Reza Indragiri Jelaskan Tafsiran Chat 'BB Ganti Trawas' Teddy Minahasa

Reza Indragiri Jelaskan Tafsiran Chat 'BB Ganti Trawas' Teddy Minahasa

Silvia Ng - detikNews
Kamis, 16 Mar 2023 12:59 WIB
Sidang Irjen Teddy Minahasa (Silvia-detikcom)
Foto: Sidang Irjen Teddy Minahasa (Silvia-detikcom)
Jakarta -

Ahli psikologi forensik, Reza Indragiri Hulu, dihadirkan sebagai saksi meringankan dalam sidang dengan terdakwa mantan Kapolda Sumbar Irjen Teddy Minahasa. Reza menyampaikan bahwa perintah 'Sebagian BB diganti Trawas' menjadi multitafsir jika diikuti dengan emoji.

Hal itu disampaikan Reza saat dimintai keterangan sebagai terdakwa di PN Jakarta Barat, Kamis (16/3/2023). Mulanya, penasihat hukum Teddy, Anthony Djono, meminta Reza menafsirkan percakapan berisi perintah Irjen Teddy 'sebagian BB diganti Trawas' tanpa emoji di belakangnya.

"Saudara ahli, dari gambar yang di depan kami tayangkan, apa yang bisa saudara tafsirkan?" tanya Anthony saat persidangan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Izin majelis, saya bermain dengan asumsi terlebih dahulu. Ini saya bayangkan sebagai sebuah komunikasi vertikal ya karena ada kata jenderal, menggunakan 'Siap gak berani jenderal,'. Maka saya bayangkan yang di bawah di kotak warna hijau tampaknya memiliki jabatan atau pangkat yang lebih rendah dari yang atasnya. Jadi vertikal, bukan komunikasi setara, tapi vertikal," jawab Reza.

Reza menilai percakapan tanpa emoji itu bentuk mutlak sebuah perintah. Dia menyebut chat itu mengandung criminal intent atau niat jahat.

ADVERTISEMENT

"Menurut saya, dengan melihat dua potongan komunikasi ini merupakan absolut perintah dan ini mengandung criminal intent, mengandung niat jahat," kata Reza.

"Oke tidak ada tafsiran lagi?" tanya Anthony.

"Tidak ada. Ini perintah jahat, ini perintah salah. Ini perintah di mana pihak pemberi perintah memiliki niat jahat, yaitu memanipulasi benda yang diperuntukkan untuk proses penegakan hukum, criminal intent-nya menurut saya tidak bisa disanggah, dan lawan bicaranya menolak mentah-mentah untuk melaksanakan perintah salah tersebut, bagus," terang Reza.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.

Saksikan Video 'Geger Linda Ngaku Diajak Teddy ke Pabrik Sabu, Dibalas Argumen Hotman':

[Gambas:Video 20detik]



Kemudian, Anthony menampilkan potongan percakapan yang diikuti dengan emoji di belakangnya. Anthony menilai percakapan itu ada dua bagian percakapan yang tidak sejalan karena adanya emoji.

"Sekarang tolong tampilkan gambar kedua, kalau ini bentuknya dengan kalimat yang sama persis, tapi ada tadi yang saudara sebutkan emoticon emoji, ini yang real, bagaimana saudara menafsirkan ini?" tanya Anthony.

"Ini di dalam psikologi diistilahkan sebagai disonance. Disonance itu artinya ada dua bagian, dua elemen. Dalam konteks ini ada dua bagian percakapan yang tidak konsonan. Artinya tidak harmonis, tidak linear, tidak sejalan," jawab Reza.

Reza menjelaskan, emoji merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam sebuah percakapan. Menurutnya, emoji dapat mengubah konteks percakapan secara keseluruhan.

"Tadi saya katakan berdasarkan riset dan juga sudah dijadikan sebagai sebuah kebijakan dalam lembaga yudisial di negara lain, tidak bisa kita pisahkan atau kita nihilkan elemen emoji dalam percakapan. Elemen emoji menghadirkan konteks emosi yang bisa mengubah konteks percakapan secara keseluruhan," jelas Reza.

Reza yang semula menafsirkan chat tanpa emoji merupakan bentuk mutlak sebuah perintah jahat. Kini, Reza mengatakan perintah jahat menjadi relatif atau multitafsir dengan adanya emoji.

"Sesaat lalu di gambar sebelumnya itu adalah absolut perintah yang mengandung criminal intent. Tetapi begitu ditampilkan emoji tertawa, tafsiran saya terhadap pesan pertama menjadi relatif. Tidak lagi absolut seperti tadi, tetapi relatif. Artinya multitafsir, apakah bercanda, ataukah lainnya, saya tidak tau. Yang jelas ini menjadi relatif," ungkap Reza.

Reza mengatakan percakapan yang diikuti emoji membuat konteks criminal intent atau niat jahat itu diragukan.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.

"Namun di bawahnya ada 3 emoji lain, yang mengindikasikan bahwa pesan pertama ditangkap atau ditafsirkan secara linear oleh pihak kedua, bahwa ini situasinya tidaklah seabsolut yang saya katakan tadi, jadi dia bukan lagi sebuah perintah salah," terang Reza.

"Criminal intent-nya menjadi paling tidak saya pertanyakan, berkat adanya emoji yang menciptakan komunikasinya menjadi disonance. Kesan, pesan itu menjadi disonance. Antara teks dan emosi menjadi disonance, tidak lagi menjadi harmonis, tidak lagi konsonan," lanjut dia.

Anthony kemudian meminta penegasan ahli soal adanya niat jahat dalam percakapan WhatsApp dengan diikuti emoji itu. Reza mengaku ragu karena adanya emoji.

"Emoji yang membuat saya ragu terhadap kesimpulan saya sebelumnya majelis, kalau di gambar sebelumnya saya absolut yakin bahwa itu perintah salah yang mengandung criminal intent bahwa pemberi perintah tak terbantahkan," kata Reza.

"Sementara sekarang ada emoji semuanya menjadi relatif, menjadi multitafsir. Karena itulah akan sangat baik seandainya untuk kepentingan praktis, ada sebuah kamus yang memuat definisi dan bagaimana mengintepretasikan di ranah yudisial sebagaimana yang dilakukan di sejumlah yuridiksi," sambungnya.

Halaman 2 dari 3
(aud/aud)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads