Artis Nindy Ayunda dicekal polisi terkait kasus dugaan penyekapan terhadap mantan sopir pribadinya, Sulaiman. Nindy Ayunda sendiri telah diperiksa polisi pada Kamis (27/7) malam tadi.
Nindy Ayunda dilaporkan oleh Rini Diana, suami Sulaiman. Rini melaporkan Nindy Ayunda ke Polda Metro Jaya pada 15 Februari 2021, sesuai dengan nomor laporan LP/904/II/YAN.2.5/2021/SPKT/Polda Metro Jaya. Kasus itu telah dilimpahkan ke Polres Metro Jakarta Selatan.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Endra Zulpan menjelaskan dugaan penyekapan itu terjadi ketika Nindy Ayunda sedang berproses cerai dari suaminya, Askara Parasady Harsono. Nindy Ayunda dan Askara sendiri resmi bercerai pada Mei 2021.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dugaan tindak pidana merampas kemerdekaan seseorang, atau meneruskan perampasan kemerdekaan yang demikian dan/atau penculikan dan/atau penyekapan terhadap korban Saudara Sulaiman, terjadi pada tanggal 11 Februari 2021, di Pondok Pinang, Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan dan apartemen di Jakarta Selatan atas laporan dari Saudari Rini Diana (istri korban) yang diduga dilakukan oleh Anindia Yandirest Ayunda alias Nindy Ayunda," jelas Kombes Zulpan dalam keterangannya kepada wartawan, Jumat (29/7/2022).
Pada Januari 2021, Askara ditahan polisi atas kasus narkoba. Kemudian, Askara meminta tolong kepada Sulaiman dan babysitter, Lia Haryati, untuk 'memata-matai' Nindy Ayunda.
"Saudara Sulaiman dan Lia Haryati ini diminta oleh Askara untuk memberitahukan kegiatan Nindy Ayunda atau adik iparnya dengan cara memfoto atau melaporkan kegiatan Nindy Ayunda dengan anak-anaknya," katanya.
Hingga kemudian kasus dugaan penyekapan terjadi. Begini kronologinya berdasarkan keterangan Kombes Zulpan:
11 Februari 2021
Pukul 19.30 WIB
Lia Haryati ketahuan oleh Nindy Ayunda sedang merekam pembicaraannya dengan keluarganya, di rumahnya di Pondok Pinang, Jakarta Selatan. Saat itu pula, Nindy Ayunda merampas ponsel Lia dan melihat Lia Haryati mengirimkan pembicaraan tersebut ke grup WhatsApp (yang beranggotakan Sulaiman, Lia dan, Askara).
Grup WhatsApp itu kemudian terbongkar. Nindy Ayunda mengetahui dirinya telah 'dimata-matai' oleh Sulaiman dan Lia dari grup WhatsApp tersebut.
"Sehingga di grup WhatsApp tersebut Lia Haryati terlihat mengirim atau men-share foto-foto Nindy Ayunda, Dito Mahendra dan anak-anaknya tersebut. Kemudian setelah ketahuan, oleh Nindy Ayunda meminta Sulaiman yang saat itu sudah pulang agar kembali ke rumah orang tuanya," tutur Zulpan.
Setelah Sulaiman sampai, Nindy kemudian menelepon Dito Mahendra untuk membawa Lia dan Sulaeman karena sudah ketahuan.
"Kemudian saudari Anindya Yandirest Ayunda alias Nindy mengatakan kepada Mahendra Dito melalui telepon 'Nih jemput aja, Lia sama Leman bawa aja, udah foto-foto sama rekam-rekam kita'. Lalu telepon tersebut dimatikan," ujarnya.
Korban Dibawa dan Dianiaya 6 Orang Misterius
Setelah itu, sekira pukul 21.00 WIB, datang enam orang laki-laki berpakaian serba hitam dan memakai tutup kepala untuk membawa kedua korban.
Saat dibawa, kedua mata korban ditutup. Mereka lantas langsung dibawa ke apartemen di Senopati, Jakarta Selatan.
"Pada saat naik mobil tersebut mata Saudari Lia Haryati dan saudara Sulaiman ditutup sehingga tidak mengetahui posisi duduknya dan kemudian langsung jalan ke apartemen di Senopati," jelas Zulpan.
Setelah dibawa kedua korban kemudian dipisah. Setelah itu dilakukan penganiayaan dan pengancaman terhadap kedua korban oleh keenam orang pria.
Baca kronologi selengkapnya di halaman selanjutnya.
12 Februari 2021
Eks Sopir dan Babysitter Disekap
Pada Sabtu 12 Februari 2021, kedua korban dipindahkan ke apartemen lain. Saat itu mereka dijaga oleh tiga orang laki-laki.
Setelah itu, sekitar pukul 19.00 WIB, keduanya lantas dibawa ke rumah orang tau Nindy kembali untuk mengambil pakaian ganti korban. Setelah itu mereka kembali dibawa ke apartemen dan disekap di sana. Saat itu mereka tidak bisa keluar karena dijaga ketat.
"Setelah 5 menit mengambil baju maka dibawa lagi ke apartemen. Dan saudari Lia Haryati disuruh tidur di kamar, sedangkan saudara Sulaiman di ruang tamu dengan dijaga oleh orang suruhan Dito Mahendra. Kemudian pada saat berada ditempat tersebut tidak bisa keluar apartemen, karena dijaga oleh orang suruhan," kata Zulpan.
13 Februari 2021
Tak berhenti sampai di sana, Minggu malam tanggal 13 Februari 2021 keduanya dipindahkan ke kos-kosan milik orang tua Nindy. Di sana mereka berdua kembali disekap dan dijaga agar tidak bisa melarikan diri. Mereka disekap selama kurang lebih 2 bulan hingga April 2021.
"Selalu dijaga dan dikawal dan tidak boleh keluar kost atau dari tempat tersebut dan ada yang orang yang menjaga di pintu gerbang tempat tersebut tidak bisa bebas dan selalu diawasi hingga awal bulan April 2021," pungkasnya.
28 Juli 2022
Nindy Ayunda diperiksa di Polres Metro Jakarta Selatan. Nindy Ayunda diperiksa setelah sebelumnya mangkir dua kali panggilan polisi.
"Iya semalam dia (Nindy) diperiksa. Semalam dia datang," kata Kasi Humas Polres Metro Jakarta Selatan, AKP Nurma Dewi.
Dewi mengatakan pemeriksaan dilakukan langsung setelah Nindy mendatangi Polres. Disebutkan Nindy sudah memberikan keterangan terkait kasus tersebut. Namun Dewi belum merinci hal tersebut.
"Pemeriksaan pokoknya dia datang terus langsung diperiksa, dia datang udah ngasih keterangan," ujarnya.
Nurma menegaskan, Nindy diperiksa terkait kasus dugaan penyekapan.
"Kasusnya 333, disangkakan," singkatnya.
Baca di halaman selanjutnya: Nindy Ayunda dicekal ke luar negeri.
Nindy Ayunda Dicekal
Artis Nindy Ayunda dicekal ke luar negeri. Pencekalan dilakukan untuk memudahkan penyidikan kasus terkait dugaan penyekapan di mana Nindy Ayunda sebagai terlapor.
"Iya betul, sudah kami ajukan permohonan pencekalan ke imigrasi," kata Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Yandri Irsan saat dihubungi detikcom, Jumat (29/7/2022).
Yandri mengatakan pencekalan itu sudah lama diajukan oleh pihaknya. Batas waktu pencekalan tinggal dua hari lagi.
"Oh sudah lama itu, kan kita minta dicekal 20 hari, sudah berjalan 18 hari," katanya.
Hari ini, penyidik Polres Metro Jakarta Selatan kembali mengajukan pencekalan terhadap Nindy Ayunda ke pihak imigrasi.
"Hari ini sudah kita ajukan perpanjangan pencekalannya," tambahnya.
Pengacara Nindy Ayunda, Eka Prasetya, buka suara terkait pencekalan tersebut. Menurutnya, surat pencekalan tersebut belum resmi.
"Nggak juga sih. Belum keluar surat cekal resmi kok," kata salah satu tim kuasa hukum Nindy Ayunda, Eka Prasetya, saat dihubungi, Jumat (29/7/2022).
Eka lantas mempertanyakan pencekalan yang dilakukan Polres Metro Jakarta Selatan kepada Nindy Ayunda. Eka menyebut pencekalan harus dilakukan atas alasan yang kuat.
"Pertama, pertanyannya kenapa harus dicekal? Apakah perlu pencekalan terhadap Nindy, itu yang harus dipertanyakan. Karena nyekal orang nggak sembarangan, harus ada alasan kuat kenapa dia harus dicekal," ujarnya.
Pihak Nindy Ayunda Bantah Penyekapan
Nindy Ayunda, melalui pengacaranya, Luvino Siji Samudra, membantah tuduhan penyekapan. Dikatakan Luvino, justru Nindy Ayunda yang mendapatkan intimidasi.
"Ibu Nindy sebelumnya nggak mau blow up soal (teror) ini loh. Tapi karena ada berita simpang siur seakan-akan mereka yang diintervensi, mereka yang diteror, makanya kami bicara," kata Luvino, dilansir detikHot, Sabtu (16/7/2022).
Luvino mengatakan teror kepada kliennya itu bahkan ada setiap hari. Mulai dari intimidasi langsung ataupun lewat jaringan komunikasi.
"Padahal sebenarnya, klien kita yang merasakan diteror setiap hari, gitu loh," katanya.
"Terus ada juga telepon-telepon gelap dari nomor-nomor yang nggak dikenal. Ada pelecehan-pelecehan verbal, mengata-ngatai dengan bahasa-bahasa yang nggak sopan. Nadanya pelecehan. Saat kita telepon balik, nomornya tidak aktif," beber Luvino.
Luvino Siji Samura selaku kuasa hukum Nindy Ayunda juga menegaskan Dito Mahendra sama sekali terlibat dengan kasus kliennya tersebut.
"(Dito Mahendra) Nggak ada keterlibatannya," tegas Luvino Siji Samura saat dihubungi wartawan, Rabu (20/7/2022) malam
Lebih lanjut, Dito Mahendra juga merasa bingung karena namanya bisa terseret dalam kasus tersebut.
"Saya tanya sama beliau, 'makanya kok nama saya diseret-seret', orangnya juga bingung," tutur Luvino Siji Samura.