Apa itu Black Swan Earthquakes? Istilah Black Swan Earthquakes ini muncul sehubungan dengan pernyataan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terkait fenomena langka gempa di Jayapura. Seperti diketahui sepanjang awal tahun 2023 Jayapura kerap diguncang gempa bumi.
Terkait gempa bumi di Jayapura, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan fenomena gempa Jayapura ini sebagai fenomena Black Swan Earthquakes. Fenomena gempa ini disebut langka.
"Secara pribadi menurut saya, fenomena gempa Jayapura termasuk 'Black Swan Earthquakes': Belum terpetakan dengan detil sumbernya, di luar prediksi para ahli, berdampak merusak dan membuat cemas masyarakat, peristiwa gempa yang langka. Jarang terjadi," ujar Daryono melalui akun Twitternya, @DaryonoBMKG, Minggu (12/2/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lantas apa yang dimaksud dengan fenomena langka Black Swan Earthquakes itu? Di mana saja fenomena Black Swan Earthquakes pernah terjadi? Simak informasi dan penjelasannya berikut ini.
Apa Itu Black Swan Earthquakes?
Menurut penjelasan Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono, Black Swan atau Angsa Hitam adalah suatu teori. Angsa Hitam atau Black Swan adalah teori yang merujuk pada peristiwa langka, sulit diprediksi, dan di luar perkiraan biasa. Fenomena Black Swan disebut juga peristiwa langka yang berdampak besar.
"Teori Angsa Hitam merujuk pada peristiwa langka yang berdampak besar, sulit diprediksi dan di luar perkiraan biasa. Teori ini dideskripsikan oleh Nassim Nicholas Taleb dalam bukunya The Black Swan tahun 2007," jelas Daryono
Dia menyebut ada kriteria tersendiri suatu peristiwa dapat disebut sebagai fenomena Black Swan atau Angsa Hitam. Menurut Daryono, peristiwa disebut sebagai Black Swan itu harus datang secara mengejutkan dan berpengaruh besar.
"Kriteria untuk mengidentifikasi peristiwa black swan adalah muncul secara mengejutkan berpengaruh besar," ucapnya.
Sehingga dapat dipahami bahwa istilah Black Swan Earthquakes merujuk pada fenomena gempa bumi yang langka. Hal ini mengacu pada peristiwa gempa bumi langka yang sulit diprediksi, di luar perkiraan biasa, dan memiliki dampak besar. Dalam hal ini, BMKG menyebut seperti gempa bumi di Jayapura.
Mengapa Gempa Jayapura Disebut Black Swan Earthquakes?
Daryono lalu mengaitkan teori Black Swan atau Angsa Hitam itu dengan temuan berkaitan gempa yang terjadi di Jayapura, Papua. Dia menyebut di Jayapura, Papua, belum ada aktivitas gempa yang sebanyak seperti sekarang dan ini baru kali ini terjadi.
"Belum ada aktivitas sebanyak itu. Tidak begitu, gempa tipe seperti ini ya baru kali ini," ujarnya.
Dia juga memastikan para ahli belum menduga ada gempa seperti yang terjadi di Jayapura, Papua. Selain itu, gempa itu juga cenderung merusak dan membuat warga panik.
"Para ahli belum ada yang menduga ada gempa tipe ini. Cukup langka tipenya, dan berdampak merusak dan membuat warga cemas, takut, panik," tuturnya.
Gempa Terus Menerus di Jayapura Seperti Gempa di Ambon-Haruku
Lebih lanjut, Daryono meyebut fenomena Black Swan Earthquakes seperti gempa Jayapura ini pernah terjadi sebelumnya pada peristiwa gempa bumi di Ambon-Haruku pada akhir 2019 lalu. Saat itu sebanyak 2.500 lebih gempa terjadi.
"Kemiripan tipe aktivitas Gempa Ambon Sept 2019 (M6,5) dan Gempa Jayapura Januari 2023 (M5,4): Aktivitas gempanya sangat banyak, bersifat merusak, fenomena yang termasuk langka, tidak terprediksi para ahli, belum terpetakan sumber gempanya dgn detil," kata Daryono melalui akun Twitternya, @DaryonoBMKG, Minggu (12/2/2023).
Selain itu, dia juga mengatakan bahwa fenomena gempa di Jayapura yang terus-menerus terjadi itu akan berakhir. "Gempa Jayapura pasti akan selesai, itu earthquake sequence, multi fault aktif dan triggered off fault seismicity," kata Daryono.
Simak juga 'Saat Gempa M 5,2 Guncang Jayapura':