Nama Faradj Martak menjadi perbincangan lantaran disebut berjasa karena menghibahkan rumah di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 untuk proklamasi kemerdekaan Indonesia. Namun, siapakah Faradj Martak?
detikcom mencoba menelusuri nama Faradj Martak di buku-buku sejarah seputar sejarah proklamasi. Namun, namanya sukar terdeteksi. Nama Faradj Martak muncul dalam arsip yang tersimpan inventaris Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI).
Faradj Martak memiliki nama lengkap Faradj bin Said bin Awad Martak. Ia diketahui seorang pengusaha. Pada 28 April 1938 ia pernah mengajukan permohonan pengurangan harga tanah di Residentie Soerabaja atau yang kini menjadi Surabaya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, Ustaz Adi Hidayat (UAH) mengklaim bahwa Faradj Martak menghibahkan rumahnya untuk proklamasi. Ia mengklaim Faradj Martak pernah memiliki rumah yang beralamat di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56.
Faradj Martak juga disebut Adi memberikan madu untuk Soekarno yang saat itu sedang demam.
Lihat juga video 'Saran UAH ke Kemenag soal Tak Berangkatkan Haji: Gandeng MUI':
Bagaimana dengan penjelasan sejarawan? Baca halaman selanjutnya.
Klaim UAH Tak Cukup Bukti
Namun, sejarawan BRIN Asvi Warman Adam menilai narasi ini tak cukup bukti untuk sampai kepada kesimpulan tersebut.
"Tidak cukup bukti untuk menyimpulkan demikian," ujarnya kepada detikcom, Rabu (17/8/2022).
Asvi juga berbicara soal narasi soal Soekarno mendapatkan madu. Asvi mengatakan bahwa Soekarno saat itu sedang demam.
"Soekarno demam jelang membacakan teks proklamasi. Apakah ada orang yang memberi madu? Wallahuwallam," tuturnya.
Sementara itu, berdasarkan buku 'Mata Air Keteladanan' karya Yudi Latif, Soekarno mengalami demam dan saat itu diberi obat oleh dokter pribadinya, dr Soeharto.
Asvi juga meragukan bahwa rumah di Pegangsaan Timur itu hibah dari Faradj Martak.
"Ada ucapan terima kasih dari Kementerian PU kepada Martak atas hibah rumah di Pegangsaan Timur 56 kepada pemerintah. Ini jelas bukan bukti kepemilikan rumah. Mungkin saja rumah Pegangsaan Timur 56 yang kosong setelah Bung Karno ke Yogya Januari 1946 sampai Des 1949 sempat dihuni Martak. Lalu tahun 1950 dia serahkan kepada pemerintah (Kementerian PU)," tuturnya.
Asvi juga menjelaskan versi lain soal rumah ini. Yakni bahwa rumah tersebut disiapkan Jepang untuk Bung Karno.
"Versi semula, Chairul Basri yang bekerja pada kantor propaganda Jepang disuruh mencari rumah yang berhalaman luas. Rumah Pegangsaan Timur 56 milik orang Belanda, ditukar dengan rumah lain di jalan Lembang. Jadi rumah itu memang disiapkan Jepang untuk Bung Karno," ujarnya.