Erman mengatakan menjadi JC merupakan keinginan Bripka Ricky sendiri. Namun, kata dia, hal tersebut batal karena Bripka Ricky tidak memiliki akses untuk mencari tahu soal pengajuan JC.
Bripka Ricky juga disebut tidak memiliki pengacara saat awal kasus ini mencuat. Dia juga mengatakan Bripka Ricky takut terhadap Irjen Ferdy Sambo dan memilih mengikuti skenario yang dibuat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Oh karena ini dia merasa nggak punya akses, dia nggak bisa keluarganya. Bukan (ancaman Ferdy Sambo), dia takut," kata dia.
"Saat awal-awal itu nggak ada persiapan. Surat penahanan belum, lawyer-nya siapa nggak jelas. Ada yang memberi tahu lawyer tapi nggak bisa komunikasi, kalau ditanya nggak jelas," imbuhnya.
![]() |
Erman mengatakan dirinya kemudian bisa mendampingi Bripka Ricky sejak Selasa (23/8). Dia mengatakan Bripka Ricky pun terbuka setelah dirinya menjadi kuasa hukum.
"Sebelumnya, setelah istri dan adiknya menyampaikan benar. Kalau kamu tidak bicara benar, nama baik bapak kamu yang juga polisi bisa (terkena imbas). Ingat anak kamu, bagaimanapun anak kamu akan melihat, mau apa pembunuh atau apa. Itu dia mulai nangis, mulai itu udah terbuka. Tambah lagi saya masuk, saya siapin, surat JC," ujarnya.
Sebagai informasi, Bripka Ricky mengaku sempat diminta Ferdy Sambo menembak Brigadir Yosua. Mendengar perintah itu, Bripka Ricky disebut menolak halus dengan mengatakan tak berani dan tak kuat mental.
Pertanyaan berani-tidak tembak Brigadir Yosua dilontarkan Ferdy Sambo di rumah dinas Kadiv Propam Polri di Kompleks Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan (Jaksel). Hal itu diungkapkan pengacara Erman Umar atas kesaksian kliennya, Bripka RR. Peristiwa itu terjadi pada Jumat (8/7).
"Bapak FS bertanya 'berani tidak tembak Yosua?'. Kemudian saya jawab 'saya tidak berani, Pak. Karena saya tidak kuat mentalnya'," kata Erman menirukan pengakuan Bripka Ricky.
Ricky merupakan salah satu tersangka dalam kasus ini. Dia dijerat sebagai tersangka bersama Ferdy Sambo, Putri Candrawathi, Kuat Ma'ruf, dan Bharada Eliezer.
(haf/zap)