Ketua MPR RI sekaligus Ketua IMI Bambang Soesatyo meluncurkan buku terbarunya berjudul '60 Tahun Meniti Buih di Antara Karang' tepat di hari ulang tahunnya yang ke-60. Peluncuran buku ini diadakan di Black Stone Garage, Jakarta Selatan, Sabtu (10/9/2022).
Buku tersebut bercerita tentang perjalanan karier Bamsoet hingga mencapai titik saat ini. Bamsoet mengaku, selama sepak terjangnya berkarier, ia banyak dibantu oleh teman-temannya. Oleh sebab itu, ia memegang prinsip untuk selalu menghindari konflik dengan 'jurus merangkul daripada memukul'.
"Hari ini saya juga ingin meluncurkan buku saya, buku yang bercerita tentang bagaimana saya memulai karier dari bawah, dari kondisi yang sangat susah, sampai kemudian meraih posisi hari ini. Dan saya menyadari peran teman-teman sangat penting untuk perjalanan saya ke depannya. Makanya dalam hidup saya, saya selalu menghindari konflik, saya tidak pernah memakai jurus memukul tetapi saya memakai jurus merangkul karena saya yakin dan percaya setiap anak tangga yang kita lalui menuju ke atas itu adalah pundak daripada kawan-kawang kita sehingga arti sebuah teman itu menjadi penting," ungkap Bamsoet saat ditemui di Black Stone Garage, Sabtu (10/9/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diketahui sebelum akhirnya menjabat sebagai Ketua MPR RI dan berbisnis, Bamsoet memulai karier sebagai wartawan. Ia menganggap profesi wartawan membuat dirinya mampu bertemu dan menjalin relasi dengan banyak orang.
"Saya memulai karier sebagai wartawan. Saya merasa pilihan saya sebagai wartawan tidak salah karena dengan profesi wartawan saya bisa bertemu dengan siapa saja, mulai dari kerja yang paling bawah hingga presiden. Jaringan dan hubungan saya sebagai wartawan itulah yang saya bangun dan saya rawat, yang kemudian membawa saya kepada suatu profesi yang lain, yaitu pengusaha," kisah Bamsoet.
Meskipun media tempatnya bekerja sempat dibredel, Bamsoet juga pernah mendirikan majalah bernama Fista (majalah hiburan) dan Info Bisnis (majalah ekonomi). Memasuki usia 30-an, Bamsoet melebarkan sayapnya ke ranah dunia bisnis dengan bergabung ke organisasi IPMI.
"Kemudian masuklah saya membuat majalah bernama Info Bisnis, nah di situ saya banyak ketemu dengan pengusaha yang membawa saya betul-betul menjadi pengusaha, menjadi anggota IPMI, ketika itu usia saya masih 30-an," lanjutnya.
Bamsoet kemudian menjelaskan makna filosofis dari judul buku terbarunya. Menurutnya, seseorang pasti dihadapkan oleh suatu hambatan terjal seperti karang dalam meniti karier hingga puncaknya.
"Buku saya, saya beri judul '60 Tahun Meniti Buih di Antara Karang'. Jadi memang kalau ada orang yang kemudian terus ke atas tanpa hambatan berarti dia pintar menghindari benturan dari karang-karang yang siap menerjang puncak kariernya," jelas Bamsoet.
Tidak hanya meluncurkan buku '60 Tahun Meniti Buih di Antara Karang', di usianya yang ke-60, Bamsoet juga meluncurkan 5 seri buku 'Bunga Rampai'. 'Bunga Rampai' tersebut berisi opini-opini Bamsoet selama 10 tahun yang termuat di berbagai media.
"Kemudian saya juga meluncurkan 5 seri buku kumpulan tulisan saya selama 10 tahun terakhir jadi ada 5 seri judulnya Bunga Rampai, yang berisi tulisan-tulisan saya selama 10 tahun yang tersebar di berbagai media. Saya Sabtu Minggu pasti mengeluarkan satu tulisan opini tentang apa yang terjadi dan berkembang hari ini. Ada yang saya kritik, ada yang saya puji, ada yang saya beri saran," paparnya.
Bamsoet berharap buku yang ia terbitkan dapat menginspirasi masyarakat untuk memperbaiki kehidupan mereka. Selain itu, melalui buku yang ia terbitkan, Bamsoet berharap masyarakat bisa mengenang dirinya ketika sudah tiada.
"Saya hanya berbagi cerita dan memberi inspirasi bagaimana kita memperbaiki hidup dari waktu ke waktu, dari zero kemudian hero untuk keluarga kita. Menciptakan opportunity, melihat peluang. Kenapa saya menulis? karena saya ingin tetap mereka (masyarakat) mengenang saya. Karena kalau saya tidak menulis maka begitu saya tidak ada yasudah, tidak ada yang bisa dikenang. Sebagai wartawan kita bangga memiliki kemampuan lebih daripada orang lain, bisa menulis sehingga karya-karya kita akan dinikmati oleh generasi penerus meskipun kita sudah tidak ada," pungkasnya.
Acara peluncuran buku ini juga dibarengi dengan kegiatan soft opening Black Stone Garage, sebuah tempat bagi pencinta otomotif. Diketahui tempat tersebut awalnya merupakan rumah tua yang tidak ditempati selama 2 tahun lebih. Namun, dengan gagasan dari Bamsoet, tempat tersebut disulap menjadi tempat 'nongkrong' penggemar otomotif.
Tempat tersebut terdiri dari tiga lantai. Lantai pertama berisi merchandise, sparepart, dan helm-helm. Lantai kedua merupakan tempat menonton balapan, baik nasional maupun internasional, melalui 10 tv besar yang tersebar dalam ruangan itu. Sementara itu, lantai tiga merupakan cafΓ© untuk bersantai dan menikmati pemandangan kota Jakarta.
(fhs/ega)