Kasus penganiayaan siswa oleh guru sekolah menengah kejuruan (SMK) di Jakarta Pusat berakhir damai. R selaku ayah korban mengatakan kasus sudah diselesaikan secara kekeluargaan.
"Untuk permasalahan ini kita sudah selesaikan secara kekeluargaan, sudah tuntas," kata R saat ditemui di Jakarta Pusat, Selasa (23/8/2022).
R yang merupakan anggota TNI datang ke sekolah putranya siang tadi. R dengan pihak sekolah melakukan mediasi terkait kasus penganiayaan oleh oknum guru tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
detikcom berupaya meminta konfirmasi dari pihak sekolah. Namun pihak sekolah tidak ada yang bersedia memberikan tanggapan.
Sebelumnya, Kapolsek Sawah Besar AKP Patar Bona mengatakan pihak sekolah dengan orang tua korban melakukan mediasi terkait kasus tersebut.
"Pihak sekolah sudah menginformasikan kepada kami pihak Polsek Sawah Besar bahwa pihak sekolah itu sudah berupaya melakukan mediasi kepada pihak keluarga korban," kata Bona secara terpisah.
Bona juga menyebutkan pihak sekolah sudah berkomunikasi dengan Dinas Pendidikan terkait kasus penganiayaan ini. Namun dia tidak mengetahui lebih lanjut hasil mediasi dan komunikasi tersebut.
"Tapi untuk lebih jelasnya hasil mediasi dan hasil koordinasi dengan Dinas Pendidikan seperti apa, silakan ditanyakan lebih lanjut saja kepada pihak sekolah," ujarnya.
Baca di halaman selanjutnya: polisi ungkap alasan oknum guru aniaya korban.
Simak juga 'Heboh Petugas Pasukan Oranye di Jaksel Aniaya Pacar karena Cemburu!':
Polisi Ungkap Alasan Oknum Guru Aniaya Murid
Polisi telah meminta keterangan oknum guru yang dilaporkan aniaya murid. Dari hasil pemeriksaan terungkap alasan oknum guru menganiaya korban.
"Kalau berdasarkan keterangan dari saksi (terlapor) yang kami peroleh, beliau menyampaikan bahwa terjadinya penganiayaan ataupun pemukulan tersebut diawali kronologisnya pada saat guru (terlapor) mendapatkan informasi telah terjadi pemalakan, telah terjadi pem-bully-an," kata Kapolsek Sawah Besar AKP Patar Bona ditemui detikcom di Polsek Sawah Besar, Selasa (23/8/2022).
Patar mengatakan korban kemudian dipanggil oleh oknum guru tersebut. Oknum guru tersebut menanyakan soal pemalakan dan aksi bully itu, tapi korban membantah.
"Kemudian ketika didapatkan siapa yang menjadi pelaku pemalakan tersebut, siswa yang menjadi korban ini dipanggil oleh guru ke ruang olahraga. Pada saat ditanyakan, menurut guru yang berinisial H ini sang anak tidak mengakui bahwa telah melakukan hal tersebut, sehingga mungkin itu yang menyebabkan gurunya sampai melakukan tindakan penganiayaan," bebernya.
Bona menjelaskan, saksi yang adalah seorang guru dari pihak sekolah mengakui bahwa ada beberapa siswa yang melapor ke pihak sekolah terkait pemalakan dan pem-bully-an di SMK tersebut.
"Jadi kalau dari beberapa keterangan saksi yang kita dapatkan, termasuk dari guru, salah satu guru yang menjadi seorang wali kelas, memang ada beberapa siswa menurut guru tersebut yang sudah melapor ke guru bahwa telah terjadi pemalakan atau pem-bully-an tersebut, mungkin itu yang akhirnya mendorong guru olahraga ini (melakukan penganiayaan)," jelas dia.