Ustaz Adi Hidayat (UAH) mengklaim bahwa rumah di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 yang menjadi lokasi proklamasi 17 Agustus 1945 merupakan hibah dari Faradj Martak. Namun klaim ini disangsikan oleh sejarawan.
Narasi berbeda dari sejarah nasional pada umumnya ini dibagikan oleh akun @ly***. Akun tersebut mengunggah video Ustaz Adi Hidayat (UAH) yang berbicara tentang andil pengusaha keturunan Yaman bernama Syekh Faradj Martak yang menghibahkan rumahnya untuk proklamasi.
Faradj Martak juga disebut Adi memberikan madu untuk Sukarno yang saat itu sedang demam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Disangsikan Sejarawan
Namun sejarawan BRIN Asvi Warman Adam menilai narasi ini tak cukup bukti untuk sampai pada kesimpulan tersebut.
"Tidak cukup bukti untuk menyimpulkan demikian," ujarnya kepada detikcom, Rabu (17/8/2022).
Asvi juga berbicara soal narasi soal Soekarno mendapatkan madu. Asvi mengatakan bahwa Soekarno saat itu sedang demam.
"Sukarno demam jelang membacakan teks proklamasi. Apakah ada orang yang memberi madu? Wallahualam," tuturnya.
Sementara itu, berdasarkan buku 'Mata Air Keteladanan' karya Yudi Latif, Sukarno mengalami demam dan saat itu diberi obat oleh dokter pribadinya, dr Soeharto.
Lihat juga video 'Saran UAH ke Kemenag soal Tak Berangkatkan Haji: Gandeng MUI':
Simak selengkapnya di halaman berikut
Rumah Proklamasi Hibah Faradj Martak?
Asvi juga meragukan bahwa rumah di Pegangsaan Timur itu hibah dari Martak.
"Ada ucapan terima kasih dari Kementerian PU kepada Martak atas hibah rumah di Pegangsaan Timur 56 kepada pemerintah. Ini jelas bukan bukti kepemilikan rumah. Mungkin saja rumah Pegangsaan Timur 56 yang kosong setelah Bung Karno ke Yogya Januari 1946 sampai Des 1949 sempat dihuni Martak. Lalu tahun 1950 dia serahkan kepada pemerintah (Kementerian PU)," tuturnya.
Asvi juga menjelaskan versi lain soal rumah ini, yakni bahwa rumah tersebut disiapkan Jepang untuk Bung Karno.
"Versi semula, Chairul Basri, yang bekerja pada kantor propaganda Jepang, disuruh mencari rumah yang berhalaman luas. Rumah Pegangsaan Timur 56 milik orang Belanda ditukar dengan rumah lain di Jalan Lembang. Jadi rumah itu memang disiapkan Jepang untuk Bung Karno," ujarnya.
detikcom juga mencoba menelusuri nama Faradj Martak di buku-buku sejarah seputar sejarah proklamasi. Namun namanya sukar terdeteksi. Nama Faradj Martak muncul dalam arsip yang tersimpan inventaris Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI).
Faradj Martak memiliki nama lengkap Faradj bin Said bin Awad Martak. Ia diketahui seorang pengusaha. Pada 28 April 1938, ia pernah mengajukan permohonan pengurangan harga tanah di Residentie Soerabaja atau yang kini menjadi Surabaya.