Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan telah meresmikan empat bangunan sekolah berkonsep net zero 2022. Di tahun 2023 mendatang, Anies akan menambah 20 sekolah lagi yang berkonsep Net Zero.
"Nah, dengan adanya empat contoh dan tahun 2023 ada 20 sekolah lagi. Jadi harapannya nanti kita tahu bahwa sekolah yang kita butuhkan seperti ini," kata Anies Baswedan di SDN Ragunan 08, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Rabu (28/9/2022).
Anies menyebut selama ini, desain sekolah net zero 2022 hanya bisa diwujudkan dalam bentuk maket semata. Kini, empat sekolah telah menjadi pioneer sekolah rendah emisi. Dia berharap ke depannya jumlahnya terus bertambah hingga ratusan kali lipat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau kemarin masih dalam bentuk maket, bentuk gambar, itu belum lihat langsung. Sekarang dengan ada 4, tahun depan 20, harapannya tahun tahun berikutnya bisa lompat lebih tinggi. Kalau lompat 20 kan 5 kali ya, mudah mudahan nanti bisa 100 bisa 500 harapannya terus menerus Jakarta sekolahnya menjadi sekolah yang ramah," ujarnya.
Untuk diketahui, Pemprov DKI Jakarta bekerja sama dengan GBC Indonesia dalam penerapan Sekolah Net Zero Carbon ini. GBC Indonesia membantu melakukan simulasi dan analisis terkait desain pasif, terutama simulasi untuk pola aliran udara pada tapak, radiasi matahari pada selubung bangunan, serta simulasi pencahayaan untuk mengetahui apakah performa bangunan sudah baik dan dapat mengurangi penggunaan energi.
Simulasi aliran udara dapat membantu memprediksi arah dan kecepatan datangnya angin secara umum sehingga para perancang dapat menentukan posisi bukaan untuk memaksimalkan ventilasi alami. Simulasi radiasi matahari pada selubung bangunan membantu mengidentifikasi selubung bangunan yang terkena paparan panas matahari yang dapat mempengaruhi suhu dalam ruangan sehingga penggunaan AC dapat diminimalisir.
Selain itu, pencahayaan alami merupakan hal yang sangat penting di sekolah karena mempengaruhi performa belajar anak. Untuk meningkatkan efisiensi penggunaan energi dalam penerangan atau lampu, cahaya matahari alami harus dimanfaatkan dengan tetap memperhatikan kenyamanan termal dalam ruang.
Pada prinsipnya, persyaratan dan ketentuan bangunan dengan kriteria Net Zero Carbon adalah dengan mengoptimalkan desain bangunan agar sedemikian rupa dapat menurunkan kebutuhan konsumsi energi per tahun (IKE=Indeks Konsumsi Energi) serendah mungkin, sehingga memungkinkan pasokan energinya dapat bertumpu sepenuhnya pada sistem energi terbarukan (renewable energy). Sistem energi terbarukan tersebut diharapkan dapat memenuhi kebutuhan konsumsi energi bangunan (IKE) yang sudah sangat diminimalkan dibandingkan dengan IKE yang diperlukan oleh praktik bangunan konvensional.
Selain urgensi untuk menuju bangunan rendah emisi, kebutuhan untuk menuju bangunan sehat di tengah kondisi pandemi COVID-19 menjadi sebuah keharusan. Pasalnya, berdasarkan hasil survei, manusia cenderung menghabiskan lebih dari 90% waktunya di dalam ruangan. Dengan demikian, perlu menjadi perhatian bagaimana kualitas udara di dalam ruangan, di mana penghuni melakukan aktivitas.
Upaya preventif dan mitigasi perlu dioptimalkan dan dapat dicermati dari kilas balik proses penyebaran COVID-19 selama ini. Berdasarkan kasus-kasus yang telah terjadi, protokol kesehatan sangat penting sebagai bentuk kontrol terhadap sumber penyebaran virus (source control), namun hanya mengatur aktivitas manusia dan meminimalisir interaksi antarmanusia. Munculnya kluster-kluster pandemi di indoor mengkonfirmasi perlunya upaya pencegahan selain pada protokol kesehatan, yaitu perubahan dari bangunan dan lingkungan di mana manusia beraktivitas agar menjadi tempat yang aman dan sehat.
Selengkapnya di halaman berikut