Foto: Pasar Tanah Abang (Dok detikcom)
Minggu, 10 September 2023Waktu menunjukkan pukul 13.50 WIB. Berbekal sebuah telepon seluler, tripod dan koneksi internet, seorang perempuan di Toko D’Collection, Pusat Grosir Central Tanah Abang, tengah melakukan siaran langsung atau live. Dengan ramah ia menyapa para penonton nun jauh di sana. Kegiatan live selling lama berlangsung, tapi sudah ada 90 orang yang menyaksikan.
Situasi ini berbanding terbalik dengan kondisi toko fisiknya yang berada di Lantai 1, Los C, Nomor 7. Saat detikX berkunjung ke sana, Selasa, 05 September 2023, pusat tekstil terbesa se-Asia Tenggara ini begitu hening. Akibatnya banyak kios tak berpenghuni. Selama berbincang dengan Didi, pemilik Toko D’Collection, hanya ada sedikit pembeli yang berkunjung untuk mengambil pesanan.
“Orang (pelaku live shopping) kalau tahu kita punya toko offline, dia mungkin mau beli banyak atau buat seragaman, pasti dia datangnya ke offline,” kata Didi yang sebelumnya sedang melakukan live lantas digantikan oleh sang istri.
Sejak tahun 2015, Toko D’Collection menjual berbagai pakaian gamis baik secara grosir maupun eceran. Sepanjang ia berjualan di Tanah Abang, Didi mengakui ini merupakan masa-masa tersulit yang harus ia hadapi. Sebelum penjualan di toko menurun tajam, pelanggan Didi dari luar daerah sangat loyal kepadanya.
“Sekarang yang di daerah itu udah susah mereka jualan. Soalnya yang grosiran udah online ke live atau ke sosmed yang lain, mereka jualan dengan harga eceran. Jadi otomatis yang di daerah itu nggak ada permintaan ke pusat, ke kita yang grosiran,” kata laki-laki berusia 28 tahun ini.
Jika Didi berdiam diri saja, bukan tak mungkin kiosnya akan bernasib sama dengan kios-kios lain di Tanah Abang yang sudah lebih dahulu tutup buku. Belakangan ini saja Didi sudah merasa keberatan menanggung biaya operasional toko yang tidak sebanding dengan omzet penjualan. Untuk biaya sewa toko saja, pemilik toko harus mengeluarkan uang sebesar Rp 50-300 juta per tahun, tergantung letak, ukuran dan posisi kios.
Penjaga toko di toko busana D'Collection Pasar Tanah Abang melakukan jualan secara live di media sosial
Foto: Rahmat Khairurizqi/detikcom
Sejak lima bulan lalu, Didi sengaja mengeluarkan ongkos lebih untuk menyewa tiga orang karyawan yang tugasnya menjadi host live di platform TikTok Shop. Aktivitas berjualan secara live ini dilakukan di toko mulai pukul 13.00. Namun, di luar jam itu, para karyawannya juga melakukan live secara bergantian. Kegiatan live hampir tidak pernah berhenti alias dilakukan selama 24 jam.
“Sebenernya kita live di toko paling 1 sampai 2 jam. Cuma ada juga yang khusus di rumah sendiri atau studio live sendiri, itu bisa setiap hari. Jadi kaya orang kerja dari pagi sampai sore terus dilanjut lagi dari sore sampai malam. Kadang-kadang bisa dibikin 24 jam,” tutur Didi yang menyulap rumahnya di Palmerah, Jakarta Selatan, menjadi studio siaran langsung.
Hingga kini, sudah lima bulan Didi berjualan menggunakan fitur live selling. Awal berjualan secara daring itu tidak langsung membuahkan hasil. Ada kalanya penjualan nihil meski sudah berkoar-koar hingga mulut berbusa. Namun, Didi mulai merasakan kemudahan berjualan secara live ketimbang berjualan di toko. Berdagang via siaran langsung lebih irit biaya karena ia hanya menggeluarkan ongkos gaji host live.
“Penghasilan mereka itu biasanya kita ada yang sistemnya per jam, ada yang sistem harian. Nah, untuk bonus sebenernya sih kita bisa ngasih bonus, cuma kan kalau itu berdasarkan target penjualan,” ucap Didi.
Transaksi yang terjadi dalam proses siaran langsung hampir mirip dengan proses jual beli secara konvensional. Hanya selama siaran langsung, penjual dan pembeli tidak bertemu tatap muka. Para pembeli dapat menawar ataupun bertanya tentang ukuran, warna atau model melalui fitur chat. Para pembeli juga dapat langsung menyelesaikan transaksi dengan mengklik fitur beli pada produk yang telah disematkan saat live shopping. Pembeli dimanjakan dengan adanya promosi seperti diskon atau voucher gratis ongkir yang membuat mereka semakin betah dan nyaman menyaksikan siaran langsung itu
“Di live itu maksimal bisa 2 sampai 3 kodi per hari. Tapi kalau sekarang live juga lagi menurun. Paling dari 10-20 baju per hari. Cuman, ya, walaupun sedikit kita nggak terlalu keluar modal, keuntungan juga lumayan, sih,” tutur Didi. Jika kondisi Pasar Tanah Abang tidak kunjung pulih, ia berencana menutup tokonya dan fokus berjualan online.
“Kalau di sini yang sudah jelas mau ramai nggak ramai kontrakan toko harus dibayar. Karyawan juga harus. Nah, kalau dalam satu tahun ini, kok, dihitung-itung ini kita nggak ada plusnya, berarti habis buat karyawan, buat toko.”
Kondisi di dalam Pasar Tanah Abang di mana banyak toko yang tutup.
Foto: Rahmat Khairurizqi/detikcom
Secara terpisah, detikX juga berbincang dengan Sinta, salah satu host di Toko Khazanah Muslimah. Toko yang menjual aneka pakaian Muslim ini berada di gedung Blok B, Lantai LG. Sebelumnya agak sulit mengobrol dengan Sinta karena ia tengah disibukkan dengan kegiatan live selling.
“Sorry, Kak, maaf, ya, soalnya lagi rumit banget, nih, di sini juga,” ucap perempuan berusia 18 tahun ini kepada detikX. Ia baru resmi bekerja sebagai di toko ini sejak tahun lalu.
Dalam sehari, Toko Khazanah melakukan siaran langsung secara nonstop dan terbagi dalam lima sesi. Siaran langsung dilakukan secara bergantian dengan karyawan lain lewat platform TikTok Shop. Meski harus melawan rasa mengantuk ketika melakukan siaran langsung dini hari, Sinta tetap membawakan live selling dengan antusias.
“Menurut aku malah kayanya, sih, lebih capek (berjualan) di toko. Karena di toko harus buka tutup toko, berbenah rapi-rapihin baju gitu. Kalo di Tiktok, kan, kita enak cuma kayak pasarin, kayak jualin secara live gitu. Paling kalau misalnya sudah (selesai live) kita packing terus kita kirim, gitu,” ungkapnya.
Sejak melakukan penjualan secara live, penjualan di toko kembali meningkat meskipun belum memenuhi ekspektasi pemiliknya. Sinta diberi target untuk melakukan penjualan sebanyak 150 pakaian dalam sebulan. “Harus pintar-pintar kita narik pelanggan biar tertarik. Oh.. itu produk-produk Khazanah bagus, lho, atau produknya banyak terkenal di kalangan masyarakat gitu-gitu,” imbuh Sinta. Meski belum banyak jumlahnya, terlihat pedagang lain di Pusat Grosir Tanah Abang mulai mengikuti jejak Toko Khazanah berjualan secara live.
Reporter: Rahmat Khairurizqi
Redaktur: Melisa Mailoa
Editor: Irwan Nugroho