah bulan kedua dalam kalender masehi. Biasanya, bulan Februari memiliki 28 hari. Namun, khusus tahun 2024, bulan Februari terdiri dari 29 hari.

Perlu diketahui, tanggal 29 Februari terjadi setiap empat tahun sekali. Lalu, mengapa ada tanggal 29 Februari? Simak informasi di bawah ini.

Mengapa Ada Tanggal 29 Februari?

Tanggal 29 Februari terjadi setiap empat tahun sekali yang disebut sebagai tahun kabisat. Apa itu tahun kabisat? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kabisat adalah tahun yang jumlah harinya sebanyak 366 hari (dalam tahun itu, jumlah hari dalam bulan Februari adalah 29 hari).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dilansir situs Space Place NASA, satu tahun umumnya terdiri dari 365 hari. Hal itu berdasarkan peristiwa bumi mengorbit matahari yang membutuhkan waktu sekitar 365,25 hari.

Namun, jumlah hari dalam setahun dibulatkan menjadi 365 hari. Oleh karena itu, untuk mengganti sebagian hari yang hilang, NASA menambahkan satu hari pada ke kalender setiap empat tahun yang disebut tahun kabisat. Satu hari pada tahun kabisat jatuh pada 29 Februari.

ADVERTISEMENT

Asal-usul Tahun Kabisat

Dikutip dari situs History, tahun kabisat pertama kali diperkenalkan oleh Julius Caesar. Caesar bersama dengan filsufnya, Sosigenes, membuat suatu modifikasi dalam kalender Romawi kuno. Mereka menambahkan satu hari di bulan kedua setiap tahun keempat, yaitu Februari.

Namun, pada abad ke 16 sejumlah ilmuwan mengatakan bahwa perhitungan Julius Caesar masih kurang tepat. Hal ini menjadi masalah bagi Gereja Katolik, karena tanggal Paskah telah menyimpang dari tanggal tradisionalnya.

Lalu, Paus Gregorius XIII menugaskan untuk membuat kalender yang dimodifikasi dan disebut kalender Gregorian. Dalam kalender Gregorian yang sekarang digunakan secara umum, selisihnya disesuaikan dengan menambahkan satu hari tambahan hanya pada tahun-tahun abad yang habis dibagi 400 atau 4.

Sistem Perhitungan Kabisat

Dalam sistem bumi mengorbit matahari, dibutuhkan waktu 365,25 hari atau 365 hari enam jam. Namun, karena satu tahun hanya terdiri dari 365 hari, maka sisa waktu pengorbitan matahari digantikan setiap empat tahun di bulan Februari.

Dilansir situs LAPAN, berikut cara menentukan tahun kabisat.

  • Apabila angka tahun tersebut habis dibagi dengan 400, maka tahun itu adalah tahun kabisat;
  • Apabila angka tahun tersebut tidak habis dibagi dengan angka 400, tetapi habis dibagi angka 100, maka tahun tersebut bukanlah tahun kabisat;
  • Apabila tahun tersebut tidak habis dibagi 400 ataupun 100, tetapi habis dibagi dengan angka 4, maka tahun itu adalah tahun kabisat
  • Apabila tahun tersebut tidak habis dibagi 400, 100, maupun 4, maka dipastikan tahun tersebut bukanlah tahun kabisat.

Contohnya pada tahun 2024. Tahun 2024 termasuk tahun yang tidak habis dibagi 400 ataupun 100, tetapi habis dibagi dengan angka 4. Dengan demikian, 2024 termasuk tahun kabisat dan memiliki tanggal 29 Februari.

(kny/imk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads