Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin memberikan bantuan sosial dari Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) untuk santri di Ponpes Muqimus Sunnah, Palembang, Sumatera Selatan. Bantuan sosial itu diberikan kepada 30 santri.
Ma'ruf memberikan bantuan sosial kepada 30 santri kelas XII itu setelah melaksanakan salat Jumat di aula Ponpes Muqimus Sunnah. Bantuan sosial itu berupa pemberian beasiswa.
Beasiswa santri yang diberikan pada 2023 di Ponpes Muqimus Sunnah itu senilai Rp 6 juta. Bantuan itu digunakan untuk bimbingan belajar serta mendaftar ke kampus favorit guna melanjutkan studi ke perguruan tinggi negeri (PTN).
Ma'ruf sebelumnya berbicara tentang tanggung jawab keagamaan para kiai saat berkunjung ke Ponpes Muqimus Sunnah, Palembang. Ma'ruf mengatakan banyak orang modern yang meninggalkan agama.
"Pertama, saya pertemuan dengan ulama itu membahas masalah-masalah yang lebih luas, yaitu tanggung jawab ulama. Ada dua yang harus dilakukan," kata Ma'ruf di Ponpes Muqimus Sunnah.
Ma'ruf kemudian mencontohkan orang yang mulai jarang mengucapkan 'insyaallah'. Dia mengaku tak ingin warga Indonesia melupakan urusan agama.
"Pertama itu tanggung jawab keagamaan saya nyebutnya masuliyah diniyah, karena memang di zaman modern ini banyak kecenderungan orang sudah meninggalkan agama. Contohnya, misalnya orang, kita bisa, we can, tidak pernah menyebut, insyaallah, nggak ada insyaallah, Allah-nya nggak hadir, hanya kita saja yang ada," kata Ma'ruf.
"Kita ingin ini jangan sampai melupakan Allah sebagai bangsa yang berketuhanan Yang Maha Esa itu dan kemudian juga menjaga umat dari paham-paham yang menyimpang. Seperti mungkin sekarang isu bahwa Al-Qur'an adalah omongan Nabi," imbuhnya.
Dia mengatakan pertemuan itu juga membahas cara berpikir yang sempit. Dia mengatakan masyarakat harus memiliki pemikiran moderat, tidak tekstual atau sempit.
"Dan juga yang lain-lain dan cara berpikir yang sempit, tekstual, tapi juga jangan yang liberal tapi yang moderat bagaimana kita membangun moderat, ini tanggung jawab ulama," ujarnya.
Ma'ruf menilai ulama juga memiliki tanggung jawab kenegaraan. Dia menyebut para ulama tak boleh cuek terhadap masalah bangsa.
"Yang kedua itu tanggung jawab kebangsaan dan kenegaraan, karena ulama itu, tanggung jawab kebangsaan itu melekat pada tanggung jawab ulama karena ada prinsip yang kita anut bahwa hubbul wathon minal iman, cinta tanah air bagian dari iman. Konsekuensinya, ya kita harus punya, bertanggung jawab terhadap masalah bangsa ini. Siapapun yang berkuasa, siapa pun yang memimpin bangsa ini, mka ulama harus bagian daripada yang harus menjaga negara dan bangsa ini. Itu saya kira itu tanggung jawab besar," ujarnya.
(idn/idn)