Ketua DPR RI Puan Maharani merupakan sosok yang kerap mendorong kesetaraan gender. Hal ini salah satunya diwujudkan melalui raihan gelar Doktor Honoris Causa dari Pukyong National University (PKNU), Korea Selatan, beberapa waktu lalu karena dianggap berdedikasi terhadap kemajuan perempuan Indonesia.
"Saya Alhamdulillah dapat memberi satu kebanggaan kepada orang tua saya. Saya diberikan penghargaan sebagai Doktor Honoris Causa. Saya dianggap sebagai politikus yang dapat berkontribusi kepada bangsa dan negara sehingga dikasih penghargaan," kata Puan dalam keterangan tertulis, Sabtu (14/1/2023).
Hal ini ia sampaikan dalam sebuah talkshow di salah satu stasiun TV swasta.
Meski demikian, dalam memperjuangkan kesetaraan gender, Puan mengaku banyak beban yang dirasakan. Bahkan, ia juga sempat terlihat menangis saat menyampaikan pidato di PKNU.
"Saya merasakan ternyata berat banget ya jadi perempuan Indonesia. Nggak semudah yang dibayangkan bisa menjadi Menko PMK, Ketua DPR. Mencapai itu ternyata nggak mudah," ucapnya.
Puan mengatakan salah satu beban yang kerap dirasakannya adalah banyaknya serangan, bully, atau respons negatif terhadap dirinya. Bahkan, ia mengaku jalan untuk menjadi pemimpin yang menyejahterakan rakyat dan mendorong eksistensi perempuan cukup sulit.
"Itu beban terbesar, ternyata nggak mudah, sudah berusaha kerja sebaik-baiknya, semampunya, tapi kok tetap salah terus. Itu kan beban batin juga," ungkapnya.
"Saya sempat mikir kenapa ya begini terus, apa karena saya perempuan ya. Tapi saya merasa mungkin iya juga. Apa di Indonesia belum siap ya menerima seorang perempuan untuk maju menjadi pemimpin, di mana pun posisinya," lanjutnya.
Padahal, menurut Puan, laki-laki dan perempuan dapat memperoleh hak yang sama. Termasuk dalam hal demokrasi di Indonesia.
"Jadi saya sedang menceritakan dua sayap burung ya, harusnya kita bisa seiring sejalan antara laki-laki dan perempuan dalam demokrasi di Indonesia," kata Puan.
Meski demikian, mantan Menko PMK ini mengatakan beruntung mendapat banyak dukungan dari orang-orang terdekatnya, termasuk sang ibu yang merupakan Presiden ke-5 RI dan Ketum PDIP, Megawati Soekarnoputri. Ia mengaku juga tak lantas putus asa dalam memperjuangkan nasib perempuan Indonesia.
"Makanya saya di situ merasa saya harus bisa. Karena Ibu Mega selalu mengajarkan kamu harus bisa karena ini perjuangan kamu dan mama. Dan bukan cuma perjuangan untuk kita berdua saja, Puan. Tapi buat perempuan-perempuan Indonesia," jelasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Puan juga mengungkapkan soal kesedihannya lantaran sering dianggap tak mampu karena posisinya sebagai seorang perempuan. "Sedih. Bayangkan kalau saya saja merasa seperti itu, perempuan yang lain bagaimana," urainya.