Menlu Tekankan Pentingnya Preventive Diplomacy Cegah Konflik di Kawasan

Menlu Tekankan Pentingnya Preventive Diplomacy Cegah Konflik di Kawasan

Kadek Melda Luxiana - detikNews
Sabtu, 15 Jul 2023 04:54 WIB
Menlu Retno LP Marsudi
Foto: Menlu Retno Marsudi (Abi/Kemlu)
Jakarta -

Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi menyampaikan pertemuan ASEAN Regional Forum (ARF) harus mempunyai peran preventive diplomacy. Hal itu dilakukan untuk menjaga perdamaian dan mencegah terjadinya konflik di kawasan.

Hal itu disampaikan Retno saat memimpin pertemuan ASEAN Regional Forum (ARF) ke-30, Jumat (14/7) di Jakarta. Dalam pidato pembukanya, Menlu Retno menyampaikan bahwa pendekatan "tit for tat" telah menciptakan krisis kepercayaan yang dalam, sehingga menghambat kerja sama.

Dia menggarisbawahi potensi konflik yang berasal dari sengketa wilayah dan konflik etnik. Tantangan tersebut semakin kompleks dengan munculnya masalah keamanan non-tradisional seperti terorisme, perdagangan orang, dan perompakan laut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kompleksitas ini menuntut kita untuk dapat mengelola potensi konflik dengan cara yang lebih baik. Kita harus menggunakan ARF sebagai wahana untuk mengupayakan perdamaian dan mencegah terjadinya konflik di kawasan," kata Retno.

Retno menegaskan pentingnya mengubah defisit kepercayaan menjadi strategic trust. Dia juga menekankan perlunya membangun kerja sama yang bermanfaat langsung bagi masyarakat di kawasan. Indonesia terus mendorong kerja sama konkret visi ASEAN Outlook on the Indo-Pacific.

ADVERTISEMENT

"Kerja sama tersebut tidak hanya bermanfaat di bidang ekonomi, namun juga dapat mendorong kerja sama strategis di tengah situasi geopolitik saat ini," ujarnya.

Lebih lanjut, Retno menyampaikan bahwa sudah saatnya ARF bertransformasi ke tahap selanjutnya untuk menjadi mekanisme pencegahan konflik (preventive diplomacy) yang lebih
responsif dalam menghadapi tantangan keamanan di kawasan.

Sementara dalam pernyataan nasional, Menlu Retno menyampaikan 3 rekomendasi untuk menjadikan ARF memiliki peran dalam preventive diplomacy:

Pertama, menerapkan norma dan nilai-nilai yang dijunjung ASEAN, seperti yang tertuang di dalam Piagam ASEAN dan Treaty of Amity and Cooperation (TAC).

"Kita memerlukan pedoman untuk mencegah terjadinya konflik. Dalam hal ini, karena domain maritim menyimpan banyak potensi konflik, kita perlu menetapkan aturan main khususnya di domain maritim," ujar Menlu Retno.

Kedua, ARF harus mendorong kerja sama konkret. Retno menyampaikan bahwa ARF harus menjadi sebuah mekanisme berorientasi aksi untuk menghadapi tantangan keamanan
kawasan.

Terdapat sejumlah kerja sama yang dapat dilakukan seperti program peningkatan kapasitas dan joint exercises. Kerja sama konkret tersebut harus bersifat inklusif dan tidak mengancam pihak lain.

"Inilah bentuk upaya preventive diplomacy yang dapat mencegah terjadinya konflik," jelasnya.

Ketiga, penguatan kapasitas institusional ARF. Retno mendorong penguatan peran ARF Chair dan Friends of the ARF Chair. Dia juga mendorong mekanisme Track II ARF.

Retno menekankan bahwa untuk memajukan mekanisme ARF ke tahap preventive diplomacy, diperlukan kemauan politik dari seluruh pihak.
Pertemuan ARF ke-30 menyoroti sejumlah isu keamanan kawasan maupun di luar kawasan di antaranya terkait isu Myanmar, keamanan maritim Laut Tiongkok Selatan, denuklirisasi di Semenanjung Korea, dan pentingnya kawasan Indo-Pasifik yang bebas dari senjata nuklir.

Isu di luar kawasan masih didominasi dampak perang yang terjadi di Ukraina.Para peserta pertemuan juga menyampaikan apresiasi kepemimpinan Indonesia di ASEAN,terutama dalam mendorong implementasi Five Point Consensus (5PC) di Myanmar. Peserta pertemuan juga menegaskan dukungan pada sentralitas ASEAN dan penghormatan terhadap hukum internasional, termasuk Piagam PBB.

ASEAN Regional Forum (ARF) didirikan pada 1994 untuk membentuk arsitektur keamanan kawasan pasca Perang Dingin melalui upaya membangun kepercayaan (confidence building measures) yang mengedepankan dialog dan konsultasi. Namun, saat ini lanskap keamanan
kawasan telah banyak berubah akibat meruncingnya rivalitas negara adidaya (great powers) di kawasan.

Halaman 3 dari 2
(dek/dek)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads