Grace Arijani Harahapan (64) dan anaknya, Arianto Wibowo (38), diduga bunuh diri hingga ditemukan dalam kondisi sudah tinggal kerangka di rumahnya di Cinere, Depok. Keduanya ditemukan di dalam kamar mandi atau water closet (WC) di rumah tersebut.
Ketua Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia (Apsifor) Nathanael EJ Sumampouw mengatakan ide dan upaya bunuh diri tersebut dipersiapkan David. Dia mengatakan hal itu setelah Apsifor melakukan pemeriksaan psikologi forensik dengan teknik autopsi psikologi.
"Pada anak, dia yang awalnya memiliki ide tersebut. Dia juga mempersiapkan langkah-langkahnya, men-setting pada ruang sempit, dark room, empty room, kemudian melatarbelakangi pilihannya untuk menjadikan kamar mandi ART di belakang rumah sebagai TKP," kata Nathanael dalam jumpa pers di Polda Metro Jaya, Jumat (6/10/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apsifor melakukan pemeriksaan psikologi forensik dengan teknik autopsi psikologi dan metode retrospektif untuk merekonstruksi pikiran, perasaan, perilaku hingga serta status mental Grace dan David dalam situasi terakhir kehidupannya.
Rekonstruksi tersebut dilakukan dengan meneliti tempat kejadian perkara (TKP) hingga mewawancara pihak-pihak yang mengenal kedua korban. Mereka juga mendalami dari barang-barang yang ada, dokumen, aktifitas medsos untuk mendapat profil gambaran tentang kondisi psikologis Grace dan David.
"Kemudian kami meneliti TKP, kami juga interkolaborasi sehingga baik dari kedokteran forensik, labfor, kami analisis teliti dengan perspektif psikologis. Kami mewawancara informan subjek indvidu ini baik dari keluarga inti, kerabat, atau orang tak ada hubungan keluarga tapi berinteraksi langsung dengan 2 keluarga ini, jadi ada 13 subjek yang kita temui, kita wawancara intensif dalam kurun waktu kurang lebih 100 jam," ujarnya.
Hasil Pemeriksaan Psikologi Forensik
Nathanael mengatakan Grace dan David mulai mengalami perubahan relasi interaksi setelah sang kepala keluarga meninggal pada 2011. Dia mengatakan sosok suami cukup vital dalam mendukung, memfasilitasi kebutuhan, hingga membantu dalam mengurus rumah tangga termasuk keuangan.
"Bahwa kedua individu tinggal sejak 1987. Dan ada perubahan relasi interaksi pasca meninggalnya suami, kurang lebih 2011 atau 12 tahun lalu, di mana ibu tidak memiliki pekerjaan. Sedangkan Saudara David, anaknya ini lulus SMA dan tidak punya pekerjaan dan aktivitas penuh di rumah saja," ujar dia.
Dia mengatakan Grace terdampak atas meninggalnya suami sehingga ada indikasi ketidakmampuan dalam pengelolaan keuangan dan pengelolaan kegiatan sehari-hari. Dia menduga kondisi tersebut juga dipicu kondisi kedukaan yang berkepanjangan.
Selain itu, Apsifor melihat ada indikasi ketidakmampuan mengorganisir kehidupan dengan baik untuk memilah yang penting dan tidak penting. Dia mengaku menemukan kondisi psikologis terkait dengan depresi, psikapatologis yang berkaitan dengan gangguan psikologis.
"Sehingga ada indikasi yang kuat perilaku hording, atau perilaku penimbunan pada korban," ujar dia.
"Kami menemukan ada indikasi yang kuat berkaitan dengan simptom negatif yang bersangkutan yaitu menarik diri, putus kontak sosial, kurang merawat diri, dan emosi negatif yang intens. Itu pada ibu," katanya.
Sementara, pada pemeriksaan psikologi forensik pada David, ditemukan indikasi yang kuat, ciri kepribadian psikoid yang indikatornya tertutup, menyendiri, adanya kecemasan sosial, ada kesepian, ada pasif dalam mengarahkan diri dalam lingkungannya. Dia mengatakan David menyadari mengalami gangguan kesehatan mental.
Simak Video 'Polisi Ungkap Ibu-Anak Sisa Kerangka di Depok Tewas Bunuh Diri':
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
"Kami juga melihat ada frustrasi dalam kehidupan yang berkembang menjadi depresi. Yang bersangkutan juga menyadari ada masalah atau isu kesehatan mental baik dirinya maupun ibunya. Kemudian ada pandangan skeptik terhadap kehidupan yang mengarahkan pada, kami menemukan adanya terkait ide bunuh diri pada saudara ini," ujar dia.
Dia mengatakan perilaku keseharian David lebih banyak berorientasi pada diri sendiri dan banyak menghabiskan waktu di dunia digitalnya.
Apsifor juga mendalami temuan dari laptop David berupa situs-situs yang diakses, perilaku secara virtual, lagu-lagu yang didengarkan, hingga cuplikan film yang ditonton. Dia mengatakan dari koleksi-koleksi tersebut didapatkan nuansa depresi dan memang ditemukan ada tema-tema yang mengarahkan pada kematian.
Berdasarkan analisis berbagai data, kolaborasi lintas profesi, dan melihat kondisi psikologis kedua korban, ditemukan indikator bunuh diri.
"Profil psikologisnya mengarahkan atau kebersesuaian dengan rating kematian bunuh diri," katanya.
"Jadi pada Grace, dalam kondisi depresif ketidakberdayaan teralienasi, mereka sepaham sepakat bersama anaknya untuk menuju ke indikasi bersama-sama mengakhiri kehidupan," tambahnya.
Petunjuk di Ponsel David
Polisi menemukan petunjuk pada ponsel yang diketahui milik David. Petunjuk juga ditemukan pada laptop milik David yang berjudul 'to you whomever'.
"DNA di HP David itu yang berbunyi 'saya capek, saya capek dengan semua kebohongan, saya capek dengan mama saya yang delusional dan tidak pernah sadar-sadar. Saya sudah depresi selama dua tahun, saya mau bunuh diri'. Ini tanggal 23 Februari 2017," tutur Dirkrimum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi di lokasi yang sama.
Temuan pada ponsel David ini identik dengan temuan di TKP. Rumah dalam keadaan terkunci dari dalam dan semua kunci tidak ada.
Keduanya diduga bunuh diri dengan cara mengurung diri di toilet untuk ART yang berukuran sempit ukuran 1,8x1 meter dengan membakar dua dupa.
"Dan semua ditutup jendela-jendela dengan plastik dan dikasih plester. Termasuk yang ada di TKP. Jadi TKP itu, ukurannya 1x1,8 meter, jadi sempit ya, itu ditutup semua jendela di kamar mandi tu," katanya.