Sore itu, Rajanti tengah duduk di depan pasiennya. Sebagai seorang dokter, dia terbiasa mendengarkan keluh kesah para pesakit yang datang ke klinik tempat dia membuka praktik. Menurutnya, metode ini cukup ampuh untuk mengetahui riwayat penyakit dalam yang merongrong tubuh mereka.
Rajanti membagikan pengalamannya saat menangani pasien. Sekali waktu, si pasien menggerutu saat ditanya apakah penyakitnya sudah membaik dari sebelumnya. Namun bagi Rajanti, hal ini adalah tantangan yang harus selalu dilaluinya.
"Jadi waktu saya tanya, 'Kamu sakit nggak?' gitu. 'Waktu kamu ngalami itu?' dia itu diam, dia nggak mau jawab. Terus saya kan nanya lagi, 'Sakit nggak sih, Milo? Sakit nggak sih?' Terus dia tuh gini, 'Dokter tuh ada nggak sih pertanyaan yang lebih bagus? Daripada nanya sakit atau nggak!", kenang Rajanti.
Ia menuturkan, Milo terlalu gengsi untuk mengakui bahwa ia belum sembuh benar. Meski berbadan kecil layaknya seekor poodle, Milo merasa bahwa dirinya terlalu kuat untuk menahan sakit yang tengah dideritanya.
Bukan hanya bisa berkomunikasi dengan anjing, Rajanti mengakui bahwa dirinya bisa saling bertukar pesan dengan semua jenis hewan. Namun, obrolan antara dia dengan hewan ternyata tidak dilakukan secara verbal, melainkan menggunakan metode yang ia sebut sebagai 'mind power'.
"Mind power itu sebenarnya, kita menggunakan otak kanan kita ya. Jadi, kalau kita bicara kan, otak itu ada bagiannya yang mengurusi masalah logic, gitu ya. Secara logika, ilmu pengetahuan, knowledge, segala macam. Sementara ada bagian dari otak yang sifatnya itu lebih dominan untuk telepati, gitu ya. Bahasa-bahasa yang secara non-verbal, musik, perasaan, nah itu seperti itu," tuturnya kepada tim Sosok detikcom, Senin (19/6).
Sejak menguasai kemampuan langka pada 2017 lalu, Rajanti bisa membantu pasiennya lebih cepat dan akurat. Namun, tidak sedikit orang yang mencibir dan mempertanyakan keabsahan ilmu yang dimilikinya itu.
Rajanti mengakui, tidak jarang seseorang datang membawa binatang peliharaannya untuk sekedar menguji kemampuannya dalam berkomunikasi dengan hewan. Meski demikian, sebagai sebagai animal communicator yang andal, Rajanti pun selalu mampu mengetahui apa yang sebenarnya terjadi kepada hewan-hewan yang mendatangi kliniknya.
"Banyak orang yang mungkin mau menguji, ya. Jadi, mau menguji kami, gitu ya. Dengan memberikan, uh, misalnya, contoh soal, 'Kenapa dia nggak mau makan?' gitu. Padahal sebenarnya dia mau makan. Kan itu bisa aja, untuk menguji kami ya," katanya.
Di balik semua kecurigaan atau ungkapan terima kasih dari setiap individu yang mendatanginya, Rajanti selalu melihatnya dari sisi positif. Ada refleksi besar yang selalu timbul dan membakar semangatnya untuk terus mengembangkan kemampuannya.
Pada sela-sela waktunya, dokter hewan Rajanti mengaku bersyukur dengan talenta yang ada dalam genggamannya ini. Untuk itu, dia pun bertekad untuk menjadi penyelia suara- suara hewan yang tidak bisa didengar oleh manusia.
"Tuhan sedang menuntun saya untuk membantu," tutupnya.
(vys/vys)