"Adanya bukti pelaku IMS meminta agar korban IDF datang ke TKP melalui telepon milik saksi AN dengan nada kasar 'sini kau'. Adanya bukti pelaku IMS sudah mempersiapkan senpi dengan matang dan sadar memasukkan magasin dan pelurunya untuk ditembakkan ke korban IDF," kata Jajang.
Poin lain yang membuat pihaknya yakin ada unsur kesengajaan dan perencanaan adalah karena Bripda IM mengarahkan senpi ke arah mematikan. Dia juga menyinggung soal Bripda IM berupaya menghilangkan barang bukti dan kabur setelah Bripda ID tewas tertembak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ketika korban IDF datang ke TKP kemudian pelaku menarik senpi dengan mengayunkan ke arah korban IDF dan menembakkan ke arah mematikan kepala leher bagian atas," kata Jajang.
"Setelah pelaku IMS berhasil melumpuhkan korban IDF kemudian pelaku IMS berusaha menghilangkan alat bukti dengan mencuci pakaian yang telah terkena lumuran darah IDF, dan setelah itu pelaku IMS mencoba melarikan diri. Kemudian tertangkap oleh rekan-rekannya di flat tersebut," tambahnya.
Dugaan Tak Ada Kesengajaan
Diberitakan sebelumnya, Polda Jawa Barat menepis anggapan Bripda ID yang tewas tertembak Bripda IM di Asrama Polri Cikeas, Gunungputri, Kabupaten Bogor, adalah sebuah pembunuhan berencana. Polisi menyebutkan tewasnya Bripda ID adalah murni sebuah kelalaian yang dilakukan tersangka IM.
"Bukan, kita tidak menemukan unsur perencanaan dalam peristiwa ini," kata Dirkrimum Polda Jawa Barat Kombes Surawan kepada wartawan di Polres Bogor, Selasa (1/8/2023).
Surawan menyampaikan, dari hasil penyelidikan sejauh ini, insiden tertembaknya Bripda ID adalah sebuah kelalaian.
"Dari fakta-fakta yang ada, ini adalah kelalaian yang dilakukan oleh tersangka sehingga menyebabkan senjata meletus dan mengenai rekannya," katanya.
(jbr/dhn)