Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah mempermudah pengobatan warga Maluku. Dahlan Rentua (63) salah satu peserta segmen Pekerja Penerima Upah (PPU) kelas dua mengaku program ini mempermudah dirinya ketika harus operasi katarak mata dan saraf kejepit.
Dahlan merasa sangat puas terhadap program JKN, pun dengan beragam manfaat yang didapatnya. Pelayanan yang diberikan fasilitas kesehatan juga tak berbeda, semuanya memuaskan.
"Program JKN sangat bermanfaat bagi saya. Saya pernah operasi katarak mata, pengobatan saraf terjepit, operasi abses di daerah kaki dan juga beberapa pemeriksaan lainnya," ungkap Dahlan dalam keterangan tertulis.
Dahlan menceritakan bahwa saat itu dirinya sedang berada di Kota Makassar dan penglihatannya kurang jelas dan terasa seperti berawan. Ia memutuskan untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan.
"Saya berobat ke Klinik Kimia Farma Hasanuddin. Sesampainya di sana, dokter yang memeriksa saya kemudian menyampaikan bahwa saya harus dirujuk ke Klinik Utama Mata JEC-ORBITA Makassar," tambahnya.
Tak perlu menunggu lama bagi Dahlan untuk mendapatkan penanganan. Hanya butuh beberapa hari saja, kedua matanya sudah mendapatkan tindakan operasi.
"Beberapa hari kemudian, langsung dilakukan tindakan operasi pada mata saya bagian kiri dan sembilan hari selanjutnya dilakukan operasi pada mata sebelah kanan saya. Benar-benar pelayanan yang diberikan sangat cepat dan memudahkan saya selaku peserta JKN," tambahnya.
Menurut Dahlan, saat ini jika mengakses pelayanan kesehatan baik di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) Maupun Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL) sudah sangat mudah dan semakin terjangkau. Masyarakat tak dipersulit dengan permintaan berkas yang ribet.
"Selain itu, saya melakukan pengobatan saraf terjepit di Rumah Sakit Siloam Makassar. Proses rujukan berjenjang dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) Klinik Kimia Farma Hasanuddin, kemudian ke Rumah Sakit Mitra Husada dan dirujuk kembali ke Rumah Sakit Siloam Makassar untuk dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu Magnetic Resonance Imaging (MRI). Semuanya ini berjalan dengan lancar tanpa ada permintaan berkas yang ribet," ujarnya.
Dahlan menambahkan bahwa pelayanan yang ia dapat pada saat di FKTP maupun FKRTL tidak ada perbedaan perlakuan antara pasien JKN dengan pasien umum. Semua dilayani dengan baik dan ramah.
"Awalnya saya berpikir kalau pelayanan kesehatan di daerah terpencil mungkin agak berbeda dengan di kota-kota maju seperti Makassar. Tapi ternyata tidak, pelayanan yang diberikan oleh petugas medis di Rumah Sakit Umum Daerah Cendrawasih Dobo, Kepulauan Aru juga sangat sigap dan ramah," ujar Dahlan.
Dahlan juga menceritakan pengalamannya ketika dirawat di RSUD Cendrawasih Dobo. Ini terjadi ketika ia mengalami pembengkakan pada kaki selama berbulan-bulan.
"Ada pembengkakan pada mata kaki yang saya alami selama berbulan-bulan, bengkaknya kadang-kadang mengeluarkan nanah karna furunkel-nya (mata bisulnya) sehingga kondisinya sudah cukup parah. Selain gejala tersebut, saya mengalami demam dan sakit pinggang yang kemungkinan disebabkan oleh abses pada kaki," tambahnya.
Akhirnya keluarga Dahlan memutuskan untuk membawa saya ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Cendrawasih Dobo. Sesampainya di sana, ia diharuskan menjalani rawat inap.
"Saya dirawat sampai pulih setelah selesai operasi abses di kaki, baru saya diizinkan pulang. Jadi tidak ada pembatasan hari rawat inap," tutur Dahlan.
Dahlan tak lupa mengucapkan terima kasih kepada pemerintah dan BPJS Kesehatan. Dirinya juga sangat bersyukur karena telah terdaftar sebagai Peserta JKN dan ia berharap semoga program ini dapat terus berkelanjutan.
"Semoga kedepannya pemerintah dan BPJS Kesehatan terus bersinergi dan berinovasi untuk mengembangkan Program JKN. Dengan begitu, seluruh masyarakat dapat merasakan manfaat dari program JKN yang semakin mudah, semakin cepat dan setara," tutupnya.
(akd/akd)