6 Fakta dan Upaya Penanganan Polusi Udara Jakarta

Tim detikcom - detikNews
Sabtu, 12 Agu 2023 07:17 WIB
Potret kondisi polusi di wilayah Jakarta cukup parah. (Agung Pambudhy/detikcom)
Jakarta -

Polusi udara masih menjadi persoalan di Jakarta. Lantas apa saja penyebab dan penanganan yang akan dilakukan Pemprov DKI Jakarta?

Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memberikan penjelasan penyebab terjadinya polusi udara di Jakarta. Salah satunya terkait emisi hingga faktor musim kemarau.

Dirangkum detikcom, berikut beberapa penyebab dan upaya penanganan polusi udara yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta:

Pencemaran Udara Meningkat Sejak Juni

Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) KLHK Sigit Reliantoro menjelaskan penyebab polusi udara di Jakarta. Sigit mengatakan pencemaran udara Jakarta meningkat sejak Juni karena dipengaruhi angin dari wilayah timur.

"Jadi kalau dari segi siklus memang bulan Juni, Juli, Agustus itu selalu terjadi peningkatan pencemaran di Jakarta karena dipengaruhi oleh udara dari timur yang kering," kata Sigit di Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK, Kebon Nanas, Jakarta Timur, Jumat (11/8/2023).

Emisi Transportasi Paling Tinggi

Sigit lantas membeberkan sumber emisi yang memicu polusi udara Jakarta. Dia mengatakan sektor transportasi menyumbang emisi terbesar, yakni 44 persen.

"Jadi kalau dari segi bahan bakar yang digunakan di DKI Jakarta itu bahan bakar itu adalah sumber emisi, itu adalah dari batu bara 0,42%, dari minyak itu 49%, dan dari gas itu 51%. Kalau dilihat dari sektor-sektornya maka transportasi itu 44%, industri 31% industri energi, manufaktur 10%, perumahan 14% dan komersial 1%. Ini lebih didetailkan lagi oleh kajian tersebut bahwa kalau SO2 (sulfur) memang berasal dari PLTU, manufacturing. Jadi manufacturing, pembangkit tenaga listrik dari industri manufacturing 61,96%. Kalau yang lainnya NoX, Co PM 10, PM 2,5, black carbon, kemudian organic carbon itu sebagian besar disebabkan oleh kendaraan bermotor," ujarnya.

Dia mengatakan peluang terbesar untuk memperbaiki kualitas udara di Jakarta harus dilakukan di sektor transportasi. Dia mengatakan hal itu berasal dari masukan dan saran guru besar ITB, Prof Puji Lestari.

"Kalau dilihat di chart terlihat bahwa peluang terbesar untuk memperbaiki kualitas udara itu adalah kalau kita menyentuh dari sektor transportasi baru kemudian dari reliable energi atau alat pengendali pencemaran di industri. Sisanya ini tidak terlalu signifikan di DKI itu dari pengendalian peternakan, kemudian mencegah pembakaran sampah langsung, kemudian mengganti kayu dan minyak dengan gas untuk kompor kompor listrik," ujarnya.

Simak halaman selanjutnya

Simak Video: Polusi Udara Bikin Kulit Rawan Bermasalah, Perlukah Sering Cuci Muka?






(dwia/rfs)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork