Perwakilan siswa angkatan 35, 36, dan 37 SMAN 5 Kota Bekasi, DS, menepis kabar bahwa demo siswa ke pihak sekolah hanya karena isu class meeting. DS mengungkap sejumlah keluhan siswa terkait uang sumbangan sekolah yang naik serta kegiatan siswa yang dikenai bayaran.
"Sebelum ganti kepala sekolah, memang ada uang sumbangan Rp 300 ribu per bulan. Sekarang dipukul per tahun Rp 8 juta. Kalau dibagi 12 bulan, jatuhnya sekarang uang sumbangan Rp 600 ribu. Naik dua kali lipat," kata DS kepada detikcom, Kamis (7/12/2023).
Dia lalu mengatakan kegiatan organisasi kesiswaan sebelumnya ditanggung oleh sekolah. Namun kini setiap siswa yang hendak ikut organisasi dipungut bayaran Rp 350-700 ribu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dana PPCP Rp 350 ribu untuk panitia dan Rp 700 ribu untuk peserta. Dana LDKS Rp 550 ribu untuk panitia dan peserta. Dana Regen Rp 550 ribu untuk panitia dan peserta," jelas DS.
Dia mengatakan, pada tahun-tahun sebelumnya, saat kepala sekolah lama, kegiatan kesiswaan digelar di sekolah dan tak dipungut biaya. Namun, setelah berganti kepala sekolah, kegiatan dilakukan di luar sekolah dan dipungut bayaran.
"Fasilitasnya tidur di tenda, transport pakai tronton, 2 hari 1 malam. Fasilitasnya nggak sebanding dengan bayaran," ucap DS.
"Regen itu kegiatan regenerasi Badan Pengurus Harian Ekstrakurikuler. PPCP itu Pelantikan Pramuka Calon Penegak," lanjut dia.
DS pun menuturkan, sejak awal pergantian kepala sekolah, para siswa sudah ragu karena mendengar informasi terkait rekam jejak kepala sekolah baru. DS enggan membeberkan informasi yang dimaksud.
"Dari awal kita ganti kepala sekolah saja tuh sebenarnya kita sudah nggak setuju karena bisa lihat sendiri kok track record beliau yang di sekolah-sekolah sebelumnya. Tapi ya guru-guru bilang kalau kita coba kasih kesempatan ke beliau," tutur DS.
![]() |
DS mengaku keluhan mulai bermunculan saat ada kewajiban membayar sumbangan ke sekolah Rp 8 juta. Dia mengatakan menerima informasi dari adik-adik kelasnya yang kartu ujiannya ditahan lantaran belum membayar sumbangan ke sekolah.
"Awalnya tuh emang kebijakan-kebijakan beliau harmless, tapi kok makin ke sini jadi sangat membebani dan merugikan murid-muridnya. Mulai dari masing-masing anak yang wajib bayar Rp 8 juta per tahunnya," jelas DS.
"Dan bahkan karena baru-baru ini ada PAS (penilaian akhir semester), banyak kasus anak-anak kelas 10 dan 11 yang kartu ujiannya ditahan sama sekolah dengan alasan mereka belum bayar. Kemarin itu baru saja ada orang tua yang ngadep sama kepala sekolah dan wakil kepala sekolah karena kartu ujian anaknya ditahan dengan alasan belum bayar," terang DS.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.
Simak juga Video: Gagal Bertemu Pj Wali Kota, Demo Mahasiswa di Tasikmalaya Ricuh
Masih kata siswa kelas XII SMAN 5 Kota Bekasi ini, penyelenggaraan class meeting sebenarnya hanya salah satu dari sejumlah isu yang dikeluhkan siswa. DS menilai sekolah seperti tak memberi jeda pada murid untuk istirahat dari kegiatan belajar-mengajar.
"Sebenarnya juga masalah yang class meeting itu tuh bukan isu yang kita angkat, memang kita pingin class meeting, tapi masalah sebenarnya itu adalah warga sekolah yang nggak dapat istirahat sama sekali," kata DS.
"Kami habis project, minggu depannya langsung PTS (penilaian tengah semester), habis itu langsung Regen, terus lanjut ke PAS. Dan sekarang ketika kita kira sudah selesai, kita dipaksa lagi untuk belajar materi semester II," lanjut DS.
Dia menyampaikan sekolah beralasan hari belajar di semester II tak efektif dan kurang sehingga harus dikebut di akhir semester I. Terkait ini, DS meminta hasil analisis sekolah berdasarkan data.
"Misalnya harusnya jam belajar 96 jam, dan Semester 2 efektifnya cuma 89 jam, tolong tunjukkan ke kami datanya. Sehingga kami bisa memberi masukan apa jam belajar ditambah di hari efektif atau bagaimana," tegas DS.
Sebelumnya diberitakan, murid Sekolah Menengah Akhir Negeri (SMAN) 5 Kota Bekasi mendemo pihak sekolah. Mereka tampak berkumpul di lapangan sekolah mengenakan seragam pramuka dan memajang spanduk.
Dari foto yang diterima detikcom, Rabu (6/12), spanduk yang dibuat para murid bertuliskan 'Berikan Kami Istirahat', 'Sekolahku Penjaraku', 'Info Classmeet???', dan 'Stop KBM! Lanjutkan Classmeet'. Terkait kejadian ini, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, Dian, membantah bahwa muridnya melakukan demonstrasi.
"Tadi anak menyampaikan aspirasi karena sangat bersemangat ingin melaksanakan class meeting, yang sebenarnya hal tersebut sedang kami rundingkan kapan pelaksanaannya sesuai dengan proposal yang diajukan anak, yaitu selama 3 hari," kata Dian kepada detikcom.
Dian mengatakan SMAN 5 Kota Bekasi memberikan kesempatan kepada murid-murid untuk menyampaikan aspirasi. Dian juga menuturkan para murid tak mendemo Kepala SMAN 5 Kota Bekasi, Waluyo.
"Memberikan aspirasi merupakan wujud dinamika demokrasi saat ini dan memang diajarkan dalam kurikulum merdeka, dan itu bukan mendemo kepala sekolah, karena kepala sekolah tetap bertugas sewajarnya sesuai tupoksi (tugas pokok dan fungsi) beliau," terang Dian.
Dian juga menepis isu adanya pungutan biaya oleh pihak sekolah. "Dan tidak ada pungutan yang dilakukan sekolah," ucap Dian.
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.
Dian lalu menerangkan, soal sudah dimulainya kegiatan belajar-mengajar (KBM) dengan materi semester II, meski kalender semester I belum berakhir sepenuhnya. Dia menyebut kegiatan belajar-mengajar dengan materi semester II dilakukan berdasarkan analisis sekolah, yaitu kurangnya hari efektif belajar di semester II, lantaran banyak libur dan terpotong kegiatan sekolah lainnya.
"Mengenai siswa melanjutkan KBM, hal tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik. Karena dari hasil analisis, untuk semester II nanti, akan kekurangan hari efektif belajar karena banyak libur dan berbagai kegiatan sekolah. Di samping itu supaya anak-anak tetap terdampingi di kelas sampai pelaksanaan class meeting sesuai proposal anak," terang Dian. Demonstrasi ini digelar para murid menjelang sore hari kemarin.
![]() |