Prosefor Jasminder Singh dari International Center for Political Violance and Terrorism Research Nanyang Technological University mengatakan teroris tak berhenti bergerilya meski pandemi Covid-19 melanda. Dia menyebut teroris terus mengikuti perkembangan zaman.
"Dari Sabah ke Mindanao, Sulawesi ke Sabah itu juga deretan dari ancaman keamanan. Pada situasi pasca Covid-19 salah satunya pergerakan teroris yang menjadi perhatian, semua analisis yang kita buat. Dulu mereka di rumah, duduk belakang komputer. Sekarang bisa pergi dengan kapal, pesawat, suatu hari kamu sudah tidak ada," kata Singh dalam forum Security Update yang digelar Universitas Bhayangkara Jaya di Bekasi, Jawa Barat, Senin (8/8/2022).
"Teroris zaman ini sudah pandai. Mereka sudah baca, tahu, apa yang kita butuhkan untuk travel. Mereka terus membuat jaringan," sambung dia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menuturkan sikap lengah pada isu terorisme dan keamanan bisa mengakibatkan dampak yang besar. Dia menegaskan, keamanan adalah segala-galanya.
"Kalau kita tidak memberi perhatian kepada isu keamanan, dampaknya luar biasa. Dampaknya akan merugi. Tak lama lagi HUT Indonesia ke-77. Keamanan adalah segala-galanya. Kalau kita ikut cara yang lama pasti gagal. Cara yang baru apa? Hanya terorisme dan ekstrimisme? Tidak benar itu. Kita harus di depan mereka," tegas Singh.
Singh menuturkan kejahatan terorisme adalah pelajaran terbaik di dunia, menyangkut soal keamanan. Singh menyebut teroris lebih pintar dari yang diduga.
"Teroris adalah organisasi pembelajaran terbaik di dunia, mereka selalu di depan kita, mereka pintar. Jangan pernah berpikir kalau kita selalu di depan mereka, kita akan kalah. Selalu merasa ragu pada diri kita, kita selalu berusaha melakukan yang terbaik, walaupun sudah melakukan yang terbaik pun tidak akan cukup," ucap Singh.
![]() |
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.
"Apa yang jadi di 'rumah' kita itu penting. Kalau 'rumah' kita kokoh, tidak begitu gampang untuk dijatuhkan. Jadi kerja kita sebagai negara itu kerja 'rumah'. Apalagi negara besar macam (Indonesia) ini, kompleks, negara kepulauan," lanjut dia.
Sementara itu pada kesempatan yang sama, Profesor Bilveer SINGH dari Department of Political Science, National University of Singapore, menuturkan negara-negara di kawasan ASEAN dijaga sedemikian rupa agar tak menjadi negara perang. Menurutnya, keamanan suatu negara tak melulu soal ancaman perang, namun lebih luas seperti politik, kesenjangan sosialm korupsi dan lain-lain.
"ASEAN kita set untuk tidak akan pernah menjadi negara-negara yang berperang lagi, dan kita berhasil. Keamanan itu maknanya luas, bukan hanya menganut keamanan tradisional tentang persenjataan. Keamanan zaman sekarang adalah tentang politik, ketidaksetaraan sosial, peningkatan hubungan, korupsi dan lain-lainnya," terang Singh.
Menurut Singh, perang adalah hal terburuk dalam hal keamanan dunia. Negara-negara masih meyakini modernisasi senjata dapat mencegah perang.
"Perang itu sangat tidak baik, tetapi sayangnya kita mempersiapkan diri untuk berperang, kita semua. Karena kita percaya modernisasi senjata kita akan mencegah kita untuk perang, mungkin iya, mungkin tidak," ucap Singh.
"Kita harus memahami akan pentingnya pemerintahan yang kuat. Yang terpenting adalah keamanan manusia. Hal itu sangat serius yang merupakan elemen dari keamanan hari ini. Yang terakhir perlunya memahami lebih dalam tentang bangkitnya keamanan non-tradisional," imbuh Singh.