Pedagang menganggap Blok G Tanah Abang bak 'pasar mati'. Pedagang menyebutkan banyak kios tutup total karena tak sanggup membayar retribusi.
detikcom mencoba menelusuri kawasan Blok G Pasar Tanah Abang pada Jumat (22/9/2023). Pantauan di lokasi, kondisi di area pasar tampak kumuh dan tak terawat. Hanya segelintir kios penjaja baju yang masih buka.
Bergerak menuju lantai atas, deretan kios telah tutup. Jalan pasar tampak lengang tanpa hiruk-pikuk aktivitas jual beli.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di antara deretan kios yang tutup, tertempel kertas berjudul surat peringatan (SP) yang ditujukan kepada pedagang. Dalam surat tersebut, tertera nominal tunggakan biaya pengelolaan pasar (BPP). Ada kios yang menunggak hingga Rp 7.514.111, ada pula yang menunggak sebesar Rp 3.400.000.
Salah satu pedagang bernama Misria (56) mengatakan para pedagang di Blok G Pasar Tanah Abang diwajibkan membayar BPP setiap bulan. Nominalnya pun bervariasi, bergantung pada lokasi lantai tempat mereka berdagang. Misria memiliki kios di lantai 2 Blok G, maka dia wajib membayar BPP Rp 100 ribu per bulan.
"(Kalau tempat saya) sebulan Rp 100 ribu. Listrik sendiri. Kalau di food court Rp 130 ribu, kalau di lantai atas (lantai 3) Rp 100 ribu. Kalau lantai 1 Rp 110 ribu," kata Misria saat ditemui di lokasi, Jumat (22/9).
Adapun omzet yang didapatkannya dalam sehari tak menentu lantaran kondisi pasar sepi pembeli. Bahkan Misria pun meminjam uang kepada kenalannya demi bisa membayar BPP.
"(Kios) ini tempat saya sih sebenarnya. Tapi saya minjem duit sama orang. Jadi kalau kita nggak bisa bayar, suruh narik aja suratnya nanti," ucapnya.
Misria berujar, kondisi ini terjadi sejak 2018. Namun mayoritas kios pedagang pembayaran BPP menunggak lantaran dihitung sejak pandemi COVID-19.
"Semenjak Corona mungkin," jelasnya.
Kios milik Misria pun sampai saat ini masih menyisakan tunggakan. Namun ia tidak mengetahui pasti berapa nominal tunggakan yang belum dibayarkan. Ia menyerahkan kepada pengelola pasar untuk menghitung total tunggakannya.
"Kalau sampai sekarang ada di tangan Bu Yuli sudah tak urus, udah beres, tinggal kalau dibayar dicicil, dicoret gitu sampai lunas," terangnya.
Misria pun sempat mendengar rencana rehabilitasi Blok G Pasar Tanah Abang pada 2019. Bahkan pagar seng pun telah terpasang di sekitar Blok G, yang menandakan proyek rehabilitasi segera dimulai. Namun rencana itu akhirnya diurungkan lantaran pandemi COVID-19.
"Ini katanya mau dibangun, sudah dipagar seng. Udah ada rencana dibangun, sekarang ketabrak Corana," ucapnya.
Misria hanya bisa berharap rehabilitasi segera bergulir. Dengan begitu, bangunan pasar lebih bersih dan terawat sehingga mengundang pembeli.
"Caranya bisa ramai mungkin dibagusin, ada tempat mainan anak-anak," ucapnya.
Fraksi PDIP DKI Jakarta meninjau Blok G Pasar Tanah Abang, Jakarta, pagi tadi. Di sana, jajaran Fraksi PDIP DKI dicurhati pedagang terkait kondisi pasar yang mati karena keterbatasan akses menuju pasar hingga uang sewa menunggak.
Anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PDIP yang menyambangi Pasar Tanah Abang di antaranya Ketua Fraksi PDIP di DPRD DKI, Gembong Warsono, Wakil Ketua Fraksi Pandapotan Sinaga, Sekretaris Fraksi Dwi Rio, Wakil Sekretaris Wa Ode Herlina, serta Bendahara Fraksi Yuke Yurike.
Kondisi Blok G Pasar Tanah Abang tampak kumuh. Mayoritas kios pedagang telah tutup dan hanya menyisakan segelintir pedagang saja.
Salah satu pedagang bernama Desmawita menghampiri rombongan Fraksi PDIP DKI. Kepada para wakil rakyat itu, Desmawita curhat mengenai kondisi pasar bak 'gedung mati'. Selain itu, pedagang mengaku diwajibkan membayar biaya pengelolaan pasar (BPP) atau CMS sekitar Rp 100 ribu per bulan.
"Aksesnya diputus. Dihancurin, diputus, tangga utama, kiri, kanan. Tadinya yang biru itu tangga utama kiri kan diancurin. Dengan kondisi pasar dah mati seperti ini, kami dipaksa bayar CMS. Untuk makan aja kami susah, yang saya ceritakan tadi," kata Desmawita di lokasi.
Desmawita turut membawa foto-foto perbandingan kondisi Blok G Pasar Tanah Abang sewaktu Joko Widodo (Jokowi) menjabat Gubernur DKI Jakarta dengan kondisi saat ini. Dari foto-foto yang ditunjukkan Desmawita, tak ada lagi tangga yang terletak di luar gedung Blok G Tanah Abang.
Tak hanya itu, para pedagang juga menyoroti keberadaan Skybridge Multiguna Tanah Abang. Padahal, menurut dia, waktu di zaman Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), jembatan itu dijanjikan terhubung ke Blok G Pasar Tanah Abang. Namun nyatanya malah disambungkan dengan Central Tanah Abang (CTA).