Ustaz Adi Hidayat (UAH) beberapa kali melontarkan klaim terkait sejarah nasional Indonesia. UAH dulu pernah mengklaim Kapitan Pattimura adalah seorang muslim, kini ia menyebut rumah di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 hibah dari pengusaha keturunan Yaman.
Pada bulan Juli 2022 lalu, Ustaz Adi Hidayat (UAH) menyebut pahlawan nasional Kapitan Pattimura sebenarnya bernama asli Ahmad Lussy, bukan Thomas Matulessy seperti yang selama ini diketahui banyak orang. Ahmad Lussy dinyatakannya sebagai seorang muslim dan kiyai. Video pernyataan dari UAN ini pun viral.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, sejarawan mengimbau publik kritis terhadap teori 'alternatif' seperti itu.
"Yang diperlukan adalah kritis terhadap sumber," kata sejarawan dari UGM, Satrio Dwicahyo (Ody), kepada detikcom, Senin (4/7/2022).
Ody menjelaskan narasi-narasi semacam itu mulai tumbuh subur selepas runtuhnya era Orde Baru. Gelombang narasi sejenis seperti Borobudur adalah peninggalan Nabi Sulaiman, Majapahit ternyata kerajaan Islam, Gajah Mada ternyata bernama Gaj Ahmada, hingga Napoleon Bonaparte adalah muslim.
Untuk yang menyatakan Kapitan Pattimura bernama asli Ahmad Lussy, terlepas dari yang viral belakangan ini, pendapat itu sebelumnya pernah dikemukakan Prof Ahmad Mansur Suryanegara dalam buku 'Api Sejarah'. Ody menilai Ahmad Mansur Suryanegara tidak sendirian dalam tren mengedepankan peran satu kelompok dalam sejarah Indonesia, utamanya kelompok Islam. Narasi semacam itu memang populer.
"Ini populer di sekitar tumbangnya Orde Baru. Ini dianggap suatu kesempatan untuk revival (kebangkitan), dengan anggapan bahwa kelompok Islam disudutkan dalam historiografi nasional selama Orba," kata Ody.
Sementara itu, keluarga keturunan Thomas Matulessy dari Pulau Haruku, Provinsi Maluku, membantah klaim bahwa Pattimura adalah Ahmad Lussy.
"Itu hoax sejarah," kata Thomas Matulessy kepada detikcom, Rabu (6/7/2022).
Thomas Matulessy mengaku sebagai keturunan Thomas Matulessy yang hidup di abad 18-19, sosok yang dikenal sebagai Kapitan Pattimura dan tewas di tiang gantungan Belanda, kemudian ditetapkan Indonesia sebagai pahlawan nasional.
"Saya adalah generasi ke-6 dari Thomas Matulessy," kata Thomas, pria kelahiran Hulaliu, Pulau Haruku, tahun 1957, dan sekarang tinggal di Ambon. Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia (IKPN) menghubungkan detikcom dengan keluarga Thomas Matulessy ini.
Lihat juga video 'Saran UAH ke Kemenag soal Tak Berangkatkan Haji: Gandeng MUI':
Baca halaman selanjutnya.
Rumah di Jalan Pegangsaan Hibah Pengusaha Keturunan Yaman
Terbaru, UAH berbicara soal rumah di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 yang jadi tempat diproklamirkannya kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Narasi berbeda dari sejarah nasional pada umumnya ini dibagikan oleh akun @ly***. Akun tersebut mengunggah video UAH yang berbicara tentang andil pengusaha keturunan Yaman bernama Syekh Faradj Martak yang menghibahkan rumahnya untuk proklamasi.
Faradj Martak juga disebut Adi memberikan madu untuk Soekarno yang saat itu sedang demam.
Namun, sejarawan BRIN Asvi Warman Adam menilai narasi ini tak cukup bukti untuk sampai kepada kesimpulan tersebut.
"Tidak cukup bukti untuk menyimpulkan demikian," ujarnya kepada detikcom, Rabu (17/8/2022).
Asvi juga berbicara soal narasi soal Soekarno mendapatkan madu. Asvi mengatakan bahwa Soekarno saat itu sedang demam.
"Soekarno demam jelang membacakan teks proklamasi. Apakah ada orang yang memberi madu? Wallahuwallam," tuturnya.
Kendati demikian, Asvi meragukan bahwa rumah di Pegangsaan Timur itu hibah dari Martak.
"Ada ucapan terima kasih dari Kementerian PU kepada Martak atas hibah rumah di Pegangsaan Timur 56 kepada pemerintah. Ini jelas bukan bukti kepemilikan rumah. Mungkin saja rumah Pegangsaan Timur 56 yang kosong setelah Bung Karno ke Yogya Januari 1946 sampai Des 1949 sempat dihuni Martak. Lalu tahun 1950 dia serahkan kepada pemerintah (Kementerian PU)," tuturnya.
Asvi juga menjelaskan versi lain soal rumah ini. Yakni bahwa rumah tersebut disiapkan Jepang untuk Bung Karno.
"Versi semula, Chairul Basri yang bekerja pada kantor propaganda Jepang disuruh mencari rumah yang berhalaman luas. Rumah Pegangsaan Timur 56 milik orang Belanda, ditukar dengan rumah lain di jalan Lembang. Jadi rumah itu memang disiapkan Jepang untuk Bung Karno," ujarnya.