Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono melanjutkan program pembuatan sumur resapan pada 2023. Nantinya, pembangunan sumur resapan bukan difokuskan untuk penanggulangan banjir, melainkan untuk kegiatan konservasi air tanah.
"Sumur resapan lebih ke arah konservasi air tanah ya. Walaupun nanti ada untuk menyelesaikan genangan ya itu memang mengurangilah dampak," kata Sekretaris Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta Dudi Gardesi saat dihubungi, Rabu (16/11/2022).
Dudi menyampaikan, sejak awal, tujuan utama dibangunnya sumur resapan untuk kegiatan konservasi air tanah. Meskipun, keberadaan sumur resapan bisa mengurangi genangan air.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sumur resapan tujuan utamanya melakukan konservasi, dari dulu seperti itu, untuk recharge air tanah, tujuan utamanya. Cuma di beberapa titik yang langganan genangan itu ada yang efektif kita lakukan dengan sumur resapan, di mana sumur resapan nya itu sampai ke titik lapisan pasir di bawahnya, sehingga daya serapnya bagus," jelasnya.
Merujuk pada dokumen RAPBD 2023, Dinas SDA mengalokasikan anggaran sebesar Rp 1 miliar untuk aktivitas pembangunan sumur resapan, PAH, dan konservasi air tanah. Angka ini mengalami pemangkasan Rp 18,7 miliar dibandingkan usulan yang diajukan dalam rancangan KUA-PPAS 2023 senilai Rp 19,7 miliar.
Kendati begitu, Dudi memastikan pihaknya akan mengoptimalkan anggaran yang telah disepakati. Khususnya dalam menambah daya serap di titik pembangunan sumur resapan.
"Jadi Rp 1 miliar ini untuk yang menengah dalam ya. Untuk nambah daya serap titik-titik resapan yang udah kita bangun, sehingga daya serap terkait dengan genangan dan konservasinya lebih cepat di titik tersebut," imbuhnya.
Sumur Resapan Juga Dibangun Secara Swakelola
Di sisi lain, pihaknya akan mengupayakan pembangunan sumur resapan secara swakelola. Di mana pengadaan materialnya melibatkan pihak ketiga, sedangkan konstruksinya dilakukan oleh PJLP Dinas SDA. Nantinya, metode ini akan diterapkan di tingkat wilayah.
"Cuma di sudin-sudin yang di arah selatan Jakarta secara swakelola, secara kita pengadaan materialnya baik dipihakketigakan tapi pengerjaan ya dilakukan sendiri tetap kita laksanakan," jelasnya.
Sedangkan untuk kegiatan penanganan banjir bisa dengan cara membangun kolam penampungan beserta pompa air.
"Karena kalau untuk penanganan banjir mungkin kita lebih ke arah kaya sapit, kolam-kolam penampungan yang nanti mungkin perlu dibantu oleh pompa," ujarnya.
"Contoh kayak yang kita bangun di sekitar Atma Jaya, kan ada tuh kolam penampungan terus ada pompa banjirnya juga, yang di depan Sentral Plaza apa ya, depan Benhil tuh, gitulah modelnya kalau misalnya kita lakukan atau modular-modular tank untuk nampung air yang skalanya cukup besar," tambah dia.
(taa/zap)