8 Hal soal Mahasiswa Teknik Unhas Meninggal Saat Diksar Mapala

ADVERTISEMENT

8 Hal soal Mahasiswa Teknik Unhas Meninggal Saat Diksar Mapala

Tim detikcom - detikNews
Senin, 16 Jan 2023 13:52 WIB
Virendy Marjefy (19), Mahasiswa Teknik Unhas Meninggal Saat Diksar Mapala di Maros, Sulsel
Foto: (Reinhard Soplantila/detikSulsel)
Jakarta -

Seorang mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin (Unhas) meninggal dunia saat mengikuti kegiatan pendidikan dasar mahasiswa pecinta alam (Diksar Mapala). Pihak keluarga korban menilai adanya kejanggalan di balik kematian korban.

Berikut ini sederet hal yang diketahui sejauh ini terkait meninggalnya mahasiswa teknik Unhas saat diksar Mapala:

Korban Meninggal Saat Diksar Mapala di Maros

Dilansir detikSulsel, Minggu (15/1), seorang mahasiswa bernama Virendy Marjefy (19) meninggal saat mengikuti kegiatan 5 hari diksar Mapala di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan (Sulsel). Orang tua korban awalnya mendapat kabar Virendy dilarikan ke rumah sakit.

"(Saya) ditelepon sama temannya, katanya ke rumah sakit Grestelina, jadi saya tanya kenapa Viren, sakit ya? Tapi dia bilang segera ke rumah sakit Viren ada di sini jadi kami langsung ke sana," kata ibu korban, Pemilo Tanjung, Sabtu (14/1).

Virendy meninggal dunia pada Jumat (13/1) malam. Jasad korban baru dibawa ke Kota Makassar Sabtu (14/1).

Penyebab Kematian Korban: Diduga Alami Kelelahan

Orang tua korban, Pemilo mengaku belum mengetahui pasti penyebab kematian anaknya itu. Namun berdasarkan informasi yang ia terima, penyebab korban meninggal akibat kelelahan.

"Keterangan dokter sudah meninggal, karena kelelahan tadi soalnya tadi bapak yang berhubungan," kata Pemilo, dilansir detikSulsel, Minggu (15/1).

Saat ini, pihak keluarga juga belum melakukan visum untuk mengetahui penyebab pasti kematian Virendy. Mereka masih berduka dan belum sempat ke kantor polisi lokasi kejadian guna melaporkan peristiwa ini.

Korban Mengeluh Kelelahan Hingga 2 Kali Tumbang

Terkait kronologi kematian Virendy, mahasiswa teknik Unhas meninggal saat diksar Mapala, Ketua Mapala 09 Fakultas Teknik Unhas, Ibrahim menyebut sebelum meninggal korban sempat mengeluh kelelahan pada Jumat (13/1) malam.

"Ya untuk kronologinya itu pada tanggal 13 kemarin malam, tanggal 13 sekitar pukul 20.40 almarhum itu dia mengeluh kecapean terus dia sementara terus berjalan dia duduk terus dia bilang kak capek saya capek," ujar Ibrahim, Sabtu (14/1).

Kemudian, kata dia, panitia langsung melakukan pertolongan dengan memberikan waktu istirahat dan sejumlah makanan. Setelah korban merasa membaik, perjalanan dilanjutkan, namun korban kembali terjatuh dan mulai berhalusinasi.

Ibrahim menyebut kondisi tubuh korban saat itu tidak mengalami demam, hanya mengeluh kelelahan. Setelah dua kali tumbang itu, pihak panitia memutuskan untuk mengevakuasi korban dan mencari pertolongan medis. Namun karena lokasi diksar yang jauh dari jalan umum, korban pun meninggal dunia di perjalanan saat dievakuasi.

Korban Alami Kelelahan Sejak Latihan di Kampus

Ibu korban, Pemilo Tanjung mengaku sempat melarang anaknya mengikuti kegiatan diksar. Pemilo menyebut, anaknya sempat mengeluh kelelahan karena latihan di kampus sebelum mengikuti diksar.

"Sempat saya larang tapi dia mau, dia ada izin ke saya, tapi (izinnya) nanti sudah setelah mau pergi pada hari Senin kemarin," ujar Pemilo, Sabtu (14/1).

Ia juga menegaskan, anaknya selama ini tidak memiliki riwayat penyakit. Anaknya hanya mengeluh kelelahan saat mengikuti latihan di kampus sebelum diksar berlangsung.

Terdapat Sejumlah Luka Lebam di Tubuh Korban

Keluarga korban menilai ada kejanggalan di balik kematian Virendy, mahasiswa teknik Unhas meninggal saat diksar Mapala. Pasalnya terdapat sejumlah luka lebam di tubuh korban yang diduga akibat kekerasan.

"Yah kalau kita keluarga melihat kondisi korban ada kecurigaan (tindak kekerasan)," kata ayah Virendy, James kepada detikSulsel saat ditemui di kediamannya di Makassar, Minggu (15/1).

James mengungkapkan luka lebam itu berada di kaki, tangan, dan punggung korban. Luka-luka tersebut diyakini akibat tindakan kekerasan yang dialami korban selama mengikuti diksar.

Orang Tua Korban Lapor Polisi

Keluarga Virendy Marjefy, mahasiswa teknik Unhas meninggal saat diksar Mapala di Maros, membuat laporan ke polisi terkait kematian korban. Keluarga menganggap kematian Virendy tidak wajar. Kasus ini kini diusut Polres Maros.

"Pihak korban membuat pengaduan bahwa diduga adanya kekerasan di kegiatan diksar tersebut," ujar Kasat Reskrim Polres Maros, Iptu Slamet kepada detikSulsel, Minggu (16/1).

Slamet mengatakan setelah menerima laporan tersebut, pihaknya langsung melakukan penyelidikan kasus kematian Virendy. Polisi kini tengah melakukan koordinasi dengan Polsek setempat untuk mendapatkan informasi.

Mapala Teknik Unhas Bandah Adanya Kekerasan

Terkait kematian Virendy Marjefy, mahasiswa teknik Unhas meninggal saat diksar Mapala di Maros, Ketua Mapala Teknik Unhas Ibrahim membantah terkait dugaan adanya kekerasan saat kegiatan diksar.

"Yang pertama ini kegiatan pendidikan dasar ini kita bukan kali pertama kita lakukan ini sudah 27 kali sampai yang kemarin dan dari kami sangat terpukul dengan kondisi kemarin kondisinya itu bukan kita yang minta tidak diinginkan oleh siapapun," ujar Ketua Mapala Teknik Unhas Ibrahim kepada wartawan, Minggu (15/1/2023) malam.

Ibrahim menjamin tak ada kontak fisik saat diksar berlangsung dari Senin (9/1) hingga Jumat (13/1) lalu. Pihaknya mengklaim hanya melakukan pembinaan.

Dekan Bekukan Sementara Mapala Teknik Unhas

Pihak kampus kini memutuskan untuk membekukan sementara aktivitas Mapala 09 Fakultas Teknik Unhas. Kebijakan ini dilakukan agar proses pengusutan kematian Virendy Marjefy, mahasiswa teknik Unhas meninggal saat diksar Mapala, dapat berjalan dengan baik.

"Menurut komitmennya Pak Dekan Fakultas Teknik, akan membentuk tim investigasi. Pertama kita minta kegiatan Mapala dihentikan dulu supaya kita fokus ke sini kan, jangan dulu kegiatan aktivitas kemahasiswaannya di bidang itu, jangan dulu ada," kata Wakil Rektor I Unhas Muh Ruslin kepada detikSulsel, Senin (16/1).

Ruslin mengatakan, pihak dekanat akan memanggil pengurus hingga panitia diksar untuk dimintai keterangan. Pasalnya, sebelum kegiatan berjalan mereka sudah membuat komitmen dan siap bertanggungjawab atas segala masalah yang terjadi.

(wia/idn)


ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT