Terungkap 4 Orang Tewas 'Mengering' Jauhkan Diri dari Keluarga

Terungkap 4 Orang Tewas 'Mengering' Jauhkan Diri dari Keluarga

Tim detikcom - detikNews
Minggu, 13 Nov 2022 07:00 WIB
Polisi lakukan olah TKP ulang di rumah sekeluarga tewas di Kalideres, Jakarta Barat,Sabtu (12/11/2022). Petugas juga melakukan penyemprotan disinfektan.
Rumah 4 orang sekeluarga tewas 'mengering' di Kalideres, Jakarta Barat, disemprot disinfektan, pada Sabtu (12/11/2022). (Rumondang Naibaho/detikcom)
Jakarta -

Kematian empat orang sekeluarga yang jasadnya 'mengering' di Perum Citra Garden Extension I, Kalideres, Jakarta Barat, masih menyisakan teka-teki. Sejauh ini belum jelas apa yang membuat para korban 'tidak makan-minum dalam waktu yang cukup lama' hingga mengakibatkan jasadnya mengering.

Sejumlah saksi-saksi digali keterangannya oleh polisi. Adik dan ipar dari sekeluarga tewas 'mengering' pun dimintai keterangan oleh pihak kepolisian.

Berdasarkan pemeriksaan saksi-saksi dan anggota keluarga, korban tewas sekeluarga kemungkinan bersikap antisosial. Mereka jarang berkomunikasi dengan warga, bahkan dengan keluarga inti.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Polisi menyebutkan korban tewas sekeluarga ini sudah bertahun-tahun tidak berkomunikasi dengan keluarga inti. Keempat orang yang tewas 'mengering' ini juga terkesan menjauhkan diri dari keluarga inti.

Seperti diketahui, keempat korban tewas yakni Rudyanto Gunawan (71), Margaretha (68), Budianto Gunawan (68), dan Dian (42), ditemukan tewas dalam rumahnya pada Kamis (10/11). Keempat korban diperkirakan tewas dalam waktu berlainan sejak 3 minggu lalu.

ADVERTISEMENT

Jauhkan Diri dari Keluarga Inti

Salah satu korban, Margaretha, merupakan satu dari 7 bersaudara. Adik Margaretha, Ris Astuti (64) mengungkapkan bahwa Margaretha dan keluarganya terkesan menjauhkan diri dari keluarga inti.

"Mereka menyampaikan bahwa keluarga ini terkesan menjauhkan diri dari keluarga inti," kata Kapolsek Kalideres AKP Syafri Wasdar di kantornya, Sabtu (12/11).

Kapolsek Kalideres AKP Syafri WasdarKapolsek Kalideres AKP Syafri Wasdar Foto: Kapolsek Kalideres AKP Syafri Wasdar (Foto: Dok. Polres Jakbar)

Syafri mengungkapkan keluarga Margaretha sudah lama tidak berkomunikasi. Komunikasi terakhir Margaretha dengan keluarga inti sekitar satu tahun lalu. Diketahui, Margaretha memiliki enam saudara.

"Yang mana dia berkomunikasi terakhir lebih dari satu tahun lalu, komunikasi via telepon. Dan untuk bertemu lebih dari 5 tahun lalu dan itu hanya sebatas mengucapkan selamat ulang tahun," ungkapnya.

Jarang Berhubungan dengan Keluarga Inti

Ipar Margaretha, Handoyo (64), mengatakan jarang berkomunikasi dengan keluarga inti korban. Dia terkejut mendapatkan kabar duka terkait keluarga iparnya.

"Terus terang kita kaget ya. Nggak sangka karena sudah sekian tahun tidak berhubungan, tahu-tahu mendapat berita sudah seperti ini. Kami kaget sekali, terus terang," kata Handoyo di Polsek Kalideres, Jl Daan Mogot, Jakbar, Sabtu (12/11).

Hal senada disampaikan istri Handoyo, Ris Astuti (64), yang mengaku sudah lama tak berkomunikasi dengan Margaretha, yang merupakan kakaknya. Dia mengatakan komunikasi biasanya terjadi saat ada salah satu di antara mereka yang berulang tahun.

"Ya dulu-dulu sering. Kiriman kado gitu tukeran, tapi sekadar itu aja, tuker-tukeran kado, udah," kata Ris.

Baca di halaman selanjutnya: dikenal sebagai warga tertutup....

Lihat juga Video: Terpopuler Sepekan: Jelang KTT G20 Hingga Sekeluarga Tewas 'Mengering'

[Gambas:Video 20detik]




Sekeluarga Tewas Dikenal Tertutup

Ketua RT 007/015 Perum Citra Garden Extension I, Kalideres, Jakarta Barat, Asiung, mengatakan keluarga Margaretha dikenal sangat tertutup. Padahal, keluarga tersebut sudah tinggal di kompleks tersebut sejak 20 tahun yang lalu.

"Sangat tertutup, tidak ada komunikasi. Kalau saya ada kegiatan lingkungan, saya baru panggil gedor-gedor," kata Ketua RT setempat, Asiung, Sabtu (12/11/2022).

Asiung mengatakan keluarga Margaretha sesekali keluar jika ada kepentingan dari pengurus RT/RW setempat. Asiung bahkan sudah lama tidak pernah bertemu dengan para korban.

"Misal ada pendataan BPS, penyemprotan DBD baru dia keluar. Terakhir saya ketemu anak dan ibunya 3 bulan lalu," katanya.

Tak Gabung Grup WA Komples

Dia mengatakan keluarga tersebut juga tidak pernah menerima kunjungan dari sanak saudara. Asiung juga mengungkap keluarga korban tidak bergabung dalam grup WhatsApp (WA) kompleks.

"Tidak pernah, jarang saudara yang berkunjung ke mari. Mereka tidak masuk grup WhatsApp kompleks," ucap Asiung.

Asiung (kiri), ketua RT TKP penemuan mayat sekeluarga di Kalideres, Jakarta Barat mengungkap awal mula penemuan 4 jasad.Asiung (kiri), ketua RT di TKP penemuan mayat sekeluarga di Kalideres, Jakarta Barat mengungkap awal mula penemuan 4 jasad. (Rumondang Naibaho/detikcom)

Jarang Bersosialisasi dengan Warga

Tetangga menyebut keluarga tersebut tidak terbuka akan lingkungan sekitar. Sekeluarga tersebut jarang berinteraksi dengan warga lainnya.

"Nggak pernah (interaksi), dia orangnya tertutup ya. RT juga kenalnya kalau ada semprotan segala macam dia baru ikut. Kalau ada acara-acara lain nggak pernah ada ikutan," kata seorang warga bernama Roy (33) saat ditemui di lokasi, Jumat (11/11).

Roy mengaku sudah tinggal 20 tahun di Perum Citra Extension I Blok AC5 RT 7 RW 7 Kalideres, Jakbar. Dia tinggal tak jauh dari rumah korban.

Dia mengatakan para korban juga jarang berinteraksi dengan tetangga yang lain. Selain itu, mereka jarang menjalankan kegiatan bersama tetangga di lingkungan perumahan.

"Itu dia nggak pernah ikut (kerja bakti). Kayak kemarin pemilihan RT kayaknya juga nggak ada," ucapnya.

Baca di halaman selanjutnya: bersikap antisosial

Sekeluarga Tewas Antisosial

Wali Kota Jakarta Barat (Walkot Jakbar), Yani Wahyu Purwoko, mengaku tidak banyak informasi yang bisa diketahui soal sekeluarga tewas di Kalideres. Ia menduga, sekeluarga tewas itu punya sikap antisosial.

"Dan saya dapat dari lingkungan sekitar dari RT RW bahwa memang keluarga ini tertutup, tidak berinteraksi, tertutup, dan boleh dikata dugaannya ini antisosial. Makannya terjadi hal seperti ini," kata Yani kepada wartawan di lokasi, Sabtu (12/11).

Dia mengatakan keluarga tersebut pernah menolak petugas Juru Pemantau Jentik (Jumantik) pada September 2022 lalu.

"Berdasarkan hasil lidik dari kepolisian di bulan Agustus ya, ada petugas Jumantik datang masih diterima. Tapi di bulan September sudah tidak diterima," kata Yani.

Pada kesempatan yang sama, Yani juga menegaskan pentingnya interaksi sosial antar warga. Ia menyebutkan interaksi sosial itu pada tetangga terdekat merupakan hal yang paling dasar.

"Interaksi sosial di warga itu penting dan perlu. Kenapa? Karena interaksi sosial di warga itu adalah sehingga warga memiliki kepekaan, memiliki rasa kebersamaan sehingga timbul kepedulian untuk saling membantu bila warga pihak lain yang membutuhkan," ucapnya.

Wali Kota Jakarta Barat Yani Wahyu PurwokoWali Kota Jakarta Barat Yani Wahyu Purwoko (Rumondang Naibaho/detikcom)

Berkaca dari kasus kematian sekeluarga ini, Yani mengingatkan pentingnya interaksi sosial. Interaksi sosial sangat penting agar terbangun kepedulian dan kebersamaan antarwarga.

"Interaksi sosial di warga itu penting dan perlu. Kenapa? Interaksi sosial di warga itu adalah keharusan sehingga warga memiliki kepekaan, memiliki rasa kebersamaan, sehingga timbul kepedulian untuk saling membantu bila ada warga pihak lain yang membutuhkan," imbuh Yani.

Yani berharap komunikasi dan silaturahmi antarwarga terbangun dengan baik. Ia berharap seluruh elemen warga saling berinteraksi agar mengetahui satu sama lain.

"Oleh karena itu, saya mengharapkan tentunya bahwa peran RT, RW, jumantik dasawisma, ini sangat penting, sangat vital sebetulnya. Selain tugas pokok dia, ada tugas pokok lain dari jumantik dasawisma, yaitu merajut interaksi sosial. Seandainya ada warga yang tidak kooperatif terhadap petugas jumantik, tentu ini menjadi evaluasi. Dengan adanya interaksi sosial, tentunya kejadian-kejadian seperti ini mungkin bisa dihindarkan," paparnya.

Halaman 2 dari 3
(mea/mea)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads