Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi menurunkan timnya untuk menyelidiki kasus kematian sekeluarga 'mengering' di Kalideres, Jakarta Barat. Hengki Haryadi mengatakan timnya akan mem-back up Polres Metro Jakarta Barat untuk mengusut lebih dalam terkait penyebab kematian sekeluarga tersebut.
"Saat ini Ditreskrium Polda Metro Jaya mem-back up Polres Metro Jakarta Barat dalam penyelidikan kasus ini. Kami membantu Polres Metro Jakarta Barat untuk mengungkap penyebab kematian sekeluarga di Kalideres secara ilmiah sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan," ujar Kombes Hengki Haryadi saat dihubungi detikcom, Sabtu (12/11/2022).
Hengki Haryadi menjelaskan timnya bersama Satreskrim Polres Metro Jakarta Barat akan melakukan penyelidikan dengan metoda induktif dan deduktif untuk membuat terang tabir kematian sekeluarga 'mengering' di Kalideres ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang pertama, secara induktif, olah TKP sudah dilaksanakan. Sedangkan secara deduktif, kita juga dalami informasi dari tetangga dan lain-lain," ujar Hengki Haryadi.
Saat ini, kata Hengki Haryadi, pihaknya menunggu hasil kedokteran forensik dan laboratorium forensik, termasuk mendalami kemungkinan adanya zat-zat kimia berbahaya dalam tubuh korban.
"Kami sedang menunggu hasil dari kedokteran forensik maupun laboratorium forensik (untuk pemeriksaan toksikologi dan histopatologi), mengenai sebab-sebab kematian secara akurat," kata Hengki Haryadi.
Tim Hengki Haryadi juga akan melakukan pemeriksaan digital forensik untuk menggali kemungkinan motif-motif di balik peristiwa kematian sekeluarga 'mengering' ini.
"Termasuk laboratorium cyber terkait alat bukti elektronik yang kami dapatkan. Kami masih mendalami segala macam kemungkinan sebab dan motif dari kejadian ini," tutur Hengki Haryadi.
Tim Hengki Haryadi akan mengedepankan penyelidikan ilmiah sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan. Mengenai diksi 'mati kelaparan', Hengki Haryadi menyatakan hal itu belum bisa dipertanggungjawabkan.
"Namun, yang utama secara scientific crime investigation, tim Polda Metro Jaya dan Polres Jakbar masih terus mendalami dan menanti hasilnya, baik dari kedokteran forensik maupun laboratorium forensik. Artinya, diksi kematian disebabkan kelaparan itu belum bisa dipertanggungjawabkan," tuturnya.
Kematian sekeluarga 'mengering' di Kalideres, Jakarta Barat, masih menyisakan misteri. Banyak yang meragukan sekeluarga itu tewas karena kelaparan.
Baca selengkapnya di halaman selanjutnya....
Saksikan juga Sosok minggu ini: Mario Gultom, Wujudkan Kedai Kopi Ramah Difabel
Ketua RT Ragu Sekeluarga Tewas Kelaparan
Kasus kematian satu keluarga di Kalideres, Jakarta Barat, masih menyimpan teka-teki. Kematian empat korban yang disebut 'kelaparan' pun diragukan.
Hal itu diutarakan oleh Ketua RT 007 RW 015 Kelurahan Kalideres, Asiung. Asiung tidak habis pikir bagaimana bisa sekeluarga mati 'kelaparan', padahal secara finansial cukup berada.
"Kemarin saya lihat, kita kedatangan Lurah Kalideres juga. Saya datang ketemu kemarin, saya ceritakan. Menurut beliau ini (tewas karena kelaparan) 'impossible," kata Asiung saat dihubungi detikcom, Sabtu (12/11).
Asiung mengatakan keluarga korban sudah tinggal di Perum Citra Garden I Kalideres sejak 20 tahun lalu. Keluarga tersebut disebut memiliki satu mobil dan motor.
Secara finansial, Asiung meyakini, korban tidak bisa dikategorikan sebagai keluarga miskin. Namun ia menyebut keluarga tersebut kurang berinteraksi dengan warga sekitar.
Asiung menduga ada hal lain yang disembunyikan oleh para korban hingga akhirnya ditemukan meninggal dunia di dalam rumah dengan kondisi kekurangan asupan makanan.
"Jadi yang sebenarnya terjadi itu mungkin ada faktor lain, faktor ketakutan penghuni. Karena watak keluarga tersebut itu suka mengucilkan diri tidak membaur, tidak berinteraksi dengan warga lain, padahal warga ini sudah tinggal di kompleks sudah 20 tahun ke atas," tutur Asiung.
Tak Ada Masalah Ekonomi
Keempat korban ditemukan dalam kondisi tak bernyawa di sebuah rumah di Perum Citra I Extension Kalideres, Jakbar pada Kamis (10/11). Keempat korban ialah Rudyanto Gunawan (71), Renny Margaretha (68), Budianto Gunawan (68), dan Dian (42).
Adik Margaretha bernama Ris Astuti (64) mengatakan kondisi ekonomi kakaknya tergolong cukup mampu.
"Sedeng-sedeng aja, nggak ada keluhan atau sebagainya. Ya istilahnya standarlah, umum," kata Ris kepada wartawan di Polsek Kalideres, Sabtu (12/11/2022).
Dia juga membeberkan soal pekerjaan keluarga saudaranya tersebut. Namun dia kurang mengetahui soal kondisi terkini dari keluarga kakaknya.
"(Kakak) kerjanya dulu jual kue, bapaknya di kantor. Kerja kantoran. Tapi dulu, belakangan kita nggak tahu karena lepas kontak," ucap Ris.
Ia juga mengatakan kakaknya tidak pernah meminta bantuan apapun sebelumnya. Dan ia mengaku tidak tahu-menahu apakah keluarga kakaknya memiliki utang sehingga sulit memenuhi kebutuhan pangan.
"Nggak, malah ngasih dia. Waktu di Gunung Sahari suka ngasih dia. Makanan, baju-baju, kalau kita ultah kirim paket," tutur Ris.
Saksikan juga Sosok minggu ini: Mario Gultom, Wujudkan Kedai Kopi Ramah Difabel