Adapun peluncuran kedua buku dilakukan pada 10 September 2022 di Jakarta, bertepatan dengan hari kelahiran Bamsoet yang ke-60 tahun.
"Melalui buku-buku ini, selain kumpulan berbagai tulisan saya yang tersebar di berbagai media selama hampir 20 tahun, saya juga menuliskan banyak kisah kehidupan saya yang jarang terekspos di publik. Dari mulai kisah saat remaja, hingga perjalanan karier saya sebagai wartawan, pengusaha, dan politisi," ujarnya dalam keterangannya, Jumat (2/9/2022).
"Penulisan kisah ini bukan untuk membanggakan diri sendiri, melainkan sebagai warisan hidup bagi siapa pun yang ingin membacanya. Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dari masyarakat dan dari sejarah. Karena kau menulis, suaramu takkan padam ditelan angin. Akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari. Itu kata-kata bijak dari seorang budayawan yang selalu saya kenang," imbuh Bamsoet.
Ketua DPR RI ke-20 ini mengaku sebelum terpilih menjadi Anggota DPR RI pada Pemilu 2009, dirinya sempat mengalami kegagalan dalam empat kali pemilu. Yakni pemilu tahun 1992, 1997, 1999, dan 2004.
"Saya pertama kali mengikuti pemilu sebagai calon anggota legislatif di pemilu 1992 dengan nomor urut 18, pemilu 1997 dengan nomor urut 8, pemilu 1999 dengan nomor urut 4, dan pemilu 2004 dengan nomor urut 2. Dalam keempat pemilu tersebut, saya belum terpilih menjadi anggota legislatif. Baru pada pemilu 2009 terpilih menjadi anggota DPR. Namun dari proses kegagalan itulah saya belajar tentang pentingnya kerja keras dan konsistensi. Yakin usaha sampai, serta proses tidak akan mengkhianati hasil," jelas Bamsoet.
Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum, Pertahanan dan Keamanan KADIN Indonesia ini menerangkan dalam bukunya nanti juga akan menceritakan tentang sosok dan peran kedua orang tuanya. Diketahui, sang ayah berprofesi sebagai tentara, yang kemudian memilih menjadi pengusaha.
Menurut Bamsoet, sosok ayahanda selalu menanamkan nilai kedisiplinan, tanggung jawab, kerja keras, kejujuran dan keberanian kepada dirinya dan seluruh anggota keluarga. Nilai-nilai tersebut selalu ia pegang, bahkan hingga kepergian ayahnya yang wafat pada 6 Januari 1977 silam.
"Semasa hidupnya, ayah tidak pernah menuntut saya mengikuti jejak sebagai tentara ataupun meminta saya menjalani profesi tertentu. Ibu juga membebaskan saya memilih jalan hidup. Sedari kecil, saya memiliki cita-cita menjadi dokter. Karenanya, saat SMA saya mati-matian masuk IPA. Tapi, selepas lulus SMA ternyata saya justru masuk ke Fakultas Ekonomi, lanjut berkarier menjadi wartawan, pengusaha, dan sekarang menjadi wakil rakyat. Semuanya mengalir saja," terang Bamsoet.
Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia (IMI) ini menambahkan, di dalam buku juga dituliskan berbagai legacy selama menjabat menjadi Ketua DPR RI (2018-2019). Walaupun memimpin DPR RI dalam kurun waktu hampir dua tahun, namun diungkapkan Bamsoet, dirinya sudah meninggalkan berbagai legacy, seperti klinik e-LHKPN DPR RI, Aplikasi DPR NOW, Pusat Informasi dan Penyiaran Parlemen, hingga Perangkat Bantu Daring Kebebasan Beragama.
Di samping itu, Bamsoet juga membuka DPR RI menjadi rumah rakyat. Bahkan mengizinkan rakyat mengkritik DPR RI, salah satunya dengan menyelenggarakan Stand Up Comedy Kritik DPR RI yang dimenangkan oleh Marshel Widianto dan Kiki Saputri.
"Saya juga menuliskan kisah seputar hiruk pikuk dan dinamika di internal Partai Golkar. Puncaknya, yakni pada saat saya diminta maju menjadi Ketua Umum Partai Golkar dalam Munaslub Tahun 2019 lalu, hingga akhirnya saya memutuskan mundur dari pencalonan Ketua Umum Partai Golkar demi menjaga semangat rekonsiliasi dan demi menjaga soliditas dan keutuhan Partai Golkar, sekaligus demi menjaga kondusifitas suhu politik negara," pungkas Bamsoet.
(fhs/ega)