Cara Tak Tepat Guru SMA di Bogor Cek Siswi Haid

Cara Tak Tepat Guru SMA di Bogor Cek Siswi Haid

Tim detikcom - detikNews
Sabtu, 24 Sep 2022 08:14 WIB
Despair. The concept of stopping violence against women and human trafficking,  International Womens Day
Ilustrasi pelecehan (Foto: Getty Images/iStockphoto/Tinnakorn Jorruang)
Bogor -

Tindakan guru SMA Negeri 1 Dramaga yang memeriksa siswi haid menuai kontroversi. Sempat beredar kabar siswi diminta membuka celana dalam untuk membuktikan sedang haid atau tidak.

Namun, hal ini dibantah oleh pihak sekolah. Pihak sekolah mengakui adanya pemeriksaan tersebut, tetapi dilakukan dengan meraba rok belakang siswi dan dilakukan oleh sesama siswi.

Hal ini membuat Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) Bogor turun tangan. KPAD menilai tindakan yang dilakukan pihak sekolah blunder.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Plt Bupati Bogor Buka Suara

Plt Bupati Bogor Iwan Setiawan ikut angkat bicara terkait hal ini. Menurut Iwan, maksud guru tersebut baik untuk mengetes kejujuran siswi, akan tetapi caranya saja yang tak tepat.

"Saya sudah mendengar soal informasi itu. Kalau yang saya lihat, maksudnya sebetulnya baik, ingin mengetahui kejujuran siswi karena infonya kan itu semakin sedikit yang ikut salat Duha. Cuma memang caranya mungkin yang kurang tepat, karena khawatir ada siswi yang tidak nyaman atau lainnya," ujar Iwan saat dihubungi wartawan, Jumat (23/9/2022).

ADVERTISEMENT

Iwan meminta para guru mencari cara lain untuk mengetahui kejujuran seorang siswi. Agar siswi tersebut tidak merasa dilecehkan.

"Ke depan harus dipikirkan lagi, dicari cara yang lain agar tidak ada yang merasa tidak nyaman atau dilecehkan," katanya.

Harap Kejadian Serupa Tak Terulang

Iwan menyebut, narasi bahwa guru meminta siswi membuka pakaian dalam untuk membuktikan kejujuran siswi adalah keliru. Hal itu, kata Iwan, diketahui dari hasil penelusuran pihak Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAD) Kabupaten Bogor.

"Cuma narasi yang beredar memang banyak yang kurang pas juga, seperti pemeriksaan pakaian dalam, hasil klarifikasi itu tidak ada. Itu sudah ditelusuri KPAD," katanya.

Iwan berharap kejadian seperti itu tidak terulang kembali.

"Kami berharap kejadian seperti ini tidak terulang," ptuturnya.


Baca di halaman selanjutnya: pernyataan pihak sekolah

Simak juga 'Rekonstruksi Awal Kasus Guru Agama Cabuli Siswi SMP di Batang':

[Gambas:Video 20detik]



Awal Mula Siswi Haid Diperiksa

Juru Bicara SMA Negeri I Dramaga, Baitul Harahap, menjelaskan peristiwa tersebut terjadi pada Jumat (16/9) lalu. Setiap Hari Jumat, SMAN 1 Dramaga memang rutin menggelar salat Duha berjemaah.

Namun, beberapa siswi tidak ikut salat berjemaah. Sehingga, guru bermaksud untuk mengetes kejujuran apakah siswi tersebut betul-betul menstruasi atau hanya alasannya saja.

"Terus ketahuan tuh yang tidak pakai mukena dan seterusnya. Sehingga oleh ibu gurunya mau ngetes kejujuran anak-anak," ujar Baitul saat dihubungi, Rabu (21/9/2022).

Para siswi yang tidak salat kemudian dikumpulkan oleh guru perempuan di sebuah ruangan. Menurut Harahap, guru tersebut hanya menanyakan apakah siswi yang tidak ikut salat ini sedang menstruasi atau tidak.

"Jadi hanya menanyakan begitu aja, 'kamu datang bulan?'. Terus ada juga anak-anak ditanya ibu gurunya, 'kamu sudah selesai datang bulannya, cuma belum mandi wajib' juga dipisahkan lagi," tambahnya.

Rok Siswi Diraba

Harahap mengakui adanya pemeriksaan tersebut, tetapi tidak sampai meminta membuka celana dalam, seperti yang beredar di media sosial. Harahap mengatakan pihaknya 'hanya' meraba bagian rok belakang siswi dan itupun dilakukan oleh sesama murid perempuan.

"Ibu gurunya juga menyampaikan, 'mohon maaf ke kalian, apa kalian misalkan mau menerima seperti begini', istilahnya orang Sunda dicabak (dipegang) sedikit aja, 'oh memang ada pembalut', seperti itu. Jadi di belakang roknya itu kan, kalau dicabak ada pembalut, 'oh benar, sedang datang bulan'," jelas Harahap.

Baca di halaman selanjutnya: pernyataan KPAD....

KPAD Sebut Tindakan Guru Blunder

KPAD menilai pihak sekolah cenderung tergesa-gesa dalam menangani permasalahan itu. Menurutnya, sekolah seharusnya tidak langsung melakukan pemeriksaan langsung seperti itu terhadap siswi tersebut.

"Jadi kesimpulan yang kami dapatkan bahwa pihak sekolah melakukan tindakan tersebut secara spontan dan tanpa perencanaan sebelumnya. Sehingga tindakan yang diambil menjadi blunder. Walaupun tujuannya baik, kami tidak membenarkan cara tersebut dalam memastikan apakah siswi tersebut sedang haid atau tidak," jelasnya.

Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) Kabupaten Bogor telah mendatangi sekolah untuk mencari tahu permasalahan sebenarnya. Hasilnya, KPAD menyatakan tidak sepenuhnya isu siswi haid diperiksa itu benar.

"KPAD sudah melakukan kunjungan untuk konfirmasi dan klarifikasi terkait pemberitaan yang beredar di media tentang adanya kasus dugaan pemeriksaan celana dalam siswi yang sedang haid. Mereka mengungkapkan berita yang sudah beredar tersebut tidak sesuai dengan yang terjadi sebenarnya," kata komisioner KPAD Kabupaten Bogor, Heni Rustiani, melalui keterangannya, Rabu (21/9).

Kejadian itu bermula saat kecurigaan guru muncul karena semakin sedikit siswi yang mengikuti salat Duha dengan dalih sedang haid. Kemudian guru mengumpulkan siswi tersebut di satu ruangan.

Dia mengatakan tidak benar bahwa pemeriksaan dilakukan dengan cara membuka celana dalam siswi. Pemeriksaan dilakukan dengan memegang bagian belakang siswi oleh sesama siswi untuk memastikan ada pembalut yang digunakan atau tidak.

"Guru meminta para siswi tersebut saling memeriksa temannya dengan hanya meraba bagian belakang para siswi itu untuk memastikan ada yang mengganjal berupa pembalut atau tidak. Yang dirasa ada pembalut langsung diminta masuk ke kelas. Dan itu tidak semua siswi, baru beberapa saja karena keburu bel masuk berbunyi," paparnya.

"Jadi tidak benar adanya pemeriksaan celana dalam para siswi tersebut. Dan berita yang beredar justru bersumber dari siswa yang bahkan tidak termasuk siswi yang dikumpulkan," tambahnya.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads