Duta Besar Republik Islam Iran untuk Indonesia Dr Mohammad Khoush Heikal Azad mengatakan, sebagai negara anggota Gerakan Nonblok, Indonesia dan negaranya punya kebijakan politik luar negeri yang hampir sama. Sementara Indonesia menyebutnya politik bebas dan aktif, Iran memiliki slogan 'tidak memihak kepada Timur ataupun Barat'.
"Iran berusaha menerapkan kebijakan yang independen terhadap Timur dan Barat dunia dengan tetap menjaga hubungan rasional berdasarkan rasa hormat, seraya menahan diri untuk tidak mengisolasi diri dari pusat ekonomi, budaya, dan peradaban penting dunia," kata Dubes Azad dalam peringatan 44 Tahun Republik Islam Iran di Hotel Borobudur, Jumat (10/2/2023) malam.
Hadir dalam acara tersebut antara lain mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Ibu Mufidah, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, serta pengusaha dan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Fadel Muhammad.
Pemerintahan ke-13 Republik Islam Iran, yang saat ini dipimpin Presiden Dr Ebrahim Raisi, menurut Azad, telah mengadopsi kebijakan luar negeri 'seimbang, aktif, dan cerdas', yang didasarkan pada tiga prinsip kebijaksanaan, martabat, dan kemanfaatan.
Karena itu, menurut Duta Besar, bagi Republik Islam Iran, menciptakan keamanan bukanlah sebuah taktik, melainkan sebuah strategi. "Kami menargetkan 'keamanan penuh' serta 'kooperasi penuh' dalam perkembangan dan kemakmuran wilayah Teluk Persia (Asia Barat) dan membantu wilayah-wilayah dunia lainnya," katanya.
Hubungan Indonesia dengan Iran, menurut master manajemen politik itu, telah terjalin sejak ribuan tahun lalu. Hubungan tersebut terjalin dalam berbagai area, didasari sikap saling menghormati, prinsip bebas dari kolonialisme, dan dengan berbagi nilai-nilai komersial, politik, dan budaya.
Langgengnya hubungan kedua negara berawal dari pendekatan yang bijaksana dan rasional, yang terlihat jelas dalam hubungan kontemporer Iran-Indonesia. Di mata Iran, kata Dubes Azad, Indonesia adalah salah satu negara gerakan nonblok yang dengan politik bebas aktifnya selalu berusaha hadir secara aktif untuk memiliki andil dalam menyelesaikan masalah di berbagai wilayah di dunia.
"Hubungan tersebut telah membawa peningkatan pertumbuhan dan perkembangan kedua masyarakat ini: Iran di Asia Barat dan Indonesia di Asia Timur," kata Azad.
Azad pribadi pernah bertugas di Jakarta di era tiga presiden, yakni sebagai Atase Kebudayaan pada 1989-2004 di era Presiden Soeharto, Wakil Dubes (2005-2010) di era Susilo Bambang Yudhoyono, dan Duta Besar sejak Agustus 2019 hingga Februari 2023 di era Presiden Joko Widodo. Waktu selama itu telah membuatnya cukup mengenal, menikmati, dan mengagumi kekayaan budaya dan keramahtamahan masyarakat Indonesia.
Dalam wawancara khusus dengan detikcom, 16 April 2020, Dr Mohammad Khoush Heikal Azad sempat memamerkan penguasaan bahasa Indonesia yang cukup baik. Dalam pidato kemarin, Azad sekurangnya menyelipkan tiga kali pantun dalam bahasa Indonesia, antara lain tentang kemerdekaan negara dan penekanan pada kerja sama dan interaksi: Dulu pahlawan rela berjuang/demi anak cucu nikmati kemerdekaan/Selamat kemerdekaan teman tersayang/mari kita rayakan dengan kerja sama'.
(azh/idh)