Letkol Lek Bunyamin membuat inovasi Ground Control Station (GCS) yang berfungsi sebagai ruang untuk memonitor pergerakan pesawat tanpa awak atau drone. GCS ini didesain seperti mobil karavan yang di dalamnya terdapat berbagai alat untuk memantau dan mengontrol drone.
Letkol Bunyamin menjadi salah satu kandidat yang diusulkan untuk Soedirman Awards 2023 atas inovasi yang dilakukan di Dinas Penelitian dan Pengembangan (Dislitbang) TNI AU itu. Letkol Bunyamin saat ini menjabat Kasitekinfo Subdisiptek Dislitbangau.
Alat ini mulai dirancang oleh Letkol Bunyamin pada tahun 2022. GCS memiliki ukuran dengan panjang sekitar 3 meter, lebar 1,9 meter, dan tinggi 2,45 meter.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ground Control Station yang didesain seperti karavan ini di dalamnya terdapat beberapa perangkat komputer yang akan difungsikan sebagai flight control system, mission control system, payload control system, dan communication computer serta peralatan elektronik lainnya. Prajurit akan mengoperasikan alat itu untuk mengontrol dan memantau pergerakan drone.
![]() |
Letkot Bunyamin menceritakan tentang detail dan awal mula menggagas alat ini. Bunyamin menyebutkan GCS ini digunakan untuk mengontrol dan memantau pergerakan drone yang dikirimkan dalam sebuah misi.
"Kebetulan dua tahun ini kita membuat FTB (flying test bed), pesawat tanpa awak. Jadi kalau terbang dia itu kan membutuhkan istilahnya ada remote, remote itu Ground Control Station, jadi supaya bisa komunikasi antara pesawat yang kita terbangkan dengan GCS itu," kata Letkot Bunyamin kepada detikcom.
Bunyamin mengatakan setiap pergerakan drone akan diketahui melalui Ground Control Station ini. Dia menambahkan, biasanya drone diterbangkan untuk berbagai misi, di antaranya untuk pengintaian, operasi, dan berbagai kepentingan lainnya.
"Jadi kita mengetahui (pergerakan drone) baik sebelum terbang, selama terbang, mulai dari take off, terbang sampai landing kembali kita bisa mengetahui," kata Bunyamin.
Dari GCS ini, prajurit TNI bisa memonitor kecepatan, ketinggian drone, hingga berkomunikasi dengan drone. Dia mengatakan alat ini ditargetkan bisa memonitor drone hingga 200 kilometer.
"Jadi kita nanti targetnya itu sampai dengan 200 kilometer. Jadi kita bisa memonitor pesawat itu diterbangkan sejauh 200 kilometer nanti menggunakan antena," tutur dia.
Bunyamin mengatakan GSC ini akan dibawa ke landasan bersama drone yang akan diterbangkan. GSC yang didesain berbentuk karavan ini akan dibawa oleh mobil ke lokasi.
"Kita desain GCS ini kayak mobil, kayak karavan, jadi bisa ditarik dengan mobil lain kalau misalnya kita laksanakan operasi di suatu tempat, jadi pesawatnya itu dibawa ke sana, lalau GCS dibawa ke tempat itu. Jadi karavannya itu kami lengkapi dengan solar cell, kalau mislanya mati listrik sistem di dalam itu tidak langsung mati, ada cadangan," tutur dia.
Bunyamin menyebutkan GSC sudah tahap finalisasi dan belum diuji coba untuk memantau pergerakan drone. Menurut dia, uji coba operasional akan dilakukan pada akhir Oktober ini.
"Ini ada tahapan, tahapan (dimulai) 2022, sekarang ini tahap terakhir, jadi kita rencana mau melaksanakan uji operasional nanti sekitar akhir bulan ini. Alatnya sudah jadi, cuma kita belum melaksanakan uji operasional praktik di lapangan," tuturnya.
![]() |