Tugu golok di gerbang pintu masuk Kampung Gabus menjadi tanda, masih ada sisa-sisa sejarah yang dapat dikenang dari tanah leluhur para Jawara.
Kampung yang terletak di Desa Sriamur, Bekasi ini dulunya kental dengan nuansa sangar. Kini, wilayah ini menjelma menjadi kampung yang lekat dengan peninggalan budaya Betawi.
Dikenal dengan sebutan Kampung Jawara, jejak para pendekar bertebaran di wilayah Kampung Gabus. Pandih Bewok, salah satu jawara yang hidup di kampung itu pun ikut ambil bagian dalam pelestarian budaya Betawi. Ia mendirikan Padepokan Satria Panulung (PSP) yang mengajarkan Pencak Silat bagi siapapun yang ingin mendalaminya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dengan adanya persilatan, kita bisa kumpul bareng sama teman-teman. Seni budaya juga. Artinya jangan sampai punah, jangan sampai hilang. Makanya saya buka persilatan atau padepokan, tujuannya biar berkembang. Nanti anak cucu kita atau generasi kedepan tahu, inilah seni budaya Betawi, kita hidupkan lagi," ujar Pandih Bewok saat ditemui tim detikcom untuk program Sosok, Minggu (24/07/2022)
Baca juga: Pandih Bewok, Tukang Palak Jawara Silat |
PSP mengenalkan pencak silat aliran Cikaret kepada anak-anak wilayah Kampung Gabus. Berkat PSP, anak-anak Kampung Gabus yang awalnya asing dengan seni bela diri ini, kini telah lihai menunjukkan keahlian Pencak Silat di berbagai acara.
"Kalau kemarin-kemarin sebelum kita kembangkan kan sempat sepi, anak-anak tidak mengerti silat apa. Setelah dia mengerti silat, ini bisa mengangkat prestasi buat dia juga. Akhirnya dia banyak latihan, banyak tampil di tempat acara-acara," jelas Pandih.
Sempat menghadapi masa kelam dalam hidupnya, Pandih mengaku bahwa masa lalunya berbeda dengan Pandih Bewok yang dikenal saat ini. Saat itu, Pandih lebih populer sebagai preman dan pemalak.
Pandih Bewok tidak bisa lepas dari bela diri, Halaman berikutnya.
"Dulu perjalanan saya dibilang yang terburuk lah saya, kalau kata anak dulu tuh preman. Ya mungkin dari situlah saya banyak belajar dari keterpurukan, hingga yang saya alami, mungkin dibalik keterpurukan, Allah punya rencana yang jauh lebih baik. Dulu saya pernah jadi preman, saya pernah jadi tukang palak," ungkapnya.
Pandih Bewok mengungkapkan pendapatnya mengenai istilah 'jawara' yang memiliki perubahan kesan sesuai dengan berubahnya zaman. Sudut pandang tentang istilah 'jawara' yang identik dengan sosok jagoan atau orang yang berkuasa di suatu wilayah, kini berubah menjadi sosok yang disegani masyarakat karena sikap bijaksana.
"Jawara itu bukan hanya jago silat atau tempur. Satu, mungkin karena kita juga bijak. Itulah mungkin orang segan sama kita bukan karena kita jawaranya, mungkin karena (pribadi) kitanya. Menyikapi hubungan ini dengan rasa kasih sayang," ungkap Pandih.
Menyebarkan ilmunya dengan hati yang tulus, Pandih mengaku bahwa Pencak Silat ialah bagian dari jiwanya. Rasa bangga ia rasakan ketika warisan budaya tanah kelahirannya dapat dikembangkan oleh para generasi penerus.
"Silat itu sudah merupakan jiwa saya lah. Artinya, saya menjiwai silat itu kebanggaan untuk saya. Saya sudah bisa memberi ilmu kepada orang lain, ilmu saya bermanfaat lah. Ya senang saja bisa melestarikan Pencak Silat, dibudayakan agar itu bisa berkembang. Itu saja sudah suatu kebanggaan untuk saya," ucap Pandih.
Baca juga: Pandih Bewok, Pendekar dari Tanah Jawara |