Pria 45 tahun itu memulai kariernya tahun 2005 di Markas Komando Kota Tangerang. Dia sempat dipindahtugaskan ke Batuceper lalu saat ini diberi amanah sebagai Komandan Regu atau Danru UPT Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Korban Kota Tangerang.
"Kalau petugas damkar tuh misalnya ada kegiatan emergency, contoh kebakaran, itu kita spontan tuh kita berangkat, 3 menit persiapan sambil konfirmasi ulang langsung abis itu kita on the way ke lokasi," ucap Yudi saat ditemui detikcom.
Konfirmasi ulang. Itu kata kunci yang disampaikan Yudi. Kenapa?
Yudi berkisah tentang seringnya alarm palsu saat petugas damkar berjaga. Suatu ketika di malam hari ada telepon masuk. Suara seseorang di ujung telepon terdengar panik.
"Ya kita langsung berangkat," kata Yudi sembari menyeruput kopi hitamnya.
Ternyata setibanya di alamat yang diberikan si penelepon, tak ada hal gawat yang ditemui. Bahkan, kata Yudi, warga sekitar sampai kebingungan karena tiba-tiba ada petugas damkar berpakaian lengkap dengan mobil bersirene kencang datang.
"Malah udah bawa lengkap banget sama ambulans juga tapi jadinya lucu sih. Tapi kalau keseringan agak bikin trust issue ya. Jadi makanya saya suka konfirmasi ulang, entah itu lewat video atau saya telepon balik pelapornya," kata Yudi.
Pengalaman yang hampir bikin trust issue itu diceritakan Yudi sembari tertawa. Baginya itu bagian dari pengalamannya sebagai petugas damkar yang harus selalu siaga kapanpun dibutuhkan.
Pagi itu ketika detikcom berbincang dengannya, Yudi baru menyelesaikan laporan paginya tentang adanya kegiatan sosialisasi kepada anak-anak TK di sekolah sekitar dan memantau titik-titik banjir se-Kota Tangerang.
"Karena hujan dari semalem nggak setop-setop jadi mulai tinggi banjirnya di beberapa titik. Itu kita pantau takut ada apa-apa," ujarnya.
Tanggung jawab besar Yudi yang memimpin 13 orang anggotanya. Mereka bekerja selama 24 jam secara bergiliran.
Tak melulu soal memadamkan api, Yudi berkisah pula soal aksi-aksi penyelamatan. Mulai urusan mengevakuasi sarang tawon, ular yang masuk ke rumah warga, sampai hal yang dianggap orang remeh-temeh.
"Pernah ada subuh-subuh orang mau pada salat ya eh ada yang datang ke sini minta tolong cincinnya nggak bisa lepas dari jari sampai bengkak. Itu kita kerjain karena ada alatnya kan di sini," kata Yudi.
Namun ada kalanya pula kejadian-kejadian yang berdekatan dengan maut. Yudi sendiri pernah mengalaminya.
"Waktu itu saya sedang operasi pemadaman api di pergudangan di Dadap, posisi saya di depan, terus ada yang meledak, ada yang mental, saya kira kardus ternyata drum, itu jatuh persis di depan muka saya, syok abis saya, untung lukanya nggak parah," ucapnya.
"Kejadian ada di regu lain, waktu itu pelayanan evakuasi tawon, nah itu kalau sesuai SOP, harusnya ngerjainnya malem, nah dia ngerjainnya siang. Nah kalau siang itu tawon tuh agresif banget, nah akhirnya dia kena sengat tawon ada kurang lebih 30 kali, masuk IGD sampai semingguan," imbuh Yudi berkisah.
Bagaimanapun bagi Yudi, tugas sebagai damkar dan penyelamatan memiliki suka duka. Ada satu pesannya pada warga untuk selalu waspada terhadap beragam bencana yang bisa terjadi kapan saja.
"Kan orang-orang taunya damkar cuma buat memadamkan api ya, padahal ternyata lebih dari itu. Nah sekarang itu kan ada evakuasi, jadi kalau butuh bantuan ya jangan sungkan untuk menghubungi kami," kata Yudi.
(rdp/rdp)